Tampilkan postingan dengan label PdTK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PdTK. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Oktober 2011

Persaudaraan Sejati dalam Kasih Kristus untuk Menjadi Terang di Tengah Dunia


Tulisan untuk PMB PDTK angkatan 2007, yang sengaja diterbitkan ulang, untuk sekadar menjadi bahan bacaan bagi yang berminat, di awal-agak-pertengahan tahun ajaran baru ini.

============================================

PMB PDTK
7 September 2007

PERSAUDARAAN SEJATI DALAM KASIH KRISTUS
UNTUK MENJADI TERANG DI TENGAH DUNIA


“Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.”
–I Petrus 1:22-


Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus, kita semestinya mengamalkan kasih antara saudara seiman, secara kita adalah satu dalam Kristus tanpa memandang status, asal, maupun jenis kelamin,

"Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus."
-Galatia 3:28-

dan kasih adalah hukum yang utama.

"Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: 'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!'"
-Galatia 5:14-

Sebagai mahasiswa Teknik Kimia ITB yang datang dari berbagai latar belakang, mungkin teman-teman ada yang harus menghadapi lingkungan yang baru dan cukup berbeda dari lingkungan asal. Dunia universitas yang akan dihadapi pun jelas berbeda dari dunia sekolah. Seiring dengan bertambah dewasanya manusia, lingkungan universitas pun menjadi tempat di mana adakalanya manusia lebih mengutamakan kepentingan pribadi, bahkan melakukan manipulasi dan kecurangan untuk menjatuhkan teman demi keuntungan sendiri. Mungkin persahabatan yang teman-teman dapatkan di sini tidak seerat dan setulus yang teman-teman dapat di SMA. Namun, satu jaminan yang pasti, kasih yang tulus ada dari Kristus dan ada di dalam Kristus, yang berarti persaudaraan murid-murid Kristus yaitu orang percaya.

"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."
-Yohanes 13:34-35-

Dengan kasih persaudaraan yang kuat, tipu daya dunia pun tidak akan mempan pada kita. Dalam menghadapi kerasnya dunia, kita harus membina kehidupan kerohanian kita agar Tuhan menguatkan kita. 4 cara membina kehidupan rohani adalah dengan merenungkan firman, doa, persekutuan, dan kesaksian, yang semuanya ada dalam persekutuan doa.

Seperti apakah kasih persaudaraan itu? Versi King James Bible dari ayat tema kita menyebutkan:

“Seeing ye have purified your souls in obeying the truth through the Spirit unto unfeigned love of the brethren, see that ye love one another with a pure heart fervently.”

Kata tulus ikhlas diterjemahkan dari unfeigned, di mana feign dapat berarti berpura-pura atau mencari-cari. Dengan demikian, kasih yang tulus ikhlas adalah kasih yang tidak berpura-pura atau kasih yang dicari-cari dahulu. Kasih yang tulus ikhlas adalah kasih yang spontan, tidak dilandasi oleh maksud apa pun selain maksud mengasihi itu sendiri, tidak dari pikiran namun dari hati.

Bagaimana kita dapat mengamalkan kasih persaudaraan itu? Ayat tema kita menyebutkan caranya. Kita harus menjalani hidup yang benar di mata Allah, menaati kebenaran, yaitu firman Allah

"Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah kebenaran"
-II Samuel 7:28a-

yang juga adalah Tuhan Yesus itu sendiri
"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."
-Yohanes 1:1-

agar kita disucikan oleh kebenaran

"Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran."
-Yohanes 17:17-

yang adalah firman Allah yang hidup, Yesus Kristus. Artinya, kita harus bertumbuh dalam ketaatan terhadap Kristus untuk mengamalkan kasih persaudaraan. Mengamalkan kasih persaudaraan bukan hanya hak kita, namun juga kewajiban. Ayat tema menyebutkan, setelah kita taat dalam kebenaran, hendaknya kita saling mengasihi dengan segenap hati kita. Kewajiban berbagi kasih itu sungguh menyenangkan, karena jika ada sesuatu yang jika dibagi-bagi malah betambah banyak, itulah kasih. Dan tempat di mana kita dapat berbagi kasih sekaligus mendapat kasih lewat orang lain, itulah persekutuan orang percaya. Agar teman-teman kuat dalam menghadapi kehidupan yang penuh tantangan di kampus ITB ini, persekutuan dengan saudara seiman merupakan hal yang penting. Sudahkah teman-teman memiliki persekutuan rutin dengan saudara seiman di lingkungan baru ini? PDTK adalah salah satunya, dengan ruang lingkup antara teman-teman satu program studi, yang akan terus bersama-sama selama tiga-empat tahun ke depan.

