Kamis, 21 Mei 2009

Pesan Terakhir Kristus

What is Jesus' last words for us before He left this earthly world? Let's see...

"Go, then, to all peoples everywhere and make them my disciples..." (Matthew 28:19)

"Go throughout the whole world and preach the gospel to all mankind..." (Mark 16:15)

"...you will be witnesses for me... to the ends of the earth." (Acts 1:8)




Have we qualified enough to fulfill His last words in this world? With our daily deeds so that the world could see the glory of God inside us and therefore also glorifying Him?

(celebrating The Ascension of Jesus Christ to Heaven)



You came from heaven to earth
(to show the way)
From the earth to the cross
(my debt to pay)
From the cross to the grave
From the grave to the sky
LORD I lift Your Name on high!





.

Sabtu, 09 Mei 2009

Unit Perlu Diwakili Tidak?

Salam hangat untuk setiap pembaca setia Bacotan Orang Terbuang. Kali ini Si Pembacot a.k.a. Alfonso R. P. del Castillo kembali menghadirkan sebuah tulisan, namun jika biasanya tulisan saya selalu layak dibaca, sekarang saya tidak menghadirkan tulisan untuk dibaca saja namun terutama untuk dikomentari, khususnya untuk rekan-rekan sesama mahasiswa ITB.

Begini ceritanya...

Seperti yang teman-teman tahu, di ITB ini ada 2 macam organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan dan unit. Himpunan itu ya isinya mahasiswa di jurusan/fakultas/sekolahnya masing-masing (di ITB ada 29), yang berdasarkan keprofesian di bidang ilmunya masing-masing. Klo unit itu ada banyak, dan unit merupakan tempat buat penyaluran minat dan bakat, bisa di bidang olahraga, kesenian, diskusi dan kajian, ekonomi, jurnalistik, atau keagamaan, atau yang lainnya. Untuk teman-teman ITB pasti tau lah ya bedanya lingkungan pergaulan di himpunan dan di unit. Pasti beda. Terutama teman-teman yang aktif di keduanya pasti paham.

Nah, di ITB ini kan kita hidup dalam sebuah organisasi yang lebih besar lagi, yaitu KM-ITB. KM-ITB itu mengatasi himpunan-himpunan dan unit-unit. Malahan pada intinya kan KM-ITB itu sebenernya organisasi yang terdiri dari himpunan-himpunan dan unit-unit.

Nah, di setiap kelompok apapun kan diusahain semua anggotanya yang megang peranan dalam menjalankan kelompok tersebut. Contohnya aja waktu rapat RT diusahain semua datang rapat RT kan, biar nggak ada yang keberatan dengan hasilnya. Idealnya sih begitu...

Untuk kelompok yang gede, kan pasti ada yang namanya sistem perwakilan biar semua bisa terwakili. Satu perwakilan mewakili kelompok-kelompok kecil yang ada di kelompok besar itu. Kumpulan perwakilan inilah yang jadi lembaga tertinggi di kelompok itu. Contohnya aja pemerintahan Indonesia yang punya MPR (perwakilan tiap daerah), universitas negeri macam ITB yang punya Majelis Wali Amanat alias MWA (isinya ada perwakilan tiap pihak yg punya kepentingan di ITB: rektorat, mahasiswa, masyarakat, dosen, pegawai, pemerintah). Atau himpunan mahasiswa di ITB macam HIMATEK yang punya Badan Perwakilan Anggota (BPA, yang mewakili angkatan masing-masing).

Nah, sama pula dengan KM-ITB yang terdiri dari himpunan-himpunan dan unit-unit. KM-ITB juga punya kumpulan perwakilan dari lembaga-lembaga di bawahnya (himpunan dan unit). Seperti organisasi lainnya, kumpulan perwakilan ini jadi lembaga tertingginya KM-ITB. Namanya pasti teman-teman sudah kenal baik: Kongres KM-ITB, yang menduduki posisi tertinggi seperti MPR Indonesia, MWA ITB, atau BPA HIMATEK. Isinya Kongres, ya perwakilan himpunan dan unit, satu orang per lembaga, yang namanya senator. Seperti biasa, Kongres dibuat sebagai perwakilan biar klo KM-ITB mengambil kebijakan, semua anggota KM-ITB (himpunan dan unit) terwakili dan nggak ribut atau protes.

