Senin, 24 Desember 2012

Yang Terbesar

Natal itu bicara soal sukacita, soal hadiah, soal perayaan.

Natal itu bicara soal sukacita terindah; sukacita ketika kita orang-orang yang ditakdirkan tenggelam dalam kegelapan, bersorak gembira akan datangnya fajar pengharapan.

Natal itu bicara soal hadiah terbesar; hadiah berupa keselamatan yang cuma-cuma dan kekal, yang lebih berharga dari segala yang pernah ada di alam semesta milik Yang Maha Pencipta ini.

Natal itu bicara soal perayaan termegah; perayaan atas momen transformasi kita dari bukan apa-apa menjadi pemenang segalanya, dari kaum terhina dibawa naik ke sisi Yang Mahatinggi oleh kedatanganNya.

Begitu besar artinya Natal; tiada sukacita, tiada hadiah, tiada perayaan lebih besar selain karena Yesus Kristus Sang Juruselamat yang adalah sukacita dan hadiah yang kedatanganNya dirayakan pada Natal.

Wahai umat yang sedang merayakan perayaan termegah; kalian masih minta apa lagi sih? Natal itu saat kita bersukacita dengan sepenuhnya karena kita telah menerima segalanya, bukan saat kita mengeluh hanya karena kekurangan hal-hal trivial yang tidak ada artinya dibanding hadiah terbesar yang kita dapatkan.

Ada orang ngeselin dekat-dekat Natal, suasana hati rusak, ngeluh. Nggak dapat libur Natal, katanya jadi kurang hepi, ngeluh. Nggak dapat hadiah, ngeluh lagi. Malah yang lagi ngetren sekarang; nggak dapat ucapan selamat dari orang yang bahkan tidak merayakan, ngeluh juga! Tidak esensial, saudaraku: Tuhan kita datang, Juruselamat kita datang membawa sesuatu yang indah dan begitu berharga tiada bandingnya, dan kita masih memusingkan semua hal lain itu? Pusing dengan segala rupa urusan manusia dan kedagingan, yang tiada artinya jika dibandingkan dengan apa yang kita dapat pada hari Natal ini!

Lupakan, lupakan semuanya itu; dalam Natal hanya ada satu pikiran, satu fokus, satu hal saja: bahwa Yesus Kristus telah lahir ke dunia untuk menebus dosa manusia, dan tidak ada sukacita lebih indah, tidak ada hadiah lebih besar, tidak ada perayaan lebh megah dari itu! Hari Natal adalah tentang kita, tentang dunia yang berubah, FROM NOTHING TO EVERYTHING, dan tidak ada yang lebih dari itu!

Bersyukurlah dan katakan "Tuhan, betapa hina hambaMu ini jika bukan karena Engkau; sesungguhnya hadiratMu saja cukup bagiku; ketika aku telah mendapatkan hadiah terbesar keselamatan yang dariMu, lebih dari cukup alasan bagiku bersukacita, tiada lain di dunia ini selain Engkau."






"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya."
- bala tentara sorga, dalam Lukas 2:14 -

"Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus."
- Rasul Paulus, dalam Filipi 3:8 -

"All the way my Savior leads me, what have I to ask beside?"
- Fanny Crossby, dalam All The Way My Savior Leads Me -


Selamat Natal, Frohe Weihnachten, selamat merayakan kedatanganNya, penyebab tunggal mengapa Natal dirayakan. Hari Natal adalah tentang Dia saja, tentang keselamatan, sukacita, pengharapan dan hidup kekal yang dibawaNya, bukan tentang yang lain-lain. Rayakanlah Dia, yang terbesar dalam hidupmu.



Malam Natal, 24 Desember 2012
ditulis untuk saudara-saudaraku di seluruh dunia;
umat pemenang, ahli waris janji-janjiNya.



.

Selasa, 26 Juni 2012

Serangan Mental? Tuhan Beserta Kita, Kawan!

Zaman dulu para martir dan orang-orang percaya diancam dan disiksa dengan hukuman fisik; mungkin zaman sekarang, di daerah urban yang ngakunya beradab, umat percaya setiap harinya diserang secara verbal, seringkali via dunia maya, dengan kata-kata yang terkesan sopan tapi terkadang kasar juga, dengan celoteh-celoteh dan sindiran-sindiran yang arogan dan intimidatif tapi terlihat sok pintar.

Memang mudah terpancing untuk emosi. memang.

"Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."
I Korintus 1:18

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu."
Lukas 6:27-28

"Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya."
2 Timotius 3:12

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Matius 5:11-12

"Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah  menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.

Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
"
I Petrus 2:19-22

"Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan."
Roma 12:19

"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Matius 28:20


Kamis, 17 Mei 2012

The Forgotten Day

Hari ini adalah tanggal merah.

Mungkin hanya itu saja yang kebanyakan orang tahu. Bahkan bagi orang Kristen sendiri. Hari Kamis, tanggal merah, menghasilkan Jumat kejepit dan long weekend.



Mahasiswa tingkat akhir dan dikejar deadline stres karena kampus tutup. Pekerja kantoran di perusahaan-perusahaan berbasis proyek, pekerja layanan umum, atau pekerja lapangan memandang iri ke rekan-rekannya yang menikmati long weekend. Yang lainnya senang karena dapat waktu libur tambahan, yang dipakai untuk jalan-jalan, hura-hura, atau tidur-tiduran di rumah. Paling cuma pengangguran doang yang gak peduli.

Tapi overall, gak banyak yang memperhatikan ini hari apa. Atau apa pentingnya.

Hari ini adalah tanggal merah.

Udah, itu aja.

Ya, mungkin begitulah nasib tanggal merah yang satu ini. Hari Kenaikan Yesus Kristus. Yang mungkin kalah terkenal dibanding Natal dan Paskah. Yang mungkin bahkan orang Kristen aja ada yang nggak tau hari ini hari apaan. Dan bisa jadi beberapa yang tau pun, gak ngerti kenapa hari ini dijadiin tanggal merah.

Jadi hari ini hari apaan sih sebenarnya?

Mungkin gue akan coba memaknai hari ini sebagai berikut....

Jika Natal berbicara tentang pengharapan,
pengharapan akan keselamatan,
yang untuk dunia yang terpuruk dalam dosa ini bagaikan mimpi,
oleh lahirnya Yesus Kristus,
yang dijanjikan akan menjadi Juruselamat dunia....

Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud".
- Lukas 2:10-11 -

Long lay the world, in sin and error pining;
'till He appears, and the soul felt its worth.
A thrill of hope, the weary world rejoices;
for yonder breaks, a new and glorious morn.
- O Holy Night -

Dan jika Paskah berbicara tentang penggenapan,
penggenapan janji pengharapan keselamatan itu,
di mana manusia benar-benar diselamatkan dari dosa,
oleh mati, bangkit, dan menangnya Yesus Kristus
atas kuasa maut...

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
- Yohanes 3:16 -

Lives again our glorious King, Alleluia!
Where, oh death, is now thy sting? Alleluia!
Once He died our souls to save, Alleluia!
Where thy victory, oh grave? Alleluia!

- Christ The Lord is Risen Today -

Maka hari ini, hari Kenaikan Tuhan Yesus,
berbicara tentang pergerakan,
pergerakan yang merupakan respon kita
atas keselamatan yang telah kita terima.

Kita mengharapkan keselamatan, kita menerima keselamatan,
dan kini saatnya kita mengerjakan keselamatan kita.
Tuhan Yesus telah naik ke surga,
dan Dia menyerahkan tanggung jawab besar,
yang tertuang dalam Amanat AgungNya,
yaitu....


Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
- Matius 28:18-20 -

“Ye shall be My witnesses,” was Jesus’ last command,
to every kindred tongue and tribe, in every clime and land;
go, tell them of our Christ and say His kingdom is at hand.

Who will go and witness for Jesus?
Tell it out, tell it out, the blessèd Gospel sound;
tell it out, tell it out, the news the world around;
'till the Name of Jesus has been heard wherever man is found;
who will go and witness for Jesus?
- Ye Shall be My Witnesses -

Kenapa Hari Kenaikan penting? Karena pada hari ini kita merayakan transformasi kita sebagai umat Kristen yang pasif menjadi umat Kristen yang aktif. Pada Natal kita menunggu datangnya keselamatan, pada Paskah kita menerimanya, dan pada hari Kenaikan ini, kita yang telah menerima keselamatan yang kita nantikan itu, mulai bekerja dalam keselamatan, menjadi saksi Tuhan di seluruh dunia.

Hari Kenaikan ini adalah titik awal kita menjalani hidup sebagai orang Kristen yang sesungguhnya. Kristus datang ke dunia ini membawa keselamatan, namun Dia tidak hanya memerintahkan kita untuk percaya kepadaNya demi menerima keselamatan. Bahkan, sejauh yang saya baca, tidak ada ayat yang mendeskripsikan Kristus berkata agar orang percaya kepadaNya dengan kalimat perintah. Yang ada adalah kalimat berita "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." Kalimat informatif, sekadar memberitahu, silakan manusia percaya kepadaNya, kalau percaya maka akan diberi jalan datang kepada Bapa. Namun pesan, amanat, untuk pewartaan ini jelas, dan inilah semangat hidup kita sebagai orang Kristen: "Jadikanlah semua bangsa muridKu". Sebuah kalimat perintah.

Semangat hari Kenaikan inilah yang membuat para pengikut Kristus (Firman Hidup) menjadi pewarta-pewartaNya, menjadi para pewarta Firman. Yang mendorong Petrus yang tadinya pengecut menjadi pewarta firman yang berani, batu karang yang menjadi dasar Gereja Kristus; dan memenangkan jiwa Kornelius, orang non-Yahudi pertama yang menjadi murid Kristus. Yang mendorong Filipus ke Yunani, Thomas ke India, Andreas ke Rusia, Bartolomeus ke Armenia, Yakobus ke Spanyol, Matius ke Afrika, Simon orang Zelot dan Yudas Tadeus ke Persia. Yang mendorong mereka semua untuk berjuang memberitakan Firman ke seluruh penjuru dunia, dan membayar dengan nyawa mereka semua.

Semangat hari Kenaikan-lah yang mendorong Stevanus untuk memberitakan Firman, meskipun dengan demikian ia menghadapi konsekuensi yang tak pernah ia lihat orang lain alami; yaitu menjadi martir pertama, orang pertama yang kehilangan nyawanya demi Kristus. Semangat hari Kenaikan-lah yang menumbuhkan Jemaat Pertama yang membuat Saulus begitu murka, yang akhirnya malah mengarahkannya ke jalan pemberitaan Firman itu sendiri sebagai Rasul Paulus yang gagah berani memberitakan Firman ke seluruh penjuru negara adidaya dunia saat itu, Kekaisaran Romawi; di mana buah karyanya adalah bibit bagi iman yang di kemudian hari timbul di hati Kaisar Konstantinus dan Theodosius, cikal-bakal mantapnya pemberitaan Firman Tuhan di negara-negara yang dominan di dunia, hingga saat ini.