Cukuplah fungsi kasih itu hanya untuk mempertahankan teman-teman dari pengaruh dunia, dalam hal ini lingkungan? Sebagai pengikut Kristus yang telah disucikan oleh ketaatan terhadap kebenaran, kita seharusnya menjadi terang bagi dunia ini

"Kamu adalah terang dunia."
-Matius 5:14a-

seperti halnya Tuhan Yesus sendiri yang telah memberi terang itu bagi kita.

"Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
-Yohanes 8:12b-

Sebagai orang percaya yang berada di tengah-tengah lingkungan bukan orang percaya, apakah teman-teman sudah menunjukkan pribadi yang tidak memalukan Tuhan yang kita sembah? Apakah perilaku teman-teman cukup untuk menerangi lingkungan teman-teman untuk dapat menggambarkan kemuliaan Tuhan yang kita sembah?

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
-Matius 5:16-

Ataukah malah selama ini perilaku teman-teman jauh dari kemuliaan Allah, sampai-sampai mengundang cibiran orang lain ‘ah, begitu tuh kelakuan orang Kristen’?

Sebagai orang yang telah mendapat terang Allah, perbuatlah kebaikan, keadilan, dan kebenaran

"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran"
-Efesus 5:8-9-

terlebih bukan untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kemuliaan Allah. Untuk saling mengontrol, saling membangun, dan bersama-sama bertumbuh dalam Tuhan, persekutuan saudara seiman baik untuk diikuti. Dengan satu hati dan satu pikiran,

"Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir."
-I Korintus 1:10-

kita akan kuat dan tidak terhempas arus dunia, bahkan kita dapat membalikkan arus dunia itu menuju terang kemuliaan Allah di mana pun kita berada, termasuk sekarang di lingkup kampus ITB khususnya Teknik Kimia, meskipun untuk itu kita harus terlebih dulu disucikan oleh ketaatan terhadap Yesus Kristus yang adalah kebenaran itu sendiri.

Selamat datang di Persekutuan Doa Teknik Kimia. Mari kita bersama-sama bertumbuh dan saling membangun dalam Tuhan, untuk menjadi umatNya yang kuat.


.

Minggu, 03 Mei 2009

Hidup Sebagai Hamba Allah

Hidup Sebagai Hamba Allah (I Petrus 2:11-25)
Inti dari pelayanan adalah hidup yang melayani. Pelayanan terhadap Tuhan yang sesungguhnya adalah jika dalam kehidupan sehari-hari kita berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan demikian kita menjadi hamba Tuhan yang sesungguhnya.

Bagaimanakah kita sebagai seorang hamba Tuhan, pelayan Tuhan, di lingkungan seperti ini, diharuskan berlaku oleh Tuhan setiap harinya? Mari kita buka I Petrus 2:11-25.

11Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. 12Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.

Hidup kita hendaknya kudus dan benar dalam Tuhan, sehingga orang lain di sekitar kita menganggap anak-anak Tuhan itu baik dan syukur-syukur mereka menerima Tuhan Yesus dan diselamatkan (Matius 5:16). Amin? Itulah pelayanan kita yang sejati, yang membawa jiwa-jiwa kepada Yesus.

13Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, 14maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik.

Kita sebagai orang percaya hendaknya menaati otoritas yang berlaku di lingkungan kita, meskipun bukan orang percaya yang memegangnya (Matius 22:21). Jadi, kita nggak boleh menentang pemimpin kita hanya karena dia berbeda keyakinan. Tapi ingat, kita tunduk pada mereka dalam Tuhan. Kalau ada hal yang bertentangan dengan hukum Tuhan, kita tahu mana yang harus kita dahulukan.

15Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. 16Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.

Kita diberi kebebasan untuk relevan dengan perkembangan zaman, dan kita dapat saja menggunakan cara-cara yang digunakan oleh orang-orang dunia dalam menjalani hidup, selama semua itu bertujuan untuk melayani Allah (I Korintus 9:19-21). Contoh paling nyata: alangkah baiknya jika Internet digunakan untuk menyebarkan pesan tentang Injil kepada teman-teman kita, bukan buat nyari bokep!

17Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja! 18Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.
Melayani Tuhan berarti berbuat baik kepada semua orang, karena itulah kehendak Tuhan (Matius 22:39). Kita berbuat baik terhadap orang lain bukan untuk menyenangkan orang tersebut, tetapi untuk menyenangkan Tuhan. Jadi, jika ada yang bertanya “Kenapa gue harus mengasihi si XXXX yang menyebalkan itu?”, kita sudah bisa menjawabnya, bukan?

19Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. 20Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Ini ayat untuk kita yang sering mengeluh kepada Tuhan tentang ketidakadilan dunia… Sabar, kalau betul kita menderita karena kita berbuat baik, Allah kita adalah Allah yang tak pernah ingkar janji. Ada upah besar bagi kita di surga.

21Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. 22Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.

Kristus harus menjadi teladan kita dalam melayani (Matius 5:48). Itu berarti, menjadi teladan kita dalam kehidupan sehari-hari. Jadilah seperti Kristus: jauh dari dosa dan kebohongan.

23Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.

Pelayanan paling ampuh adalah dengan menunjukkan pada dunia apa bedanya kita dengan mereka yang tidak mengenal Yesus: kita mengasihi semua orang termasuk orang-orang yang menganiaya kita (Matius 5:44). Jangan sekali-sekali membalas mereka; itu haknya Tuhan (Roma 12:19).

24Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. 25Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Inilah mengapa kita harus melayani: pelayanan bukanlah cara kita untuk memupuk amal, bukan cara untuk mendapatkan pahala… Pelayanan adalah bentuk rasa syukur kita kepada Dia yang telah mati demi menebus dosa-dosa kita. Dia telah memberikan hidupNya untuk kita, masa’ kita nggak mau memberikan hidup kita untuk Dia?

Tidak ada alasan untuk tidak melayani.

Untuk rekan-rekan yang akan menjadi pengurus PDTK setahun ke depan: selamat melayani Tuhan.
Untuk rekan-rekan pengurus PDTK yang akan mengakhiri masa jabatannya: teruskan melayani Tuhan.
Untuk semua saudara seiman: hiduplah untuk melayani Tuhan.

Alfonso R., TK’06




[Tulisan ini ada di warta PDTK bulan April, dan memang dikhususkan dibuat untuk momen pergantian kepengurusan PDTK]

Fiat voluntas Tua, sicut in caelo et in terra.



.

Senin, 27 April 2009

Seorang Nabi Tidak Pernah Dihargai di Negerinya Sendiri

Ini adalah cerita tentang seorang Yesus Kristus, yang ditolak di tempat kelahirannya. Menurut Injil Markus pasal 6 ayat 1-6a...

1 Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.
2 Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
4 Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
5 Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
6a Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.


Dari kutipan Alkitab di atas, kita dapat melihat bahwa Yesus sendiri mengalami dan membenarkan bahwa seorang nabi tidak dihargai di tempat asalnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal bukannya seseorang seharusnya dapat lebih mudah mengharapkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, orang-orang yang dia sudah kenal? Dan seorang nabi, seorang penghubung antara Allah dan manusia, tentunya akan lebih didengar dengan audiens yang dia sudah kenal terlebih dahulu?

Ternyata salah besar.

Penyebab utamanya justru karena hal yang telah diuraikan di atas. Seorang nabi tentunya telah sangat dikenal di tempat asalnya sendiri. Orang sudah tahu bagaimana latar belakangnya, bagaimana kelakuannya, bagaimana baik buruknya, sehingga orang di tempat asalnya cenderung menganggap rendah sang nabi tersebut. Contohnya seperti di atas pada kasus Yesus, di mana Yesus mengajar dan menarik pengikut-pengikut sampai ribuan jumlahnya di seluruh Israel. Untuk sebagian besar rakyat Israel, mungkin Yesus tampak seperti seorang bijak dan penuh kuasa Ilahi. Namun bagi orang-orang Nazaret, Yesus yang mereka kenal adalah seorang Yesus yang mereka kenal sejak Dia masih kecil, yang hanya anak seorang tukang kayu miskin bernama Yusuf, dan yang saudara-saudaranya pun mereka kenal. Injil Yohanes pasal 6 ayat 41-42 mencatat bahwa:

41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga."
42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"


Kasarnya, ketika Yesus berbicara selangit tentang Kerajaan Sorga, respons orang-orang adalah: "Lu pikir lu siapa? Nggak usah ngomong tinggi-tinggi lah, kita-kita juga tau lu benernya cuma anak tukang kayu, ngapain nyebut-nyebut Kerajaan Sorga segala!"