Klo mau adil, kan seharusnya dibuat 1 orang mewakili 1 himpunan/unit. Jadi ada 1 senator per himpunan/unit. NAAAAAAH... tapi kita udah bahas tadi, himpunan dan unit memang beda. Suasana di dalamnya agak beda, lingkungan pergaulannya beda, keanggotaannya beda, tujuannya pun juga beda. Himpunan isinya anak2 sejurusan yang punya latar belakang ilmu yang sama, unit isinya anak2 berbagai jurusan yang hobi atau minatnya sama. Kaderisasi di himpunan umumnya lebih 'mengikat', bahkan dalam Rancangan Umum Kaderisasi KM-ITB, semua orang harusnya masuk himpunan. Sementara, unit cenderung lebih 'bebas' karena berdasarkan bakat dan minat.

Dalam dunia kemahasiswaan, rata-rata himpunan lebih menaruh perhatian pada sistem KM-ITB (karena dalam sejarahnya pun, KM-ITB didirikan oleh himpunan-himpunan se-ITB). Makanya, dalam kenyataannya, himpunan-lah yang lebih banyak mengirimkan senatornya ke kongres. Sementara unit, rata-rata hanya memiliki kepentingan terhadap kelangsungan unitnya sendiri saja dalam hubungannya terhadap sistem KM-ITB. Jadi, kepentingan himpunan dan unit berbeda. Maka dari itu, untuk unit tidak bisa diterapkan 1 unit 1 senator seperti di himpunan.

Mengapa? Karena himpunan ada 29 dan unit ada sekitar 79! Dapat dibayangkan klo Kongres yang lembaga tertinggi didominasi oleh perwakilan unit. Makanya itu, unit dibatasi keterwakilannya di kongres menjadi 29 orang juga, sama dengan banyaknya senator himpunan. Bagaimana 79 unit diwakili 29 orang? Caranya adalah dengan membagi-bagi 79 unit itu jadi rumpun (kelompok) unit: ada seni-budaya, kajian-pendidikan, olahraga, dan media. Tiap rumpun diwakili sekitar 1-5 senator tergantung keputusan ketua-ketua unit masing-masing rumpun. Untuk 5 unit agama dikirimkan masing-masing 1 senator karena kepentingan unit agama tidak bisa diserumpunkan.

Namun demikian, tetap saja yang selama ini terlihat adalah partisipasi senator himpunan memang lebih banyak dari senator unit. Senator himpunan masih mendapat pengawasan dan perhatian dari BPA atau lembaga yang mengatasi dia di himpunan, sedangkan di unit seringkali tidak begitu karena masih belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas senator masing-masing rumpun. Ada juga yang merasa bahwa kepentingan tiap unit beda-beda bahkan dalam satu rumpun, jadinya nggak bisa diwakili oleh senator rumpun.

Intinya, di sini lagi ada debat seru: senator unit perlu nggak sih?

Terlebih lagi, klo kita baca RUK, himpunan kan adalah basis massa. Basis massa itu... seperti ini. Klo di Indonesia, propinsi-lah basis massanya. Setiap orang pasti punya wakil di MPR, yaitu dari propinsi tempat dia nyoblos. Seseorang nggak bisa nyoblos di 2 propinsi bukan? Namun pada zaman Pak Harto, diasumsikan ada 'golongan' yang juga punya kepentingan lain dari propinsi. 'Golongan' ini juga harus terwakili di MPR. Makanya ada Fraksi TNI-Polri dan Fraksi Utusan Golongan. Contoh utusan golongan: dari golongan buruh, agamawan, usahawan, seniman, pemuda, kewanitaan, dll. Nah, klo di KM-ITB, golongan ini kita ibaratkan sebagai unit.