Semangat hari Kenaikan-lah yang mendorong Adalbert memberitakan injil ke Prusia dan Eropa Utara, Denis ke Perancis, Agustinus ke Inggris, Patrick ke Irlandia, Willibrord ke Belanda, Gregorios Sang Pencerah ke Kaukasus, Kiril dan Metodius ke Rusia dan tanah orang-orang Slavia lainnya, Matteo Ricci ke Kekaisaran Tiongkok, Bartolome de las Casas ke benua baru Amerika, David Livingstone ke gelapnya pedalaman Afrika Hitam, Fransiskus Xaverius ke India dan Asia Timur, Horace Newton Allen ke Kerajaan Joseon Korea yang tertutup, Ludwig Ingwer Nommensen ke tanah Batak, dan banyak pewarta-pewarta firman lainnya yang tak dapat seluruhnya disebut di sini ke seluruh penjuru dunia, menggenapi firmanNya:

Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.
- Matius 24:14 -

Semangat hari Kenaikan-lah yang membuat Kekristenan menjadi Kekristenan yang kita lihat sekarang, yang kita alami sekarang.

Mudah-mudahan di tahun depan gak ada lagi orang (Kristen) yang bertanya "Ini hari kenapa libur sih?".


Semangat hari Kenaikan pula yang mungkin mendorong Kaka untuk menyebarkan nama Yesus kepada berjuta fans olahraga terpopuler sedunia...


Kamis, 17 Mei 2012
"Kita diutus
untuk berdiri teguh
di manapun kita telah ditempatkan,
sebagai laskar
kerajaan Allah
untuk menghalau kuasa gelap
dan menuai jiwa"
- GMB -

Jumat, 27 April 2012

Ihr verfluchten Kerls

Mungkin ini akan menjadi postingan tersingkat yang pernah saya buat (minus intro), namun saya menganggap hal itu menandakan seberapa penting postingan ini bagi saya, sampai-sampai post 1-2 kalimat ini layak saya jadikan 1 post tersendiri. Setiap kata di sini bermakna. Ini teriakan sebelum perang.

===========================================


"Ihr verfluchten Kerls," (sprach seine Majestaet),
"dass ein jeder in der Bataille seinen Mann mir steht!" 

translated:
"You damn guys," (spoke His Majesty),
"I expect each one of you to stand by me in the battle!"
 -Frederick The Great, in the song "Fridericus Rex", by Willibald Alexis -




===========================================

The video. The aforementioned sentences are from the early part of 2nd stanza.





Guys, I expect every each of you to stand by me in the battle.



.

Rabu, 25 April 2012

I Don't Always Score

Mungkin juga saya telat masuk ke dunia per-meme-an, selama ini cuma jadi penikmat yang ketawa-ketawa aja waktu browsing entah di kantor pas jam makan siang, pagi kalo datangnya kepagian, dan sore kalo pulangnya kesorean; atau di rumah kalo sempet buka internet di rumah.

Sekarang kita coba-coba bikin aja sedikit, gak spesial juga sih, gampang juga bikinnya, tinggal cari gambar, pake Microsoft PowerPoint gabungin gambarnya dan font Impact gede-gede warna putih dengan outline hitam. Jadi deh.

Gak banyak ngemeng lagi, sambut saja I DON'T ALWAYS, versi Fernando Torres (salah satu korban meme sepakbola yang umum ditemui).

 

Salam buat farca, mudah-mudahan zero tituli.


Sudirman, 25 April 2012
kepagian ngantor abis nonton menit-menit terakhir
semifinal UEFA Champions League
Barcelona 2-2 Chelsea, Camp Nou


.

Kamis, 19 April 2012

JAMBAN!

JAMBAN!

JAMBAN adalah ketika
"Be yourself" jadi tameng
bagi orang-orang yang enggan berubah
ke arah yang lebih baik

JAMBAN adalah ketika
"People change" jadi tameng
bagi orang-orang yang tak berprinsip
dan bergerak hanya berdasarkan oportunisme

JAMBAN adalah ketika
"We can't please everybody" jadi tameng
bagi orang-orang yang menulikan telinganya
atas saran dan kritik

JAMBAN adalah ketika
"I have my way and you have yours" jadi tameng
bagi orang-orang yang enggan memperjuangkan
tentang apa yang dianggapnya benar

JAMBAN adalah ketika
"Itu kan menurut lo" jadi tameng
bagi orang-orang yang malas berpikir
dan tak mau memahami pendapat orang lain

JAMBAN adalah ketika
"Sekarang saatnya belajar dulu" jadi tameng
bagi orang yang malas menentukan sikap
atau memang tak punya tujuan pasti

JAMBAN adalah ketika
"Mulai dari diri sendiri" jadi tameng
bagi orang-orang yang jangankan bergerak maju,
tapi untuk memulainya pun enggan



JAMBAN!



JAMan lemBAm Nian!



==================================

Sudirman, 19 April 2012
menjelang jam lembur



.

Sabtu, 14 April 2012

It Would Have Been Enough

Ada yang meminta pada Tuhan anugerah yang berlimpah. Tapi aku lebih memilih untuk belajar mengatakan pada Tuhan:

"Seandainya Engkau biarkan kami hari ini untuk masih mengalami hidup, dan menjanjikan keselamatan kekal ketika kami sudah tidak mengalaminya lagi, itu sudah cukup, cukup bagiku; anugerahMu cukup bagiku. Jika dalam hidup Engkau hanya bekali kami dengan Firman Hidup, dan Roh Penuntun, dan tidak memberi kami yang lain, itu cukup bagiku; yang terutama saja sudah cukup bagiku."

Kerjakan keselamatan dengan menjadi saluran berkat lahir batin bagi mereka yang membutuhkan. Mintalah berkat berlimpah kepada Tuhan, hanya dengan dasar bahwa kita rindu berbagi, rindu berbuat demi orang lain. Mintalah berkat, hanya untuk memberkati.

Diperuntukkan khusus bagi saudaraku Anthony Basuni Hamzah, yang dulu pernah bilang "asal gw bisa makan gw udah seneng", dan yang hari ini diwisuda... Selamat datang di medan tempur, selamat mengamalkan janji lulusan ITB, kawan... Masa depan cerah menanti bukan hanya kita, tapi rakyat Indonesia!

================================

"Janganlah kamu menjadi hamba uang
dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu."
- Ibrani 13:5a -

"Kami berjanji akan mengabdikan
Segala kebajikan ilmu pengetahuan
untuk menghantarkan bangsa Indonesia
ke pintu gerbang masyarakat adil dan makmur
yang berdasarkan Pancasila"
- sepenggal Janji Lulusan ITB -




.

Minggu, 08 April 2012

Low In The Grave He Lay, Up From The Grave He Arose!


Low in the grave He lay — Jesus my Savior!
Waiting the coming day — Jesus my Lord!


Vainly they watch His bed — Jesus, my Savior!
Vainly they seal the dead — Jesus my Lord!


Death cannot keep his prey — Jesus, my Savior!
He tore the bars away — Jesus my Lord!


Up from the grave He arose,
With a mighty triumph o'er His foes
He arose a Victor from the dark domain,
And He lives forever with His saints to reign.
He arose! He arose!
Hallelujah! Christ arose!



Selamat Paskah 2012
Hanya ada satu yang lahir, hidup, mati, menang, menyelamatkan, bangkit, dan naik ke surga - Yesus!






.

Kamis, 05 April 2012

Via Veritas et Vita



Jalan
berbicara soal metode.

Jalan adalah tempat kita melangkah; sarana berjalan, sekaligus yang mengarahkan. Dengan jalan kita bergerak ke tujuan, namun jalan pula yang menunjukkan kita arah ke tujuan.

Yesuslah Jalan.

MelaluiNya kita melangkah. Dia pelita bagi kaki kita. Akuilah Dia dalam segala laku kita, maka luruslah jalan kita olehNya. Kita akan dibimbing dengan cara yang tepat, menuju hasil yang tepat.

===========



Kebenaran
berbicara soal esensi.

Kebenaran adalah motivasi, sumber dan daya dorong dari segala aksi. Perbuatan yang baik harus berlandaskan kebenaran. Perbuatan yang beralasan selain kebenaran adalah perbuatan yang miskin kebenaran, alias salah.

Yesuslah Kebenaran.

Dialah Sang Firman, dasar hukum dari segala tindakan kita. Tak boleh ada perbuatan kita yang bertentangan dengan sabdaNya. Kita dibenarkan olehNya, kita benar karena kita berbuat untukNya.

===========



Hidup
berbicara soal tujuan.

Hidup adalah hal yang utama, yang terpenting di antara segalanya. Manusia berhenti menjadi manusia ketika ia tidak lagi hidup. Manusia melakukan segala sesuatunya untuk hidup. Harta, akal, waktu, tenaga, itu sarana bertahan hidup. Semuanya untuk hidup.

Yesuslah Hidup.

Dialah Yang Utama, pusat dari aktivitas manusia. Harta, akal, waktu, dan tenaga kita adalah milikNya, hanya untukNya. Kita bekerja untuk Yesus. Kita mati untuk Yesus. Kita hidup untuk Yesus.

===========


Yesus
Sang Jalan, Kebenaran, dan Hidup

Apa lagi yang kalian butuhkan?
Dialah Sang Input, Proses, dan Output.
Bergeraklah dalam Jalan, oleh Kebenaran, untuk Hidup.
Bergeraklah dalam Yesus, oleh Yesus, untuk Yesus.





"Ego sum via veritas et vita"
"Akulah jalan, kebenaran, dan hidup"
- Yesus, saat Perjamuan Terakhir,
seperti tercatat dalam Yohanes 14:6 -

===========


Kamis Putih, 5 April 2012
Selamat menyambut kemenangan untuk yang merayakannya



.

Sabtu, 24 Maret 2012

Demo

Ketika sedang istirahat, Paiman mendengar ada keributan di luar. Segera ia keluar dari rumahnya yang sederhana, dan melihat ratusan orang berbaris membawa poster, pengeras suara, obor, batu, dan golok.

"Apa-apaan ini?" teriak Paiman.

"Kami sedang demo, Pak!" jawab seorang dari kerumunan tersebut. "Ayo ikut kami!"

"Memangnya apa yang kalian demo?" tanya Paiman.

"Demo kepada pemerintah agar memberi rumah, Pak!" jawabnya. "Ini semua perkumpulan orang-orang yang tidak punya rumah. Ayo Pak, bergabung bersama kami! Tunjukkan kepedulian Bapak!"

"Lho, mengapa saya harus ikut?" tanya Paiman. "Wong saya sudah punya rumah kok!"

Orang yang memegang obor itu melemparkan obornya ke rumah kecil Paiman. Dalam sekejap api berkobar membakar rumah itu dan seluruh isinya.

"Sekarang jadi tidak." katanya. "Ayo Pak, mari ikut kami!"

-------------------








"Siapapun jangan kau pernah sakiti
dalam pencarian jati dirimu
dan semua yang kau impikan"
- GIGI -


Bogor, 24 Maret 2012
ditulis dengan iringan doa
semoga mereka yang berjuang untuk haknya
tidak melaksanakan perjuangannya itu
dengan diiringi perampasan hak orang lain





.