Menyedihkan? Jelas. Sakit? Jelas.

Dampaknya negatif? Jelas. Tahu dari mana?

Sebuah ayat dari kutipan di atas (Markus 6:5) memperlihatkan betapa Yesus, manusia yang paling penuh kuasa Ilahi di muka bumi ini, bahkan 'tidak mampu' mengadakan satu pun mujizat di Nazaret, tanah kelahirannya, kecuali beberapa pekerjaan kecil-kecilan. Seorang Yesus yang kemampuannya berguna untuk membuat mujizat, tidak dapat menggunakan kemampuannya untuk menghasilkan dampak yang baik.

Siapa yang rugi? Yesus? Selain sakit hati dan kecewa, nampaknya tidak ada kerugian lain yang dialami Yesus.

Penduduk Nazaret? Jelas. Mereka kehilangan kesempatan untuk mengalami mujizat yang dibawa oleh Yesus. Jelas sebuah kerugian.

Ataukah mereka sebenarnya tidak membutuhkan mujizat tersebut? Apakah mereka merasa bahwa hidup sehari-hari mereka sudah cukup bisa diusahakan tanpa perlu adanya mujizat yang dibawa Yesus?

Apa memang sudah takdir seorang nabi? Versi lain dari kisah di atas dapat dilihat pada Injil Lukas 4:16-30. Yang menarik, Yesus di sini memaparkan:

24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."


Apakah memang untuk orang-orang yang mengenalnya, seorang nabi tak lebih dari manusia biasa sehingga dianggap tidak cocok untuk menjadi penghubung Allah dan manusia?

Saya kembalikan kepada diri kita masing-masing untuk menjawabnya.

Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - merdeka!



.

Minggu, 05 April 2009

Perang Dingin: Amerika Serikat vs Uni Soviet

Setelah lama nggak ngepost sebuah tulisan orisinil dari pemikiran gw, akhirnya gw persembahkan sebuah tulisan mengenai 'sejarah' dunia. Tentang dua negara superpower, Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang selama 40 tahun lebih bertempur memperebutkan supremasi atas planet ini. Dan tentang negara kita tercinta, Indonesia. Tentang dunia ini.


Mari kita mulai.

Pada awalnya Amerika Serikat dan Uni Soviet bukanlah negara superpower. Mereka hanyalah negara biasa yang baru berkembang sedari terbentuk. Amerika Serikat memerdekakan diri dari jajahan Inggris dan kemudian berkembang sebagai sebuah negara yang mengandalkan industri, bisnis, dan ekonomi; namun menerapkan politik isolasi alias menutup diri dari luar. Sementara Uni Soviet dikuasai kaum komunis Bolshevik yang baru merebut pemerintahan dari keluarga Tsar Rusia, dan kaum Bolshevik yang belum pernah berkuasa itu lantas terfokus untuk menikmati kekuasaan yang sekarang mereka raih setelah sebelumnya tak berdaya di bawah pemerintahan Tsar.

Begitulah kedua negara ini tak pernah benar-benar berinteraksi satu sama lain, apalagi punya pikiran saling membenci, sampai ketika zaman modern datang.

Kedua negara ini bersama-sama memasuki zaman modern menghadapi musuh baru, musuh seluruh dunia: Nazi Jerman dan kelompok Axisnya. Adanya musuh bersama ini membuat keduanya 'terpaksa' bersatu, atau bisa-bisa keduanya tidak dapat melewati zaman modern ini (dengan kata lain hancur total oleh Nazi Jerman). Memang keduanya bertempur di front yang berbeda (Amerika di front barat dan Pasifik, Soviet di front timur) dan punya motivasi yang bebeda pula, namun musuh yang satu ini tidak dapat dikalahkan sendirian. Amerika Serikat dan Uni Soviet, bersama seluruh negara dunia, bahu-membahu mengalahkan Nazi Jerman dan antek-anteknya, dan akhirnya pada musim panas 1945 setelah hampir 5 tahun berperang bersama, tentara Amerika Serikat dan Uni Soviet memenangkan perang.

Sekarang kita beralih ke negara kita tercinta, Indonesia. Di manakah dia saat Amerika Serikat dan Uni Soviet bertempur melawan Nazi Jerman dan antek-anteknya?