Masalahnya di sini, nanti ada yang keterwakilannya dobel donk. Misalkan ada seorang pemuda Jawa Barat, berarti di MPR dia bisa diwakili caleg yang menang pemilu di dapil Jabar DAN utusan golongan pemuda. Biar adil, seharusnya utusan golongan ditiadakan donk? Nggak juga, soalnya utusan golongan harus menyuarakan kepentingan golongannya. Misalnya, si utusan golongan pemuda tau dan harus fokus menyuarakan kepentingan pemuda, yang mungkin anggota MPR dari Jabar nggak tau dan nggak ahli tentang kepentingan pemuda.

Sama kayak di KM-ITB. Misalkan Saudara Ferdie Darmawan dari HIMATEK punya kepentingan tentang KSEP (kgk tau dah, lu masih di KSEP kgk Fer? hahaha... gpp lah, buat contoh aja yah..) dan harus disuarakan di KM-ITB, akan susah bagi Saudara Alfonso selaku Senator HIMATEK untuk memahami seperti apa sih kepentingan KSEP... Namun di satu sisi itu berarti Saudara Ferdie Darmawan punya suara dobel, dari Saudara Alfonso selaku senator himpunan beliau dan dari senator rumpun unit kajian-pendidikan.

Jadi untuk teman-teman, ada satu pertanyaan yang ingin saya ajukan:

Sebenarnya unit perlu senator atau tidak sih?
Dan jelaskan pertimbangannya. Mohon dijawab ya teman-teman, terima kasih. Maaf klo ada salah-salah kata, klo ada tolong dikoreksi dengan sopan dan jelas dan tidak memancing emosi.

Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - merdeka!


.

Minggu, 03 Mei 2009

Hidup Sebagai Hamba Allah

Hidup Sebagai Hamba Allah (I Petrus 2:11-25)
Inti dari pelayanan adalah hidup yang melayani. Pelayanan terhadap Tuhan yang sesungguhnya adalah jika dalam kehidupan sehari-hari kita berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan demikian kita menjadi hamba Tuhan yang sesungguhnya.

Bagaimanakah kita sebagai seorang hamba Tuhan, pelayan Tuhan, di lingkungan seperti ini, diharuskan berlaku oleh Tuhan setiap harinya? Mari kita buka I Petrus 2:11-25.

11Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. 12Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.

Hidup kita hendaknya kudus dan benar dalam Tuhan, sehingga orang lain di sekitar kita menganggap anak-anak Tuhan itu baik dan syukur-syukur mereka menerima Tuhan Yesus dan diselamatkan (Matius 5:16). Amin? Itulah pelayanan kita yang sejati, yang membawa jiwa-jiwa kepada Yesus.

13Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, 14maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik.

Kita sebagai orang percaya hendaknya menaati otoritas yang berlaku di lingkungan kita, meskipun bukan orang percaya yang memegangnya (Matius 22:21). Jadi, kita nggak boleh menentang pemimpin kita hanya karena dia berbeda keyakinan. Tapi ingat, kita tunduk pada mereka dalam Tuhan. Kalau ada hal yang bertentangan dengan hukum Tuhan, kita tahu mana yang harus kita dahulukan.

15Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. 16Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.

Kita diberi kebebasan untuk relevan dengan perkembangan zaman, dan kita dapat saja menggunakan cara-cara yang digunakan oleh orang-orang dunia dalam menjalani hidup, selama semua itu bertujuan untuk melayani Allah (I Korintus 9:19-21). Contoh paling nyata: alangkah baiknya jika Internet digunakan untuk menyebarkan pesan tentang Injil kepada teman-teman kita, bukan buat nyari bokep!

17Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja! 18Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.
Melayani Tuhan berarti berbuat baik kepada semua orang, karena itulah kehendak Tuhan (Matius 22:39). Kita berbuat baik terhadap orang lain bukan untuk menyenangkan orang tersebut, tetapi untuk menyenangkan Tuhan. Jadi, jika ada yang bertanya “Kenapa gue harus mengasihi si XXXX yang menyebalkan itu?”, kita sudah bisa menjawabnya, bukan?

19Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. 20Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Ini ayat untuk kita yang sering mengeluh kepada Tuhan tentang ketidakadilan dunia… Sabar, kalau betul kita menderita karena kita berbuat baik, Allah kita adalah Allah yang tak pernah ingkar janji. Ada upah besar bagi kita di surga.

21Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. 22Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.

Kristus harus menjadi teladan kita dalam melayani (Matius 5:48). Itu berarti, menjadi teladan kita dalam kehidupan sehari-hari. Jadilah seperti Kristus: jauh dari dosa dan kebohongan.

23Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.

Pelayanan paling ampuh adalah dengan menunjukkan pada dunia apa bedanya kita dengan mereka yang tidak mengenal Yesus: kita mengasihi semua orang termasuk orang-orang yang menganiaya kita (Matius 5:44). Jangan sekali-sekali membalas mereka; itu haknya Tuhan (Roma 12:19).

24Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. 25Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Inilah mengapa kita harus melayani: pelayanan bukanlah cara kita untuk memupuk amal, bukan cara untuk mendapatkan pahala… Pelayanan adalah bentuk rasa syukur kita kepada Dia yang telah mati demi menebus dosa-dosa kita. Dia telah memberikan hidupNya untuk kita, masa’ kita nggak mau memberikan hidup kita untuk Dia?

Tidak ada alasan untuk tidak melayani.

Untuk rekan-rekan yang akan menjadi pengurus PDTK setahun ke depan: selamat melayani Tuhan.
Untuk rekan-rekan pengurus PDTK yang akan mengakhiri masa jabatannya: teruskan melayani Tuhan.
Untuk semua saudara seiman: hiduplah untuk melayani Tuhan.

Alfonso R., TK’06




[Tulisan ini ada di warta PDTK bulan April, dan memang dikhususkan dibuat untuk momen pergantian kepengurusan PDTK]

Fiat voluntas Tua, sicut in caelo et in terra.



.

Sabtu, 02 Mei 2009

Bila Kau Yang Membuka Pintu

Merasa punya masalah berat dalam hidup? Ingin minta tolong ke orang lain tapi ditolak? Merasa dunia tidak adil? Salah sendiri.

Setiap orang pasti punya masalah masing-masing. Salah besar jika kita punya masalah lalu kita menganggap minta tolong ke orang lain bisa langsung menyelesaikan masalah. Mereka juga sudah banyak dibebani persoalan tersendiri yang mungkin lebih parah dari persoalan kita.

Lantas bagaimana? Jawabannya sebenarnya sederhana, klise, tapi ya memang begitulah adanya: minta tolonglah ke Dia yang tidak memiliki masalah... dan yang berkuasa untuk menyelesaikan masalah.

Ini cuma sedikit catatan kecil yang gw bikin untuk jadi pengingat, untuk jadi penanda, untuk jadi penyemangat buat diri gw sendiri... syukur2 klo bisa untuk orang lain juga... bahwa sebenarnya berharap sama orang lain sia-sia, orang lain juga kemampuannya terbatas... kenapa nggak berharap sama Yang Maha Kuasa aja sih, Dia pasti akan bantu (mungkin lewat tangan orang lain juga).

Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Filipi 4:13.

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Matius 11:28.

Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Ulangan 31:6.

Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. I Petrus 5:6.

TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun. Ulangan 28:13.

Bila Kau yang membuka pintu
Tak ada satupun dapat menutupnya
Bila Kau yang mengangkat aku
Tiada yang dapat merendahkanku








.