Senin, 12 Maret 2012

Balance

"Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik."
- Rasul Paulus, dalam I Tesalonika 5:21 -

"There is nothing I like less
than bad arguments for a view I hold dear."
- Daniel Dennett, filsuf Amerika -



============================

Salah satu kuliah yang paling berkesan ketika saya belajar Teknik Kimia adalah kuliah Neraca Massa dan Energi. Di dalam kuliah tersebut, saya diajar dan belajar untuk memikirkan keseimbangan. Bahwa dalam kehidupan selalu ada neraca. Bahwa jumlah yang masuk dan terbentuk, harus seimbang dengan yang keluar dan tertinggal. Bahwa pengadaan dan peniadaan harus seimbang. Bahwa derajat kebebasan harus dibuat nol, agar data dan fakta pun harus seimbang. Karena seimbang, artinya sama kuat. Dan karena sama kuat, artinya sanggup untuk saling menyokong.

Mungkin karena itu juga, saya kemudian terbiasa menjadi seorang balancer. Selalu memandang sesuatu dari kedua sisi. Selalu terbiasa menguji segala sesuatu, dan mempertanyakan semua argumen dari kedua sisi. Atau ketiga sisi. Atau keberapa sisi sajalah, sebanyak sisi yang ada.

Dan mungkin juga itulah sebabnya, banyak yang menyebut saya sebagai pengganggu keseimbangan. Selalu mengganggu zona nyaman orang, mempertanyakan hal-hal yang orang tidak ingin pertanyakan, selalu tidak pernah konsisten, dan tidak pernah sependapat dengan siapapun.

Tidak, kawan. Justru sebaliknya. Saya adalah seorang pecinta keseimbangan. Dan pecinta kesempurnaan.

Saya ingin agar tiap orang memiliki pemikiran yang benar sebenar-benarnya. Saya ingin agar orang meyakini pemikiran yang menurutnya terbaik, bukan karena dia tidak mengetahui pemikiran-pemikiran lainnya, namun justru karena dia paham betul berbagai pemikiran lainnya, dan justru dengan memahami berbagai pemikiranlah dia sampai kepada keyakinan bahwa pemikirannyalah yang paling benar. Keyakinannya itulah keyakinan seyakin-yakinnya, yang tidak goyah hanya karena datangnya fakta baru. Keyakinan yang kuat dan teruji.

Neraca Massa dan Energi, mengajarkan saya penyederhanaan. Simplifikasi masalah kehidupan menjadi terstruktur dalam diagram. Sederhana saja logika yang ingin saya katakan. Jika anda benar, jangan takut berargumen. Jika anda berargumen secara adil dan kemudian kalah, (1) akuilah bahwa anda salah atau (2) jika anda masih yakin bahwa anda benar, ubah cara penyampaian anda untuk meyakinkan orang lain.

Terserah anda memanggil saya apa. Sang pemikir. Sang penanya. Sang penguji. Sang pengacau.

Tapi saya hanya menganggap diri sebagai sang pembelajar. Yang selalu ingin tahu apa yang benar. Apa yang paling benar. Kebenaran yang bersinar terang di atas 'kebenaran-kebenaran' lainnya.


Mungkin catatan ini dibuat terlambat tiga tahun... Tiga tahun yang lalu, ketika saya masih berkutat dalam perjuangan untuk menyampaikan suara dan keinginan rakyat kepada para pemimpinnya, dan di saat yang bersamaan juga berjuang menyampaikan pandangan dan kebijakan pemimpin kepada rakyatnya, dan juga berjuang untuk yang terpenting, yaitu menyelaraskan kedua perjuangan tersebut.

Mungkin dapat menjadi pengingat bagi semua pihak yang berkepentingan, bahwa argumen dibuat untuk dipercaya oleh orang lain, bukan oleh diri sendiri.

============================


Sudirman, 12 Maret 2012
dibuat setelah mendapatkan tugas
untuk membuat neraca massa sederhana




.

Minggu, 11 Maret 2012

First They Came...


First they came for the communists,
and I didn't speak out because I wasn't a communist.

Then they came for the trade unionists,
and I didn't speak out because I wasn't a trade unionist.

Then they came for the Jews,
and I didn't speak out because I wasn't a Jew.

Then they came for me
and there was no one left to speak out for me.


======================

This is a poem, written by Martin Niemoller, priest and leader of anti-NAZI clergymen in Germany in World War II. As you may already guess, "they" refers to NAZI party.



Apathy is the 8th deadly sin, and it is a silent killer.







Ditulis di hari peringatan,
namun bukan untuk memperingati,
keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret.

.

Sabtu, 03 Maret 2012

Belajar dari Transjakarta

Sudah sebulan lebih saya menjadi pengguna rutin berbagai jalur busway. Tentang kelelahan saya menghadapi berbagai jenis dan variasi transportasi ibukota yang lebih kejam dari ibu ****** ini mungkin bisa diuraikan dalam satu post tersendiri kelak. Namun, yang ingin saya tuliskan di sini adalah pelajaran yang saya dapat di atas balok-balok bergerak tersebut, balok-balok beroda yang meluncur (dan kadang tersendat) di jalurnya (yang kadang diserobot) untuk memindahkan saya dari satu tempat ke tempat lain di ibukota.

Bagi yang mungkin kurang familiar dengan Jakarta, di ibukota kita ini ada satu jalur busway yang merupakan rute busway pertama di Jakarta. Jalur ini dikenal dengan nama Koridor I atau Blok M - Kota, melintasi beberapa jalan protokol dan kawasan tersibuk Jakarta. Ini peta lengkap jalurnya, sebagai ilustrasi. Klik untuk memperbesar jika dirasa perlu (dan mungkin memang perlu, untuk memahami poin yang saya sampaikan di bawah).


Di jalur ini terdapat sebuah halte yang cukup spesial, yaitu Halte Harmoni Central Busway. Jika dilihat dari namanya saja, dan apalagi jika anda mencocokkan dengan peta di atas, akan terlihat apa istimewanya halte ini: dia adalah titik pertemuan dari 4 rute jalur busway, 3 di antaranya berakhir di ujung barat, timur, dan selatan Jakarta, dan 1 sisanya di stasiun pusat (Kota) yang menghubungkan Jakarta dan kota-kota satelitnya. Intinya, halte ini adalah penghubung antara seluruh penjuru Jakarta dan antara Jakarta dengan sekitarnya. Segitu pentingnya.

Konsekuensinya, akan banyak orang yang naik busway di Koridor 1 hanya untuk turun di Harmoni, yaitu untuk transit ke tujuan selanjutnya di belahan Jakarta yang lain. Jika kita telusuri koridor 1 dari Blok M, Senayan, Sudirman, Thamrin, Medan Merdeka hingga Harmoni, kita akan melihat suatu fenomena di mana bus Transjakarta yang penuh sesak, tiba-tiba kosong dari Harmoni menuju Kota, karena sekitar 2/3 penumpangnya turun di Harmoni!

Fenomena ini merugikan bagi jasa Transjakarta, mengapa? Karena dari Harmoni ke Kota, bus dijalankan dalam keadaan sepi penumpang, sedangkan di halte-halte sebelumnya banyak penumpang dengan tujuan Kota tidak terangkut karena bus penuh dengan penumpang yang akan turun di Harmoni! Sederhananya: penumpang tujuan Kota tidak terangkut, padahal bus tujuan Kota kosong. Entah apa istilah ilmu lalu lintas untuk fenomena ini, namun sepemahaman saya, keadaan seperti ini serba tidak enak. Mubazir bagi bis Harmoni-Kota yang kosong, sengsara bagi penumpang di halte-halte Blok M-Harmoni yang berdesak-desakan baik saat antri maupun saat di bus.

Sepengamatan saya, pada jam-jam sibuk (padat penumpang), ada solusi yang dicoba diterapkan oleh pihak Transjakarta. Biasanya jika dua bus datang di waktu yang berdekatan di satu halte, petugas Transjakarta di salah satu bus akan mengumumkan bahwa busnya hanya akan sampai Harmoni.

Tujuannya? Tujuannya adalah untuk memisahkan antara penumpang tujuan Kota dengan penumpang yang hanya sampai Harmoni. Jadi kasarnya ada dua jenis bus untuk satu rute: yang sampai Kota, dan yang sampai Harmoni saja.

Untuk apa? Untuk menguntungkan semua pihak. Penumpang yang akan ke Kota tidak usah berebut bus dengan penumpang yang akan ke Harmoni saja, mereka mendapat antrian dan bus terpisah, dan di bus pun akan sedikit lebih lega. Bus yang akan ke Kota tidak lagi mubazir (kosong) di tengah jalan. Sementara bus yang ke Harmoni, setelah mengantarkan penumpang dalam kondisi penuh (efisien), bisa langsung berbalik arah kembali menuju Blok M untuk mengangkut penumpang-penumpang lain (memperpendek rute) sehingga laju pengangkutan lebih cepat.

Sistem ini hanya bisa berhasil jika tidak ada yang melanggar aturan (tak tertulis). Dan sebagaimana Indonesia, selalu saja ada celah pelanggaran peraturan. Pembagian tujuan bus tadi bisa saja tidak dipatuhi penumpang. Karena bus tujuan Kota pasti melewati Harmoni, penumpang yang akan ke Harmoni bisa saja naik bus tujuan Kota, lalu turun di Harmoni. Ini bikin penuh antrian dan bus, sehingga tujuan awal pemisahan bus tidak tercapai. Sebaliknya, penumpang tujuan Kota pun bisa saja naik bus yang ke Harmoni (karena bus tujuan Harmoni biasanya tiba di depan/sebelum bus tujuan Kota, jadi penumpang dapat naik dengan alasan ingin lebih cepat) kemudian dia turun di Harmoni dan mengantri lagi untuk ke arah Kota. Ini membuat penuh antrian penumpang di Harmoni, dan membuat bus penuh juga.

Ketika saya menemukan fakta ini tadi sore, saya teringat sesuatu.

Jalur busway ini sama seperti jalur hidup. Ketika anda sudah membayar tiga ribu lima ratus rupiah untuk beli tiket, anda bebas untuk ke mana saja sepanjang jalur busway yang membentang di seluruh Jakarta itu. Seperti banyak yang bilang, "Life is your own choice". Ya, begitulah. Dengan 3500 rupiah anda bisa naik di Kalideres, turun di Kampung Rambutan, terserah. Mau ganti jalur sampe 5 kali juga silakan. Hidup pun begitu. Hidup ini pilihan anda sendiri yang menjalaninya. Jalan mana yang anda pilih, itu bebas. Jalani hidupmu sendiri.

Namun, seperti jalur busway pula, ketika kita menjalani hidup kita, janganlah kita mengambil jalan hidup orang lain! Ketika tujuan kita ke Kota, janganlah naik bus ke Harmoni, karena itu akan bikin penuh jatah orang lain yang mengambil jalan tersebut! Apalagi, setiap jalan hidup memiliki beban dan keringanan, di mana biasanya keringanan diberikan atas kompensasi dari beban. Kerjaan gaji tinggi, karena kerjanya berat. Fasilitas kerja diberikan, karena kerja menuntut adanya fasilitas tersebut. Ada hak, ada kewajiban. Seperti di busway. Kenapa yang dapat tempat duduk biasanya orang yang naik di halte pertama? Karena dia yang akan menempuh perjalanan paling jauh! Semua sudah ditetapkan secara adil.