Ternyata Indonesia pun tak beda dari negara-negara lain di dunia: ia menderita di bawah antek-antek Nazi Jerman, dan ikut pula angkat senjata menentangnya. Mungkin motifnya tidak se'wah' dan se'visioner' Amerika Serikat dan Uni Soviet yang menganggap perang ini sebagai Perang Dunia II, dan dengan demikian setiap tindakan mereka dalam perang ini ditujukan berdasarkan visi untuk posisi mereka ke depannya di peta politik dunia setelah perang usai.

Tidak. Motivasi Indonesia dalam perang ini hanyalah sebatas merdeka, seperti wajarnya sebuah negara, yang harusnya merdeka. Hanya itu. Sama seperti negara-negara lain di seluruh dunia yang juga ingin merdeka: Austria, Ceko, Ukraina, Serbia, Albania, Filipina, India, Mesir, Irak...

Singkat cerita, perang pun usai; Nazi Jerman kalah, Indonesia merdeka, dan runtuhlah persekutuan yang dibangun Amerika Serikat dan Uni Soviet. Memang mereka memiliki kesamaan: negara dengan latar belakang kebudayaan Barat-Kristen, ras Kaukasoid, secara ekonomi termasuk negara industri maju, secara ilmu pengetahuan merupakan gudangnya ilmuwan di dunia... tapi karena ideologi yang berbeda, mereka tidak dapat disatukan dan tanpa terelakkan lagi terjadilah perseteruan. Dan dimulailah masa-masa yang dinamakan Perang Dingin.

Sekarang mari kita tinjau arti frase Perang Dingin. Perang, artinya kedua belah pihak bermusuhan. Dingin, karena tidak menyatakannya secara terus terang. Kalau dikonfirmasi, apakah kalian sedang perang? Tentu pihak-pihak terkait akan menjawab: tidak.

Masa Perang Dingin adalah masa mencari aliansi. Kedua belah pihak mulai mencari negara-negara lain untuk dijadikan sekutu atau bawahan. Mulailah Amerika Serikat dengan NATOnya, pakta pertahanan negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara. Uni Soviet pun membentuk Pakta Warsawa dengan anggotanya negara-negara Eropa Timur.

Pada mulanya, Amerika Serikat berhasil membentuk jaringan luas. Sekutu-sekutunya ada mulai dari seluruh Eropa Barat, Kanada, negara-negara Amerika Latin, Afrika, Israel di Timur Tengah, Jepang di Asia, Australia, dan lain-lain. Sementara Uni Soviet hanya bisa menjaring negara-negara tetangga yang dekat dengan dia di Eropa Timur. Pengecualian untuk beberapa negara macam Kuba di Karibia dan Kongo di Afrika, tapi itu pun baru menjadi sekutu setelah Perang Dingin lama berlangsung.

Amerika Serikat pun lebih menarik bagi negara-negara netral karena sifatnya yang lebih liberal, bebas, dan terbuka. Sementara Uni Soviet lebih eksklusif dengan paham komunismenya, dan lebih subjektif.

Sementara Indonesia dengan gagah beraninya memproklamirkan lewat kata-kata Bung Hatta: mendayung di antara dua karang. Diterjemahkan oleh Bang Alex dengan POLITIK BEBAS AKTIF. Bebas bergaul dengan Blok Barat (Amerika Serikat cs) dan Blok Timur (Uni Soviet cs); namun aktif dalam artian tidak disetir oleh keduanya dalam mengambil keputusan, malahan seharusnya mengambil inisiatif dalam memperjuangkan kepentingannya agar nggak diinjak-injak kedua kubu.

Namun dalam kenyataannya, rakyat Indonesia lebih enak bergaul dengan Blok Barat karena bebas dan secara budaya lebih terbuka, jadi enak diajak bergaul. Apalagi paham komunisme Blok Timur tergolong aneh bagi rakyat Indonesia yang Pancasilais. Demikianlah Indonesia berusaha untuk bebas aktif, namun kesehariannya lebih banyak berinteraksi dengan Barat. Contoh nyatanya: ekspor-impor sebagian besar dengan Blok Barat, menerapkan sistem ekonomi pasar seperti Blok Barat, rakyatnya lebih gemar budaya populer Blok Barat, dan militernya pun disuplai Blok Barat. Jadilah Indonesia negara yang ngomongnya saja nonblok, tapi pada kenyataannya menjadi anggota tak resmi Blok Barat.