Ilustrasi yang lebih tepat juga dapat dijumpai di jalur busway itu sendiri secara umum. Jalur busway adalah jalur yang terpisah dari jalanan, dan dipisahkan oleh separator berupa pembatas jalan. Jalur ini eksklusif untuk bus Transjakarta dan tidak boleh dimasuki kendaraan lain. Namun, ketika macet, banyak kendaraan yang masuk ke dalam jalur ini. Untuk menghindari macet, karena jalurnya sepi.

Ini dia yang tidak boleh! Jalur busway dibuat khusus karena busway melayani kepentingan umum. Bus Transjakarta yang melaluinya, harus melakukan kewajiban bus Transjakarta, yaitu berhenti di setiap halte untuk mengangkut penumpang! Karena dia menjalankan kewajiban itu, dia mendapatkan keringanan yaitu diberikan jalur khusus yang cepat dan bebas macet. Kendaraan pribadi yang masuk jalur busway, sama halnya dengan merampok! Mereka masuk jalur cepat tanpa mau menjalankan kewajiban bus Transjakarta, dan bukan hanya itu saja, mereka menghambat bus Transjakarta yang sedang melakukan bebannya! Jalur busway yang seharusnya lancar (untuk bus Transjakarta yang melakukan kewajiban sebagai alat transportasi umum) menjadi macet, dan pelayanannya pun terhambat, semua karena pihak yang ingin mendapatkan keuntungan tanpa harus melakukan beban.

==================================

Manusia bebas memilih jalan hidupnya masing-masing. Dan jalan hidup orang berbeda-beda.

Ketika kita memilih jalan hidup yang rendah, janganlah kita berjalan di jalur hidup orang yang tinggi. Jangan berharap untuk mendapatkan keringanan bagi beban yang tidak kita tanggung! Berikan kesempatan itu pada orang lain yang memang siap! Dan ketika kita memilih jalan hidup yang tinggi itu, hendaknya janganlah kita mengeluh ketika mengerjakan bebannya. Jika kita merasa jalan ini bukan jalan milik kita, tinggalkan jalan ini beserta seluruh beban dan keringanannya, bukan hanya ingin melepas bebannya saja. Sesungguhnya adil pulalah seluruh jalan yang ditunjukkan oleh Dia Yang Maha Adil.

Janganlah kita jadi pegawai bergaji besar dengan harapan untuk bisa makmur, jika kita tidak juga siap untuk bekerja sangat keras. Pegawai pemalas tapi digaji besar adalah beban untuk perusahaan, pegawai dengan kualitas kerja buruk tapi banyak makan uang perusahaan!
Jika kita tidak sanggup bekerja keras, berhentilah, cari pekerjaan lain. Jika kita merasa pekerjaan berat ini tidak cocok untuk kita, berarti gaji besar ini juga tidak cocok untuk kita, karena gaji besar adalah penghargaan perusahaan bagi orang-orang yang telah bekerja keras untuknya.

Janganlah kita jadi tentara dengan harapan ingin terlihat gagah dan sangar memegang senjata, jika kita tidak juga siap untuk mati di medan perang. Tentara pengecut adalah beban untuk rekan-rekannya ketika bertempur, tidak menambah kekuatan, bahkan menambah resiko kecelakaan!
Jika kita merasa takut mati, berhentilah, atau bagi yang belum jadi, hendaknya kita urungkan niat menjadi tentara. Jika kita merasa engkau bukan orang yang takut mati, mungkin memang kita tidak layak memegang senjata, karena senjata adalah alat untuk melindungi rakyat negeri kita, sebagaimana juga raga kita sendiri jika kondisi menuntut.

Janganlah kita jadi tokoh masyarakat dengan harapan ingin mendapat gengsi dan dihormati, jika kita tidak siap untuk selalu memberi contoh dan teladan dalam perkataan dan perbuatan. Tokoh masyarakat yang tidak bisa jadi panutan adalah beban untuk masyarakat, dengan merusak standar perilaku masyarakat!
Jika kita secuilpun tidak ada niatan untuk menjadi teladan, hendaknya kita renungkan kembali dan pikirkan betul arti integritas itu. Jika kita merasa memang kita tidak pantas diteladani, mungkin memang diri kita juga tidak pantas untuk dihormati, karena hormat datang seiring dengan perbuatan yang memang patut untuk mendapatkannya.

Janganlah kita jadi pemimpin dengan harapan ingin memegang kendali dan berkuasa atas orang-orang, jika kita tidak mau tulus mengabdi. Pemimpin yang tidak tulus bukan hanya beban, ia adalah BENCANA bagi rakyatnya ketika ia memimpin!
Jika kita merasa tidak ingin tulus untuk memimpin, jangan menjadi pemimpin. Jika kita merasa memang tidak memiliki niat yang baik untuk menjadi pemimpin, mungkin memang kita juga tidak boleh memegang kendali atas rakyat, karena tunduknya rakyat adalah bentuk kepercayaan rakyat terhadap ketulusan niat pemimpinnya untuk membuat rakyatnya menjadi lebih baik.

Janganlah kita menjadi mahasiswa ITB dengan harapan ingin memperoleh ilmu, pengalaman, dan pekerjaan, jika kita tidak mau mengamalkan semuanya itu untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara, seperti janji dan ikrar mahasiswa yang harusnya kita ucapkan dengan lantang dalam sidang penerimaan mahasiswa baru di Gedung Sabuga! Mahasiswa ITB yang abai mengembalikan ilmunya kepada kesejahteraan rakyat Indonesia, adalah beban bagi negara dan rakyat yang membiayai kuliahnya, adalah inhibitor bagi rekan-rekannya yang lebih berniat tapi tak mampu masuk ITB, adalah duri di mata rakyat Indonesia yang tak berdaya dan tiap harinya merindukan pembebas!

Jika kita tidak kuat dengan semua itu, menepilah. Ilmu yang kita pelajari di kampus, pengalaman yang kita alami sebagai mahasiswa ITB di lingkungan yang disusun ITB (kerja praktek, kuliah bersama dosen-dosen terbaik Indonesia, tugas-tugas kuliah yang menempa diri, aktivitas kemahasiswaan yang beragam), dan pekerjaan yang akan kita jalani, itu adalah sarana yang diberikan ITB kepada kita agar kita bisa membangun dan memajukan negara ini! Jika kita tak mau menjalankan kewajiban kita, ada baiknya jika kita menepi, memberi tempat kita pada yang lebih berniat! Jika sudah terlanjur kita mengambil semua keringanan itu, lakukanlah kewajiban kita!

Manusia bebas memilih jalan hidupnya. Bukan orang lain yang menentukan. Kita sendiri. Maka dari itu, hendaknya kita bijak sebelum memilih jalur. Mudah-mudahan kita tidak memakan jalur orang lain dalam menjalani hidup kita. Pilihan antara beban dan keringanan adalah satu paket. Jangan ambil secara terpisah.

Ada yang bilang, be yourself, not what people expects from you. Sepintas bijak. Tapi ini adalah ajaran postmodernisme yang pragmatis! Orang memiliki ekspektasi ke kita karena kita telah terlebih dahulu menjalankan peran kita sebagai orang yang menanggung ekspektasi orang lain! Silakan bayangkan jika presiden kita berbicara "Rakyat boleh menuntut apa saja dari diri saya, tapi saya tidak akan berubah." Bisa digantung nggak presiden kayak gitu? Well, kalau presiden tidak mau jadi seperti yang rakyat harapkan, presiden bisa turun. Tugas presiden, seperti halnya tugas tentara, tokoh masyarakat, mahasiswa ITB, dan bus Transjakarta, adalah menanggung beban dan harapan dari rakyat. Tidak mau menanggung ekspektasi orang? Step down please.

Tapi kembali lagi, itu adalah hidup kita. Kita boleh melanggar jalur semaunya. Tak ada sanksi, hanya kepatutan di pikiran kita sendirilah yang menjadi marka jalan yang membatasinya.


Jalur mana yang kita pilih?


Bogor, 3-4 Maret 2012
ditulis oleh seorang sarjana Teknik Kimia ITB
yang berharap semoga ia telah ada di jalan
untuk mencapai cita-cita besarnya;
seseorang yang mudah sekali terinspirasi
oleh hal kecil yang ada di sekelilingnya;
dan seorang pengguna rutin bus Transjakarta
.





.

Jumat, 02 Maret 2012

Fenomena Hukum Jalanan

Salah satu perbedaan paling mendasar antara Orde Baru dan Orde Paling Baru (ini nama julukan saya sendiri terhadap kenaikan entropi yang terjadi pasca jatuhnya Presiden Soeharto), adalah kebebasan pers.

Berkat kebebasan pers, rakyat Indonesia tiap harinya disodori apa yang oleh media dinamakan ketimpangan hukum. Berkali-kali media menggambarkan koruptor-koruptor elit lolos dari jerat hukum, sehingga masyarakat makin lama makin apatis kepada aparat penegak hukum khususnya, dan negara pada umumnya.

Dan rakyat pun geram, apalagi karena jerat yang terlalu lemah ini kemudian diklaim hanya kuat menangkap ikan-ikan kecil. Contohnya?

Nenek pencuri biji kakao dituntut perusahaan perkebunan. http://news.detik.com/read/2009/11/19/152435/1244955/10/mencuri-3-buah-kakao-nenek-minah-dihukum-1-bulan-15-hari

Remaja maling sendal diancam penjara? http://forum.kompas.com/nasional/58148-maling-sandal-jepit-butut-%3D-5-tahun-penjara.html

Bocah maling ayam dituntut penjara juga? http://www.indosiar.com/fokus/dua-bocah-maling-ayam-diseret-ke-meja-hijau_91281.html

Dan bahkan ada rangkumannya! http://situs-berita-terbaru.blogspot.com/2012/01/prestasi-atau-ironi-kasus-kasus-sepele.html

Bahkan terakhir yang lagi ngetop di jejaring sosial, yaitu kisah nenek pencuri singkong dan hakim yang 'cerdik', yang diklaim sebagai "KISAH NYATA" yang terjadi somewhere di Sumatera bagian selatan (ada yang bilang Prabumulih, Sumsel; ada yang bilang Lampung): http://hajingfai.blogspot.com/2012/02/kisah-nenek-pencuri-singkong.html

yang sejujurnya saya kurang sukai dengan beberapa alasan:

1. Cerita yang diklaim sungguhan terjadi ini, saya berani jamin sebenarnya cerita rekaan yang dibuat berdasarkan cerita di Amerika Serikat ini, dengan tokoh hakim digantikan walikota New York zaman Perang Dunia II, Fiorello LaGuardia: http://www.snopes.com/glurge/laguardia.asp. Kemiripannya luar biasa, hingga saya yakin cerita 'sungguhan' tentang nenek pencuri singkong itu hanya jiplakan dari cerita Walikota LaGuardia ini. Dengan demikian cerita nenek pencari singkong itu tidak benar-benar terjadi, dan bahkan mungkin saja cerita sumbernya (yang di Amerika Serikat) juga hanya rekaan, sejenis cerita rakyat yang bagus untuk mengajar nilai moral, tapi tidak benar-benar terjadi.

2. Bahkan terlepas dari keotentikannya, kita dapat bayangkan implikasinya jika benar ada kejadian seperti itu. Keesokan harinya akan muncul pencuri-pencuri singkong yang (bisa jadi) beneran miskin semua. Lalu pengadilan-pengadilan sejenis akan dilakukan, denda-denda atas penduduk kota karena "membuat kemiskinan yang memungkinkan pencurian terjadi" dan dalam waktu singkat para pencuri akan kaya dengan uang denda pengadilan. Orang miskin akan malas bekerja, karena pencurian dijustifikasi oleh hukum. Hukum memberikan alasan bagi orang untuk mencuri: karena mereka miskin.

Anyway, membahas artikel tersebut akan makan satu postingan tersendiri. Intinya, mulai dari maling sendal sampai maling jemuran, ketika sudah masuk pers dan menyebar di dunia informasi, rakyat pun marah. Dengan satu argumen yang sama:

"Kalau penjahat dan koruptor kelas berat yang merampok uang negara aja nggak dihukum, kenapa maling kecil yang nggak seberapa merugikannya harus dihukum?"

Buat yang mengikuti pergerakan saya di kampus dulu, pasti sudah familiar dengan argumen yang sering dilontarkan oleh sebagian mahasiswa ITB "Diri lo sendiri udah bener belom, kok mau-maunya ngurusin orang lain?"

Dan ini mengarah ke gerakan pragmatisme! Di mana kita harus sempurna dulu baru boleh menggerakkan orang lain ke arah kebaikan. Di mana kita mustahil menjadi sempurna, dan maka dari itu kita selamanya tidak dapat menyebarkan kebaikan. Di mana kebenaran adalah relativisme individual, di mana setiap orang bisa benar, dan di mana interaksi antarmanusia sebagai homo socius dipertanyakan. Perhatikan komen-komen di link yang saya berikan. Sengaja saya berikan link-link yang penuh dengan komen-komen yang naif dan tanpa sadar terbungkus pragmatisme.

Efek teknisnya adalah suatu gerakan yang, meminjam istilah salah seorang rekan saya, dinamakan integritas pecundang. Ketika hukum aproksimasi integritas diterapkan, yaitu bahwa perkataan harus sebanding dengan tindakan, maka rute bawah yang termudah diambil untuk memenuhinya adalah bungkam saat tak bisa bertindak.

Filosofi inilah yang sekarang menjadi mainstream, termasuk bagi rakyat Indonesia, apalagi yang melek media. Turunan dari gerakan ini adalah apa yang saya istilahkan sebagai kecenderungan penihilan, alias gerakan pembuangan susu sebelanga karena nila (yang mungkin saja lebih dari) setitik, yaitu ketika pragmatisme tadi diterapkan dalam suatu sistem. Ketika suatu sistem dinilai impoten untuk menyelesaikan satu masalah besar, maka sistem itu divonis impoten dan tidak boleh digunakan. Contohnya ya itu tadi, ketika hukum hanya dapat digunakan untuk menjaring maling-maling kecil sementara yang besar lolos, maka hukum itu cacat dan tak layak digunakan bahkan untuk menjaring maling-maling kecil itu. Bebaskanlah mereka.

Hal ini akan semakin menyebar jika dikatalisis oleh memang lemahnya sistem tersebut. Dalam hal ini, ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah memang sudah hampir naik mencapai puncaknya sehingga sistem hukum diabaikan, dan rakyat lebih memilih hukum jalanan yang fleksibel, tepat untuk beberapa kasus, namun justru meninggalkan celah yang jauh lebih besar yang dapat dengan lebih mudah dieksploitasi untuk hal-hal yang baik.

Attitude seperti ini tidak hanya berlaku untuk hukum saja. Coba kita lihat beberapa contoh lainnya yang telah menjadi mainstream, khususnya di Masyarakat INdonesia Golongan KElas Menengah Menuju atAS (MINGKEM MAS):

- Ketika polisi memberlakukan tilang atas pelanggaran 'ringan' seperti melanggar lampu merah, tidak memakai helm/seatbelt, ada argumen pengendara "Polisi mah beraninya cuma sama pengguna jalanan yang kecil-kecil kayak kita ini". So? Apa dengan kegagalan polisi mengungkap kasus-kasus kriminal besar, pelanggaran-pelanggaran lalulintas anda jadi boleh ditoleransi? Itu melanggar hukum juga toh?

- Ketika pemerintah mengadakan program ini itu, reaksinya adalah "Ah, ngapain ngurusin begituan? Ada masalah lain yang lebih besar buat negara ini!. Ya ya ya, Indonesia gak boleh punya atlet berprestasi, Indonesia gak boleh mempercanggih alutsista yang udah bobrok ini, sampe semua rakyat Indonesia gak ada lagi yang miskin! Oke, oke. Keren.

- Ketika banyak LSM yang mengurusi moral (seperti FPI, terlepas dari teknis aksinya), banyak yang berteriak "Ngapain ngurusin moral yang kecil-kecil? Urusin tuh persoalan yang lebih 'besar'!". Right. Selama Edi Tanzil dan kawan-kawannya belom ketangkep dan dihukum penjara seberat-beratnya maka perjudian, pelacuran, dan kebejatan-kebejatan lainnya legal di Indonesia. Logika yang sangat brilian.

Dan belum lagi jika saya membahas serangan masyarakat postmodern ini terhadap agama. Bisa satu post tersendiri lagi. Yah, intinya, hanya yang terburuknya sajalah yang dilihat masyarakat. Hal-hal baik lain yang ditawarkan, tak digubris lagi.

Inilah yang dinamakan penurunan standar. Di mana jika keadaan berada di bawah standar, bukan keadaan yang kita manipulasi agar naik memenuhi standar, namun standarlah yang kita turunkan agar memenuhi keadaan. Bisa dilihat contohnya seperti yang saya alami selama belasan tahun terakhir ini:

- Kalau memang nilainya jelek waktu kuliah, bukannya meningkatkan kuantitas dan kualitas belajar, malah mengusahakan penurunan standar nilai sehingga bisa dapat A.
- Kalau sudah sekali salah dalam berpendapat, lebih baik diam saja, daripada disalahkan terus.

Dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya. Penurunan yang konstan ini lama-lama akan mendekati nol. Dan selesailah sudah semua. Bangsa ini akan terus hidup dalam penjaranya yang kecil, yang didirikan oleh pemikiran rakyatnya sendiri.

Harusnya yang dilakukan itu, usahakan peningkatan standar! Usahakan sistem-sistem tersebut dapat pula membereskan masalah-masalah yang besar! Ingat, kita boleh menuntut para pelaku sistem untuk mengarahkan fokus mereka ke arah hal-hal yang besar, kita boleh menekan para pelaku sistem untuk terus mengejar penyelesaian masalah yang besar itu (dan jika kita dapat ambil bagian, terlibatlah semaksimal mungkin!), tapi jangan, JANGAN kita mematikan seluruh sistemnya hanya karena dia hanya bisa menyelesaikan masalah-masalah kecil! Masalah kecil tetaplah masalah, dan harus diselesaikan. Mulai dari yang kecil dulu, bukan? Betul, kita tidak boleh tinggal diam dalam keadaan kecil terus-menerus, tapi bergeraklah menuju besar, jangan hanya diam tinggal menunggu besar. Pergerakan ke arah yang besar dimulai dengan melangkah dari hal kecil, bukan dengan melewatinya.

Akar dari semuanya itu adalah pragmatisme, budaya instan, filsafat individualis, dan egosentrisme manusia, yang berujung pada minimnya spiritualitas dan budi luhur, di mana semuanya itu adalah nyata bertentangan dengan Pancasila, dasar negara kita yang berTuhan, berkemanusiaan, berkebangsaan, dan berpegang pada masyarakat yang sosial.

Makanya pake timbangan elektronik aja, biar gak berat sebelah...

PS: Saya sadar sepenuhnya kalau ini tulisan isinya emang kebanyakan kata-kata njelimet yang bahkan saya juga bingung abis baca lagi. Tapi apa daya, saya tetap mempost ini tulisan sebagai bentuk penghargaan saya terhadap fungsi blog ini sebagai tempat curhat saya kepada umum. Harap maklum setulus-tulusnya. Terimakasih. Dan sebagai penutupnya, ini ada quote favorit saya, dari Bung Karno.

"Jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 milyun ini lebih dahulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita mencapai political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita belum dapat Indonesia merdeka! Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita! Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita! Di dalam Saudi Arabia merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu per satu. Di dalam Soviet-Rusia merdeka Stalin memerdekakan hati bangsa Soviet-Rusia satu per satu."


Sudirman, 2 Maret 2012
diketik pada jam shalat Jumat di dalam kantor yang kosong
di tengah hujan badai yang menerpa ibukota



.

Sabtu, 11 Februari 2012

Maginot Line

This is the script for my high school speaking English final exam, 5.5 years ago. The examiners: Mr. Octavianus Tutoyo Aji Harsanto and Mr. Honorius Samidjan.

=========================

Have you ever heard a quote that was quite famous in Western countries? That quote sounds like this “It’s useless, it’ll only be a Maginot Line”. Do you know the meaning of those sentences? And do you know what Maginot Line is?

Maginot Line was a line of concrete fortifications, tank obstacles, machine gun posts and other defenses which France constructed along its borders with Germany before World War II. France equipped this line with connected bunker complex, 108 large forts and hundreds of smaller forts, land mines, anti-aircraft guns, anti-tank turrets, and other defense equipments. This 3 billion franc project was supported and planned by French minister of war and 1st WW veteran, Andre Maginot. For reassuring the civilians, propaganda about the line described the line by far greater that it was. The French government was extremely confident that the line would protect France from German and Italy invasion. They hoped to hold German forces at the line, a battle which they believed they could win because the superior power of defense at the line. France still believed that the war would go passively as the common war at that time, where defenses and fortifications were a key factor.

But Hitler and Germany refused to smash their heads against that man-made concrete wall. If they should attack France, they would attack from other way; from the north, where there was no Maginot Line.

Yes, the line stretched along the France borders, from the southern Mediterranean coast to northern Channel Strait. But, there are two gaps at the line. First, the line didn’t extend through the forest of Ardennes for about 500 kilometers by the confidence that the forest was ‘impassable’. Second, the fortifications along the border with Belgium were also not as strong as fortifications in other sections because France believed that Belgium forces would be able to hold and weaken the German invasion.

Unfortunately for France, Germans didn’t use passive war mentality as their opponents did, but they used active, mobile war: overwhelming forces was sent to attack and then rapidly continuing their movement as far as they can, which is now famous as Blitzkrieg (lightning warfare). For this usage, Hitler pointed General Heinz Wilhelm Guderian to lead the invasion to France. Guderian was a German general which is now famous as the first general in history who used tanks as main part of his forces. You should remember that tank was a newly-founded thing when 2nd WW began.

So, Guderian led three tank divisions passed through the forest of Ardennes. Because of the lack of defenses they met, in two weeks, the Guderian forces had arrived in Paris. Didn’t they meet any French troops? They met, but the French weren’t able to cope with overwhelming number of tanks. France had tanks too; with England, they are the first countries developed tanks. But unlike Germany, they didn’t believe in mobile war tactics so they spread their tanks along Maginot Line instead of concentrating the tanks at one spot.