Waktu pun berlalu...

Uni Soviet dan Blok Timurnya tak dapat bertahan lama menghadapi perkembangan zaman. Mereka pun akhirnya sadar bahwa paham komunisme tidak bisa lagi mereka pegang lebih lama, dan mulai mengadopsi cara-cara Blok Barat: membuka diri terhadap dunia luar dan mengikuti sistemnya Blok Barat: liberalisme en kapitalisme en tentunya budaya populer.

Nah, yang terjadi pada Amerika Serikat justru sebaliknya. Makin lama dia makin arogan dan kelihatan tidak memikirkan kepentingan dunia, tapi malah mengutamakan kepentingan diri sendiri. Pamer bala tentara dan sekutu di mana-mana, bertindak seolah-olah merekalah balatentara penguasa dunia, membuat negara-negara netral menjadi malas mendukung Amerika Serikat. Apalagi perilakunya yang tidak bersahabat membuat musuh-musuh bermunculan di mana-mana. Negara-negara Islam mengecam invasi Irak dan Afghanistan. Di Amerika Latin, Venezuela dipimpin Hugo Chavez menantang dan mempertanyakan arogansi Amerika. Iran dan Mahmoud Ahmadinejad menjadi contoh bagus sebuah negara yang berani berdiri sendiri tanpa tergantung Amerika Serikat. India, sekutu dekat Amerika, mulai menunjukkan perkembangan pesat ke arah kemandirian. RRC bahkan berkembang menjadi superpower baru yang siap menantang.

Amerika Serikat bahkan melakukan salah satu hal yang membuat Uni Soviet tidak disukai dulu: pembatasan hak berkomunikasi, dan eksklusivitas. PATRIOT ACT yang mengekang kebebasan sipil diterapkan di Amerika. Eksklusivitas Amerika ditegaskan lagi oleh statement George W. Bush yang tidak menghargai keberagaman dan perbedaan: "Either you're with us, or against us". Intinya, sekarang Amerika Serikat dan sekutu-sekutunyalah yang jadi eksklusif dan arogan!

Melihat hal ini, sekutu-sekutu lama Amerika Serikat mulai menjauhkan diri. Mereka mulai bisa berkomunikasi dengan Rusia, suksesor Uni Soviet, yang sekarang mulai terbuka dan tidak lagi membatasi pergaulan dengan sesama penganut komunisme. Perancis dan Jerman, anggota NATO, beraliansi dengan Rusia menentang Amerika dalam kasus invasi Irak. Hugo Chavez dan Rusia mulai bekerjasama. Ahmadinejad bahkan memperoleh bantuan Rusia untuk pengembangan teknologi nuklirnya; sesuatu yang pasti bikin gerah Amerika. Venezuela dan Iran jelas meminta bantuan Rusia karena Amerika Serikat sekarang sudah lagi tak nyaman diajak bergaul. Hanya negara-negara miskinlah yang tidak berani angkat suara karena masih mengharap bantuan ekonomi Amerika Serikat.

Salah satu keunggulan Amerika Serikat adalah pada kebebasan persnya, yang membuatnya menjadi media propaganda yang tangguh. Selama bertahun-tahun tersebar informasi ke seluruh dunia bahwa Blok Timur adalah tempatnya diktator-diktator komunis yang kejam, di mana kebebasan dibelenggu, bla bla bla semua yang jelek-jelek. Apakah itu benar? Entahlah. Yang pasti Uni Soviet nggak pernah melempar balik tentang kejelekan Blok Barat kepada dunia netral. Namun sejak Rusia mulai membuka diri dan arogansi Amerika naik, propaganda ini mulai kehilangan artinya sebab orang sudah mulai tidak percaya dan berani mempertanyakan Amerika yang arogan.

Indonesia? 'Anggota tak resmi' Blok Barat ini mendapatkan embargo senjata dari Blok Barat karena kasus Timor Timur. Tak tahan dengan sikap Blok Barat yang sok kepo, preman, dan seakan menggerecoki urusan internal negeri orang, negara kita tercinta pun beralih pada Rusia, yang sekarang sudah tidak lagi disebut sebagai Blok Timur. Tak hanya itu, Indonesia pun bergaul dengan negara-negara mantan Blok Timur lainnya, ataupun negara-negara netral. Cina adalah salah satu negara dengan siapa kita paling sering berinteraksi sekarang. Volume ekspor-impor kita dengan Jepang masih tinggi. Dengan sekutu-sekutu Amerika ataupun Amerika Serikat sendiri, kita masih sering bergaul untuk urusan-urusan yang kita rasa perlu.