The result was France - the strongest Allied nation in continental Europe - then surrendered only in two weeks. Their mighty Maginot Line was completely useless. The uselessness of Maginot Line then reproved when in 1944, English and American forces attacked France which was under German control. Allied forces attacked from Italy easily bypassed the line as the Germans did five years before.

I think now you’ve understood the meaning of proverb “their strong defense is just like a Maginot Line”. Maginot Line refers to a defense system or anything else that is extremely overestimated by the owner and is shown to others as a mighty protection against the danger, but in fact is useless and easily broken. For example, there is a student that will face a mathematic test. He learns only in a part that he thinks he can, and he talks to his friend that he is ready to face the test because he had studied. But, in the real test, there is only a little portion of what he had studied and he truly deserves the bad score.

That’s all about Maginot Line; a sad story about the mighty but useless defense.











.

Jumat, 10 Februari 2012

Mobil Tanpa Bahan Bakar

Seperti cerita humor fiksi ngawur atau satir pada umumnya, cerita ini tidak dimaksudkan untuk masuk akal, cuma buat sekadar ngelawak, ngegaring, atau nyepet. Kemiripan nama dan peristiwa dengan hal-hal lain yang benar-benar ada, silakan Anda asumsikan hanyalah kebetulan.

===========================================

Suatu hari, si Jero anak ITB membaca di sebuah web (ya di web lah, anak jaman sekarang yang baca koran siapa sih, kuno) bahwa ada sekumpulan pemuda Karang Taruna di pinggiran Jakarta yang menemukan mobil tanpa bahan bakar. Pertama membacanya, pikiran Jero beradu antara bangga, malu, dan tidak percaya. Karena penasaran, Jero kemudian memutuskan untuk melihat sendiri seperti apa wujud mobilnya.


Si Jero

Ternyata tempat penyimpanan mobil tersebut sudah ramai sekali oleh orang yang menonton. Jero duduk sebentar di pinggir jalan, di luar kerumunan orang-orang, dan di situ dia berkenalan dengan seorang bapak-bapak yang ternyata adalah carik (sekretaris) kelurahan sebelah. Setelah basa-basi sebentar dan Jero memperkenalkan diri seperlunya sebagai mahasiswa ITB, mulailah mereka mengobrol seru, tentang mobil yang jadi bahan perhatian itu. Pak Carik sibuk dengan serunya memuji-muji mobil karya anak Karang Taruna tersebut, terkadang dengan antusiasme sangat tinggi. Hingga tibalah mereka ke suatu kalimat yang menyentil keras saraf Jero.

"... ini luar biasa ya Dik. Adik yakin kampus ITB belum pernah kepikiran bikin yang beginian?"

Jero hanya bisa terdiam dan menjawab sekadarnya. "Mungkin sudah Pak, kita bergerak sedikit ke arah riset kendaraan alternatif dan bahan bakar alternatif, cuma baru kali ini saya dengar ada mobil tanpa bahan bakar."

"Wah, kalau begitu hebat ya anak-anak ini!" sahut Pak Carik antusias. "ITB aja kalah, nggak kepikiran sampe sini."

Jero merasa diserang dan sebagaimana anak ITB yang se-pasaran-nya, ia dengan refleks menjawab secara halus "Saya penasaran ya, soalnya sepengalaman saya sebagai mahasiswa sih, nggak bisa tuh Pak kalo mesin mobil nyala nggak pake bahan bakar. Soalnya kan energi yang diperlukan itu harus datang dari pembakaran..."

"Teorinya mungkin begitu Dik." sahut Pak Carik dengan cepat. "Cuma bangsa Indonesia ini udah nggak terlalu butuh teori Dik. Kita butuh bukti bukan janji, kita udah capek makan janji politikus! Hebatnya anak-anak ini buktinya nggak banyak ngomong kayak pejabat, kerja kerja kerja, langsung jadi!"

'Cuma bisa berteori' adalah salah satu hinaan potensial yang sensitif bagi anak ITB se-pasaran Jero. Dia langsung menyahut "Begini Pak, bukannya saya skeptis, tapi emang sudah umum diketahui di dunia engineering bahwa kendaraan itu butuh sumber energi, dan sumber energi itu datang dari bahan bakar yang..."

"Saya sih nggak terlalu ngerti yang begituan Dik. Saya tahunya ini bikinan lokal, bisa jalan, bagus! Kemarin saya baca, ini mobil canggih! Dibuat dari bahan-bahan yang tidak mahal, kecepatan sampai bisa 800 km/jam..."

Jero langsung memotong "Secara teknik itu nggak mungkin Pak! Nggak ada di dunia ini mobil yang kecepatannya lebih dari 600 km/jam! Tanpa pengamanan yang cukup, ini penumpang bisa..."

"Lah malah justru hebat toh, kita bisa membuat yang lain belum bisa buat? Adik ini seharusnya bangga atas penemuan mereka, bukannya malah sakit hati gara-gara ITB justru keduluan mbikinnya daripada mereka, dan menyalah-nyalahkan hal-hal sampingan seperti itu. Mereka anak Karang Taruna loh Dik, nggak sekolah tinggi, penemuan macam inipun sudah hebat toh!"

"@*#^&;$^%!?"

"Pokoknya ini penemuan hebat, jadi bukti kalau bangsa Indonesia nggak kalah sama asing. Saya bangga jadi orang Indonesia!"

Jero mengangguk, setengah terpaksa karena malas berdebat lebih jauh, dan setengah segan menanggapi Pak Carik yang begitu bersemangat.

Kerumunan penonton perlahan-lahan mulai berkurang, sehingga Jero dan Pak Carik mendapat kesempatan untuk melihat mobil yang dibicarakan itu dari dekat. Ketika melihatnya, Jero melotot. Dia melihat wajah Pak Carik... masih bersemangat, dan kemudian Jero dengan hati-hati bertanya.

"Pak, barang seperti ini mana boleh turun ke jalan raya?"

"Ah, Adik ini asal main klaim saja. Nggak baik itu, memandang rendah sama penemuan karya anak bangsa sendiri!"

"Bukan begitu maksudnya Pak..." ucap Jero dengan agak sabar. "Maksud saya, coba lihat ini-ini... Mobil biasanya roda empat Pak. Lah ini, rodanya...?"

"Ah, Adik ini terlalu banyak memikirkan hal yang begitu-begitu. Jadi tukang insinyur harus kreatif Dik. Siapa bilang mobil rodanya harus selalu empat? Yang penting ini penemuan baru Dik, penemuan baru! Karya anak bangsa!"

"Tapi ini bukan barang baru, Pak! Sudah banyak yang memakai!"

"Tapi kan tidak ada yang mempublikasikan sampai seperti ini? Paling tidak nyali mereka perlu kita acungi jempol, mental perintis!"

"...???? Tapi lihat Pak, ini bahkan tidak mempunyai kaca spion. Setirnya juga nggak ada. Kursi penumpangnya juga mana? ..."

"Nah, sekarang ini Adik mulai mencari-cari kesalahan di hal-hal yang kurang penting. Kalau harus nunggu ada semua itu, rumit Dik! Penelitian seperti ini sayang jika harus digagalkan oleh prosedur dan birokrasi yang berbelit-belit!"

"PAAAK, ini bahkan BUKAN MOBIL PAK! Ini GEROBAK RODA DUA lho, Pak! Yang biasa dipake ngangkut sampah, ban bekas, barang loakan! Jelas murah Pak, bahannya dari kayu dan triplek bekas! Nggak ada mesin, apalagi spion, setir, dan jok! Jalan aja nggak bakal Pak kalo nggak ada yang narik, apalagi di jalan raya, boro-boro 800 km/jam! Kalo 800 m/jam sih masih mungkin Pak, asal yang narik kuat aja!"

"Ah, Adik ini hanya iri! Ini karya anak bangsa, hargailah! Lebih baik daripada tidak ada sama sekali!"

Jero, antara geli, bingung, dan kesal, tidak tahu harus menanggapi seperti apa lagi, dia hanya menambahkan "Saya mau menghargai karya orang lain, tapi tidak dengan misinformasi yang dilebih-lebihkan!" dan memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.

Di perjalanan pulang, Jero melihat seorang anak kecil, sekitar umur 5-6 tahun lah, sedang duduk di dekat tumpukan sampah (yang nggak jelas apakah itu tong sampah, bak sampah, atau memang sudut jalan yang sudah diketahui bersama sebagai tempat sampah), sedang mengunyah sesuatu yang sepintas terlihat seperti pizza, tapi yang jelas sepertinya baru diambil dari tumpukan sampah di sebelahnya. Dia berteriak "Bapak! Bapak! Rotinya enak banget Pak!"

Seorang pemulung mendekati anak tersebut dan berkata "Udin, sudah Bapak bilang, jangan sering-sering mungutin makanan dari tempat sampah! Nanti kapan-kapan Bapak belikan makanan enak."

"Ah, Bapak bohong!" ucap si Udin ringan. "Bapak mah nggak pernah beliin Udin makanan enak. Mending nyari di sampahan Pak, ini enak lho!"

Bapaknya hanya tersenyum hambar. Tidak berkata apa-apa lagi. Tidak mengambil roti bekas itu dari tangan anaknya. Hanya melanjutkan kerjanya memulung sampah.

Jero tersentak.

Enam tahun sudah dia di kampus. Belum lulus-lulus. Udah ngapain aja dia?

Jadi "aktivis", ikut kepanitiaan jadi kroco-kroco, sekali dua kali jadi ketua, buat nambah panjang CV?

Ngorok di kelas, belajar H-1 sebelum ujian, dan dapet nilai bagus karena emang dasar otaknya jenius, tapi setelah ujian lupa semuanya?

Nunda lulus, mejeng terus di kampus, ngincer mahasiswi-mahasiswi baru buat digebet?

Ngerjain TA, yang sebenernya proyek dosennya yang bakal dipake buat bantu sebuah perusahaan asing?

Dia, kawan-kawannya, dan dosen-dosennya... yang harusnya ambil bagian memasok teknologi-teknologi canggih yang rakyat idam-idamkan untuk dipunyai sendiri oleh Indonesia, yang mereka impikan sampai mabuk dan berbusa. Ngapain aja mereka?

Rakyat Indonesia pantas mendapatkan yang lebih dari ini, keluh Jero sambil menatap kolong jembatan di pinggir kali yang kotor, di mana di jalan layang di atasnya melintas mobil-mobil berharga miliaran, dikendarai dan ditumpangi oleh om-tante dan pemuda-pemudi keren berpakaian mahal, berpendidikan tinggi, dan ber-gadget canggih... yang semuanya buatan luar negeri.



Sudirman, Jakarta
10 Februari 2012
diketik pada waktu istirahat siang dan seterusnya
dilatarbelakangi menara-menara etalase ibukota
dan lagu-lagu Iwan Fals




.

Kamis, 26 Januari 2012

Apa Itu Indonesia?

Terinspirasi dari sebuah lagu perjuangan Jerman kuno (sebelum adanya negara Jerman yang sekarang), Was ist des Deutsches vaterland? (Apa itu tanah air Jerman?), maka berdasarkan tema yang cukup mengena tersebut (yaitu tentang satu negara dalam perbedaan, keragaman dalam satu identitas), saya mencoba membuat suatu tulisan tentang Indonesia. Sedikit tidak jelas, lumayan untuk sarana pelampiasan karena sedang ingin menulis sesuatu. Bacaan (dan musik) ringan untuk yang ingin menikmati.

Jika ingin, dapat dinyanyikan sesuai melodi yang dapat dijumpai di tautan ini. Lirik asli yang menginspirasi (lengkap dengan animasi) ada di sini. Salam hangat.

=========================================

Apa itu Indonesia?
Tanah Minang? Atau Batak?
Di pinggiran Batanghari?
Atau tepi Sungai Musi?
Ten-tu, ti-dak!
Indonesia lebih besar,
lebih besar dari itu!

Apa itu Indonesia?
Papua-kah? Maluku-kah?
Di kaki Gunung Rinjani?
Di pantai Teluk Tomini?
Ten-tu, ti-dak!
Indonesia lebih besar,
lebih besar dari itu!

Apa itu Indonesia?
Tanah Dayak? Atau Banjar?
Di kuala pesut menari?
Atau di hutan meranti?
Ten-tu, ti-dak!
Indonesia lebih besar,
lebih besar dari itu!

Apa itu Indonesia?
Majapahit? Pajajaran?
Di keraton Gunung Jati?
Atau Raden Mangkubumi?
Ten-tu, ti-dak!
Indonesia lebih besar,
lebih besar dari itu!

Apa itu Indonesia?
Tasik Melaka? Sunda Kecil?
Pulau Besi? Pulau Emas?
Pulau Tanjung? Pulau Beras?
Ten-tu, ti-dak!
Indonesia lebih besar,
lebih besar dari itu!

Apa itu Indonesia?
Oh, negeri yang mulia!
Apakah Pulau Dewata,
yang berjuluk surga dunia?
Tidak, tidak!
Indonesia lebih besar,
lebih besar dari itu!

Apa itu Indonesia?
Oh, negeri yang kucinta!
Apakah bandar Jakarta,
dalam segala gemerlapnya?
Tidak, tidak!
Indonesia lebih besar,
lebih besar dari itu!

Apa itu Indonesia?
Semua ini Indonesia,
baik alamnya yang permai,
maupun rakyatnya yang damai!
Sudah tentu! Sudah tentu!
Serukanlah dengan bangga:
In-do-ne-sia!

Semua ini Indonesia,
Meskipun berbeda-beda,
namun sungguh satu jua,
dirahmat Yang Maha Esa!
Sudah tentu! Sudah tentu!
Semua ini Indonesia,
semua ini Indonesia!


==========================


Inilah Indonesia!



"Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua! ... Indonesia buat Indonesia, semua buat semua!"
- Bung Karno -





Bogor, 26/1/2012
V.S. Eisensteiner


.

Was ist des Deutschen Vaterland?

Ini sumber inspirasi dari postingan setelah ini, "Apa Itu Indonesia?". Sebuah lirik lagu "Was is der Deutschen Vaterland?" dalam bahasa Jerman, dan terjemahan bahasa Inggrisnya karya saya sendiri, yang sama-sama dapat dinyanyikan dengan melodinya.

DISCLAIMER: the lyrics are from this video, and the poetic translations are mine.

======================================
GERMAN LYRICS

Was ist des Deutschen Vaterland?
Ist's Preußenland? Ist's Schwabenland?
Ist's wo am Rhein die Rebe blüht?
Ist's wo am Belt die Möwe zieht?
O nein, nein, nein!
|: Sein Vaterland muss größer sein! :|

Was ist des Deutschen Vaterland?
Ist's Bayerland? Ist's Steierland?
Ist's, wo des Marsen Rind sich streckt?
Ist's, wo der Märker Eisen reckt?
O nein, nein, nein!
|: Sein Vaterland muss größer sein! :|

Was ist des Deutschen Vaterland?
Ist's Pommerland? Westfalenland?
Ist's, wo der Sand der Dünen weht?
Ist's, wo die Donau brausend geht?
O nein, nein, nein!
|: Sein Vaterland muss größer sein! :|

Was ist des Deutschen Vaterland?
So nenne mir das große Land!
Ist's Land der Schweizer? Ist's Tirol?
Das Land und Volk gefiel mir wohl.
Doch nein, nein, nein!
|: Sein Vaterland muss größer sein! :|

Was ist des Deutschen Vaterland?
So nenne mir das große Land!
Gewiss, es ist das Österreich,
An Ehren und an Siegen reich?
O nein, nein, nein!
|: Sein Vaterland muss größer sein! :|

Was ist des Deutschen Vaterland?
So nenne endlich mir das Land!
So weit die deutsche Zunge klingt
Und Gott im Himmel Lieder singt:
Das soll es sein! Das soll es sein!
|: Das wackrer Deutscher, Nenne dein! :|
Das nenne dein!

Das ganze Deutschland soll es sein!
O Gott vom Himmel, sieh darein
Und gib uns rechten deutschen Mut,
Dass wir es lieben treu und gut!
|: Das soll es sein! Das soll es sein!
Das ganze Deutschland soll es sein! :|
Das soll es sein!
Das ganze Deutschland soll es sein!

--------------------------------------

ENGLISH TRANSLATION

What is the German fatherland?
Is it Prussia? Or Swabia?
Is on Rhine, where fine vines are found?
Or Belt, where seagulls' cries resound?
Oh no, no, no!
|: That fatherland is greater though! :|

What is the German fatherland?
Is Bavaria? Or Styria?
Is Marsland, where cattles are herded?
or Markland, where irons are smelted?
Oh no, no, no!
|: That fatherland is greater though! :|

What is the German fatherland?
Pomerania? Or Westphalia?
Is it where Sand Dunes by wind blows?
Or where the Danube rush its flows?
Oh no, no, no!
|: That fatherland is greater though! :|

What is the German fatherland?
That I can call a true great land!
Is Switzerland, of snow and ice?
Or Tyrol, where the folks are nice?
But no, no, no!
|: That fatherland is greater though! :|

What is the German fatherland?
That I can call a true great land!
Is it Austria, certainly,
Abundant in wealth and glory?
Oh no, no, no!
|: That fatherland is greater though! :|

What is the German fatherland?
That I finally can call my land!
It's where spoken the German tongues
who praises God in Heaven with songs:
Those are the ones! Those are the ones!
|: Name that land yours, o brave Germans! :|

The whole Germany should be those!
Oh God in heaven, be with us,
and give us, true Germans, the strength
so we'll love it till our last breath!
|: That is the one! That is the one!
The whole Germany should be one!:|


======================================

This is the Greater Germany according to the wishes of the listener of this song. The dark green is the current Germany. The Greater Germany is inside the green border, with the territory in light green, superimposed with current borders (in red) with other countries (territory in yellow). It can be seen in this map that the Greater Germany covers the territories which are currently belonged to the countries Denmark, Netherlands, Belgium, Liechtenstein, France, Switzerland, Italy, Austria, Hungary, Czech Republic, Slovakia, Romania, Ukraine, Poland, Lithuania, and Russia; which totals roughly 2,5 times greater than current 'Germany'.





"Von der Maas bis an die Memel,
von der Etsch bis an den Belt."
[from the Meuse (in France) to the Nemunas (in Lithuania),
from the Adige (in Italy) to the Belt (in Denmark)]
part of the original lyrics of German anthem,
the German equivalent of Indonesian
"Dari Sabang ke Merauke, dari Miangas ke Rote"



.

Sabtu, 21 Januari 2012

Pemuda Tionghoa, Riwayatmu Kini

DISCLAIMER: tulisan ini mengandung generalisasi yang sangat keras (karena disertai dengan introspeksi diri yang mendalam), yang semestinya tidak perlu membuat orang marah, tersinggung, atau pura-pura ketawa mengejek kalau dia tidak merasa tercakup ke dalam generalisasi tersebut.

==================================

Dulu pemuda Tionghoa terkenal kreatif. Mungkin karena semua jalan besar menuju kesuksesan tertutup, sehingga untuk mencapainya harus pintar-pintar mencari jalan sempit. Masuk universitas susah, kalau nggak mahal ya dijatah. Jadi pegawai negeri hampir mustahil, apalagi militer. Politik? Ha ha ha. Yang sisa tinggal sektor usaha, itupun susah. Banyak tekanan dari kanan kiri, atas bawah. Kompetitor, birokrasi, pegawai, masyarakat. Nggak kreatif? Nggak bertahan hidup.

Sekarang? Setelah SD meneruskan ke SMP. Setelah SMP, ya ke SMA karena biasanya dari SMP ya ke SMA. Dari SMA? Tentunya kuliah, sebagaimana umumnya pemuda. Kuliah apa saja selama orangtua bisa membiayai, dan biasanya sih bisa. Setelah lulus? Cari perusahaan yang mau mempekerjakan, cari yang gajinya paling besar. Setelah itu? Terus bekerja hingga gajinya sangat besar, dan anda akan makmur. Jalur mencapai kesuksesan yang sangat linear. Tidak terpikir untuk usaha? Ya, itu nantilah setelah punya modal (dengan bekerja dan dapat gaji besar). Waktu kuliah? Ya konsentrasi kuliah dulu. Waktu bekerja? Ya kerja dulu.


Dulu pemuda Tionghoa terkenal tahan hidup susah. Makan sehari sekali? Ya kalau bisanya segitu ya sudah. Terpaksa numpang di rumah orang waktu kuliah/kerja? Ya asal bisa tidurlah. Terpaksa irit karena semua penghasilan jadi modal usaha? Gak apa-apa asal untungnya besar. Rumah jelek? Sebodo amat, yang penting usaha kencengin dulu!

Sekarang? Suruhlah ke desa barang 2-3 hari. Paling sedikit satu yang dikeluhkan: kamar pengap dan gerah lah, banyak nyamuk lah, WC/kamar mandi jelek lah, nggak ada sinyal HP lah, makanan nggak enak lah, ya pokoknya ada aja lah. Kalau listrik mati bentar, bingung. Sehari nggak dikasih bawa kendaraan, bingung. Mau makan bingung makan di mana, bukan bingung mau makan apa. Masalah terbesar bukan makan dan tidur, tapi gak bisa dengerin musik/main game karena hape/laptop rusak.


Dulu pemuda Tionghoa terkenal hemat. Kalau dikasih duit jajan, bisa nggak dipake seharian, ditabung. Kalau dikasih makan di rumah, mending pulang daripada buangin duit. Kalau bisa jalan kaki, ngapain pake kendaraan (umum ataupun pribadi). Kalau baju/sepatu/perabot belum butut atau rusak sekalian, ngapain beli baru. Kalau diajakin hura-hura sama temen? Sori jek, duit gw bisa punya kegunaan lain yang lebih penting.

Sekarang? Duit bulanan sisa, habiskan buat foya-foya. Mall jadi tempat utama menghabiskan uang. Pemborosan sebulan cukup untuk memulai satu usaha kecil. Terkadang hanya tahu cara menghabiskan uang, dibanding cara menghasilkannya. Tabungan? Apa itu?