Negara kita benar-benar menerapkan politik bebas aktif; bergaul dengan siapa saja tergantung kepentingannya, dan diam-diam menyimpan visi untuk menjadi pemain besar dunia. Terlepas dari kekurangan-kekurangan internal seperti masih buruknya mental rakyatnya, Indonesia sedang membangun dan bersiap untuk masa depan.

Ada statement: jadi setelah sekarang Indonesia memusuhi Blok Barat, kita menjadi anggota Blok Timur di bawah Rusia?

Ini sebuah statement yang 100% salah total. Pertama, Indonesia tidak pernah memusuhi negara-negara Blok Barat, bahkan masih berinteraksi dengan baik; bisa dilihat dalam budaya, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Kedua, Blok Timur sudah tidak ada lagi; dikotomi Blok Barat-Timur hanyalah sisa masa lalu sekarang. Ketiga, Indonesia bukan anak buah Rusia, karena yang ada sekarang bukanlah Blok Amerika vs Blok Rusia, tapi Blok Amerika vs sisa dunia: negara-negara lain yang tak mau lagi terjebak blok-blokan. Sisa dunia ini berinteraksi satu sama lain layaknya negara sederajat, bukan atas dasar aliansi atau dasar bos-anakbuah.

Itulah keadaannya sekarang...

Ke depannya, Indonesia akan berusaha untuk tidak tergantung kepada negara apapun. Indonesia akan berinteraksi dengan negara manapun tanpa syarat. Tidak ada lagi "boleh beli senjata asal jauhi negara X". No way saudara, basi. Globalisasi sudah menyebar sekarang. Udah nggak jaman main blok-blokan. Tidak ada lagi "dapat pinjaman lunak asal Presidennya si XYZ". Cuih. Presidennya siapa, itu urusan dalam negeri. Lagian, siapa butuh pinjaman klo udah mapan?

Indonesia akan berusaha untuk jadi negara superpower juga, tanpa kekerasan, betul-betul bermodalkan kemampuan. Indonesia tidak akan punya anak buah; semua negara akan diperlakukan setara. Indonesia tidak akan punya musuh; Indonesia akan berinteraksi dengan semua negara sesuai kepentingan. Indonesia akan punya banyak sekutu, yang tidak eksklusif, yang bergerak untuk kepentingan dunia dan bukan untuk kepentingan golongan.

Ada amin saudara? Amin!

Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - merdeka!


.

Rabu, 01 April 2009

Buah-Buah Roh

“Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” (Mat. 7:20)

Bulan ini kita akan melanjutkan mengenal buah-buah roh lebih dalam. Masih ingat kan apa saja buah-buah roh itu? Buah-buah roh itu adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23).

Ayat di atas menyebutkan bahwa orang dikenal dari buah yang dihasilkannya. Kita sebagai orang percaya, dikenal dan dibedakan dari orang-orang dari buah yang kita hasilkan di dalam Tuhan. Buah-buah roh tersebut adalah karya Roh Kudus dalam diri kita masing-masing.

Dalam khotbahNya mengenai pengajar-pengajar sesat (Matius 7:15-23), Yesus memaparkan bahwa anak-anak Terang dapat dibedakan dari penyesat-penyesat melalui buah yang dihasilkannya. Apabila anak-anak Terang menghasilkan buah-buah roh, maka anak-anak dunia ini menghasilkan perbuatan-perbuatan daging: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya (Galatia 5:19-21).

Bagaimana dengan kita, manusia-manusia yang menjadi saksi Kristus di TK ITB ini? Buah-buah apa sajakah yang sudah kita hasilkan?

Sudahkah kita memancarkan kebaikan yang dari Tuhan untuk dibagikan kepada teman-teman kita? Ataukah malah teman-teman kita melihat kita sebagai biang perselisihan dan pemecah belah?

Sudahkah kita tetap setia mengikut dan melayani Tuhan dalam segala keterbatasan kita, dan setia menjalani tiap-tiap perkara-perkara besar dan kecil dalam kehidupan kita? Ataukah kita masih mementingkan diri sendiri, jatuh dalam percabulan dan kecemaran, sehingga menomorduakan Tuhan?