Dulu pemuda Tionghoa terkenal mandiri. Orangtua mendidik dengan keras. Berantem di sekolah? Uruslah sendiri, papa mama sibuk jaga toko. PR nggak ngerti? Mana mama tau, mama nggak sekolah, cari jawaban sendiri! Duit jajan kurang? Cari sendiri kalau emang butuh! Kalau nggak butuh ya udah, masih bagus dikasih jajan. Pegang teguh prinsip leluhur: jangan pernah meminta, tapi berusahalah!

Sekarang? Duit jajan kurang 10 ribu, ngambek. Mau jalan-jalan nggak dikasih duit jajan, ngambek. Nggak boleh bawa mobil, ngambek. Duit bulanan telat dateng, kalo nggak ngambek ya bingung. Udah maksa beli hape mahal, masih minta duit pulsa. Duit tabungan? Ya buat hura-hura. Paling sial, buat maen cewe sama beli ganja.


Dulu pemuda Tionghoa terkenal bermimpi besar. Penghasilan tidak pernah cukup. Hari ini dapat untung sepuluh ribu? Masukkan semua ke modal dan buat besok jadi untung lima belas ribu. Penghasilan bulan depan harus lebih maju dari hari ini. Usaha tahun depan harus lebih luas dari tahun ini. Gaji besar di perusahaan, tidak bikin terlena. Pokoknya masa depan harus lebih maju dari hari ini, sebaik apapun kondisi yang hari ini sudah bisa kita capai!

Sekarang? Ranking di sekolah, ya selama naik kelas dan gak dimarahi ortu/guru saja. Masuk kuliah, jurusan yang jelas-jelas (mainstream) aja. Diajak usaha bilangnya cari yang safe dulu aja. Kerja digaji menengah ke atas puas dan bilang, ya cukuplah buat hidup senang-senang. Usaha lancar, hanya dijaga stabil saja. Diajak berbuat lebih? Ah, cukuplah, segini juga udah enak banget.


Dulu pemuda Tionghoa terkenal pekerja keras. Waktu yang lain hura-hura, dia usaha cari uang. Kalau dia sekolah, pulang ya cepat, bereskan tugas dan PR, setelah itu bantu orangtua atau cari duit tambahan. Waktu kerja, berangkat paling pagi waktu semua orang masih molor, pulang paling malam waktu yang lain sudah ngopi dan nonton TV. Yang lain cuma tahan kerja sekian jam sehari, dia bisa tahan kerja lebih lama lagi.

Sekarang? Ini doang sih yang masih keliatan kayaknya. Cuma sayang, mindsetnya instan. Kalau gw kerja keras untuk hal ini, apa sih yang bisa gw dapet besok? Ngapain cari pengalaman buat masa depan, mending buat hidup enak hari ini. Bergaul, dapetin koneksi? Mending tidur dan maen di rumah, udah enak ini rumahnya. Belajar yang bener? Ah ngapain, belajar buat dapet A aja dulu!


Porsi besar dari perekonomian Indonesia dibangun oleh kerja keras pemuda Tionghoa. Pemuda Tionghoa saat ini, mau jadi apa? Budak kapitalis? Atau pemberi manfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan orang banyak? Silakan pilih.



富不過三代
Fù bùguò sāndài
Kekayaan tidak akan melewati tiga generasi
- Peribahasa Tiongkok:
generasi pertama membangun usaha,
generasi kedua mengembangkannya,
generasi ketiga menghamburkan uangnya -


起來!不願做奴隸的人們!
Qǐlái! Búyuàn zuò núlì de rénmen!
Bangkit! Semua yang tak ingin menjadi budak!
- Baris pertama Yìyǒngjūn Jìnxíngqǔ (Mars Sukarelawan),
lagu kebangsaan Republik Rakyat Tiongkok -


Selamat merayakan datangnya tahun baru naga air 2563.
Semoga di tahun yang baru ini dan tahun-tahun selanjutnya, kita dapat terus mengatasi tantangan yang datang dan terus naik melampaui batas-batas yang biasanya menghalangi orang banyak.


新年快樂
恭喜發財
萬事如意

Xīn nián kuài lè
Gōng xǐ fā cái
Wàn shì rú yì

Selamat tahun baru
Selamat dan semoga sejahtera
Semoga segala keinginan terkabul



茂物, 2012年1月21日
战斗机 鄭風龍





.

Minggu, 15 Januari 2012

Siapakah Yesus?

Masih dalam seri tugas kuliah. Ini adalah tugas kuliah Agama dan Etika Protestan, dan jelas bukan tugas kuliah Mekanika Fluida dan Partikel, meskipun keduanya sama-sama saya ambil di semester 4 (awal tahun 2008, jadi sekitar 4 tahun lalu).

Di tengah tantangan zaman ini, di tengah gencarnya 'penginjilan' oleh kaum ateis, pragmatis, rasionalis dan duniawi, berbarengan dengan keterbukaan informasi dan kehilangan kepercayaan terhadap gereja, pemuka agama, dan nilai moral secara keseluruhan, seakan-akan seluruh dunia berkonspirasi untuk menjatuhkan iman Kristiani terhadap Yesus. Seakan-akan tidak ada Yesus yang dapat dipercayai oleh umat Kristen. Benarkah? Tidak jika kita tahu benar siapakah Yesus. Bukan sekadar tahun, tapi mengenal.

Enjoy.

=====================

Siapakah Yesus?





Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
Matius 16 : 13-16

Yesus. Mungkin Dia adalah manusia terpenting sekaligus paling kontroversial sepanjang sejarah dunia ini. Pada masa hidupnya, Dia adalah pahlawan pembebas bagi rakyat Yahudi yang tertindas; penghujat Allah bagi para agamawan Yahudi; pengacau bagi penguasa Romawi. Jauh setelah kematianNya pun Ia tetap kontroversial. Ada yang menganggapNya guru moral, nabi, Tuhan; ada pula yang menganggapNya penipu, orang biasa, bahkan tokoh fiksi. Semua aspek hidupNya seakan menarik untuk dikaji. Dia menjadi bahan pertentangan berbagai kelompok agama, politik, ilmiah, dan sosial. PenyalibanNya kontroversial. KetuhananNya kontroversial. Bahkan keberadaanNya pun diperdebatkan. Mengapa?

Karena Dia mengubah dunia. Karena dari apa yang Dia perbuat dua ribu tahun yang lalu, lahir sebuah kepercayaan yang sekarang dianut oleh sepertiga manusia di bumi ini. Karena dua ribu tahun yang lalu Dia hidup dan mengatakan apa yang tidak berani dan tidak sanggup dikatakan oleh orang-orang sebelum dan setelah Dia. Bahwa Dialah satu-satunya Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Bahwa Dialah Tuhan yang turun ke bumi untuk menebus dosa manusia. Bahwa Dialah Juruselamat yang sanggup mengalahkan maut untuk kita. Bahwa untuk dapat memperoleh keselamatan kekal, kita cukup mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati bahwa Dialah Tuhan.

Maka banyak orang protes. Terlalu mudah, katanya. Banyak yang tidak mempercayai adanya tokoh yang Maha Sempurna seperti itu. Bagi mereka, keselamatan harus diperoleh dengan mengumpulkan pahala di dunia. Maka bermunculanlah berbagai versi tentang siapakah Yesus. Ada yang ‘mengurangi’ peranNya menjadi sekedar filsuf atau nabi. Ada yang membuat beraneka tafsir yang bertentangan tentang ajaran-ajaranNya. Ada yang sibuk membongkar cacat dan cela dalam kehidupanNya. Ada yang gigih mencari bukti bahwa Yesus sebenarnya hanya manusia biasa, dan segala kisah tentangNya hanyalah rekaan atau dibesar-besarkan. Ada pula yang ‘membuat’ Yesus versi mereka untuk dikomersialkan, karena Yesus selalu laku keras. Pada pergerakan zaman yang makin canggih dan terbuka, segala versi Yesus yang berbeda-beda ini ibarat sudah disodorkan ke depan mata kita, menunggu mana yang akan kita pilih untuk dipercaya.

Mana yang akan kita pilih?

Siapakah Yesus sebenarnya?

Kutipan Alkitab pada awal tulisan ini menceritakan tentang pengakuan Petrus atau Simon Bar-Jonah, murid Yesus yang dipercayakanNya kunci gerbang surga. Banyak versi Yesus menurut orang-orang, tapi Petrus tanpa ragu menjawab bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Itulah Yesus yang dikenal Petrus setiap hari secara pribadi. Itulah Yesus yang dilihat oleh Petrus dalam kehidupannya. Itulah Yesus, itulah arti Yesus bagi Petrus, tak peduli apa kata orang lain, karena Petrus telah mengalami dan mengenal pribadi Yesus.

Bagaimana dengan kita?

Bagi saya dan seharusnya seluruh umat yang menyebut dirinya Kristen, Yesus bukan hanya sekedar tulisan di buku sejarah. Yesus lebih dari sekadar nabi atau guru moral. Yesus adalah Tuhan, Sang Maha Pencipta. Yesus adalah Pribadi Yang Agung, yang bangkit mengalahkan maut. Yesus adalah sahabat yang mau menyerahkan nyawaNya demi menebus dosa-dosa kita. Yesus adalah Raja Alam Semesta yang pantas kita sembah. Yesus adalah kasih. Yesus adalah alasan kita hidup di bumi ini. Yesus adalah segalanya bagi kita.

Mengapa umat Kristen dapat mempercayai hal-hal itu? Tidak ada jalan lain selain mengenal Yesus secara pribadi. Jutaan umat Kristen dijamah Yesus setiap harinya. Beberapa bertemu Yesus secara pribadi. Banyak yang mengalami hal-hal ajaib. Ada pula yang merasakan damai dalam persekutuan dengan Yesus. Itulah yang dinamakan iman. Itulah yang membuat umat Kristen mempercayai Yesus versi mereka: karena mereka telah mengenal Yesus secara pribadi. Karena mereka telah mengalami kasih Yesus yang ajaib dan baru setiap hari, meskipun mereka tidak melihat wujud fisik Yesus. Dan itulah yang tidak akan pernah dipahami oleh mereka yang tidak mengenal Yesus. Kita tidak perlu memilih Yesus versi mana yang akan kita percayai. Kenalilah Yesus. Itulah Dia.

Untuk saya, Yesus adalah segalanya. Saya hidup untukNya. Mengapa? Karena Dia menawarkan keselamatan kekal. Hanya itu saja? Tidak. Terlebih dari itu, Dia Tuhan Yang Maha Pengasih. Dia mengasihi saya dengan kasih yang tak terbatas. Dan saya mengasihi dia dengan segenap hati dan pikiran. Dia lebih dari sekedar fakta sejarah. Dia Tuhan yang hidup; dahulu, sekarang, dan selama-lamanya. Dan Dia adalah segalanya. Sederhana saja. Dan mengapa saya mempercayai semua hal itu? Karena saya mengenal Dia melalui pengenalan yang tidak dapat diperoleh dari perdebatan-perdebatan, kajian-kajian ilmiah, maupun diskusi-diskusi. Untuk mereka yang mengenalNya, sederhana saja, Dia adalah Tuhan, dan itu berarti Dia adalah segalanya.

Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya:
"Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
Yohanes 20 : 27-29




=====================



For the preaching of the cross
is to them that perish foolishness;
but to us which are saved
it is the power of God.
- I Corinthians 1:18 -





.