Sudahkah kita menjadi orang yang menyikapi masalah dengan lemah lembut dan sabar hati? Ataukah keseharian kita masih penuh dengan amarah dan perseteruan kepada tiap pihak yang bermasalah dengan kita?

Sudahkah kita senantiasa mengendalikan hawa nafsu dan emosi kita dalam keseharian kita? Ataukah kita masih seringkali terlepas dan membiarkan kedengkian dan iri hati kita tak terkontrol kepada teman-teman kita?

“Seberapa jauh kita sebagai pengikut Kristus berhasil dikenal di lingkungan kita sebagai anak Terang, dilihat dari buah-buah yang kita hasilkan? Ataukah orang yang memetik buah-buah yang kita hasilkan justru mengidentifikasi kita sebagai penyesat???”

“Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” (Filipi 1:22)


Pacem in terris!



.

Selasa, 10 Februari 2009

A Beautiful Mind

Dari warta PDTK bulan Februari.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Adakah yang pernah merasa bahwa hal-hal di sekitar kita tidak memuaskan bagi kita? Dan hal itu membuat hidup kita tidak menyenangkan dan tidak berkembang?

Ada sebuah cara yang sangat mudah untuk mengatasinya.

Firman Tuhan mengatakan "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (Filipi 2:5). Ayat ini mengajak kita untuk senantiasa memiliki pola pikir, cara pandang yang sama seperti Tuhan kita. Nah, seperti Dia memandang segala ciptaanNya baik adanya (Kejadian 1:31), kita pun harus memandang segala sesuatunya baik adanya, secara segala sesuatunya adalah ciptaan Tuhan.

Jika kita memandang seseorang/sesuatu dengan buruk, maka untuk seterusnya persepsi kita terhadap hal tersebut akan sulit diubah. Hal sebaliknya juga berlaku. Jika kita memandang sesuatu hal dengan baik, maka kita untuk seterusnya akan memandang hal tersebut dengan baik.

Jika kita menemui seseorang/sesuatu hal atau peristiwa yang buruk, kita harus ingat bahwa segala ciptaan Tuhan itu baik adanya. Akan lebih menguntungkan jika kita memandang segala sesuatunya dengan baik. Kita akan lebih nyaman berhubungan dengan hal tersebut, dan pastinya kita akan mengalami sukacita. Intinya, think positive.

Terkadang juga, kita merasa bahwa kita telah menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, namun kita merasa bahwa yang terjadi masih saja hal-hal yang jelek. Apa yang harus kita lakukan? Pegang janji Tuhan bahwa rancanganNya adalah yang terbaik bagi kita (Yeremia 29:11) dan rancangan kita tidak selalu sama dengan rancanganNya (Yesaya 55:8) yang jelas lebih baik.

Kalau kita sempat berpikir, apakah benar Tuhan telah memberikan penyertaan? Kok sepertinya yang terjadi masih jelek-jelek aja? Tetaplah percaya dengan segenap hati, Tuhan lebih tahu apa yang terbaik, jangan bersandar pada pengertian kita sendiri (Amsal 3:5).

Jika kita tetap percaya, niscaya kepercayaan kita akan membuahkan hasil. Banyak contoh dalam Alkitab yang menggambarkannya. Maria tanpa ragu percaya bahwa dia akan mengandung Juruselamat, dan langsung berserah (Lukas 1:38), padahal sepertinya mustahil dia bisa mengandung tanpa bersuami. Nuh membuat bahtera meskipun dikatai orang-orang sudah gila (Kejadian 6:22), dan dia serta keluarganya diselamatkan. Dan masih banyak lagi.

Maka itu, dalam setiap aspek kehidupan, serahkanlah semua kepada Tuhan. Sebab sesungguhnya seluruh hidup kita adalah milik Tuhan tanpa terkecuali (Mazmur 139, Roma 14:8). Cara pandang kita terhadap hal-hal 'duniawi' harus diubah.

Bukan cuma di kegiatan rohani saja kita milik Tuhan. Bukan cuma di gereja, di PDTK, di PMK/KMK kita harus bertindak berdasar firman Tuhan. Bukan cuma kalau rapat PDTK kita harus berdoa mohon Tuhan membimbing kita dalam apa yang kita lakukan. Untuk hal-hal sederhana pun, Tuhan harus menjadi motivasi kita (Roma 14:6).

Selama ini, apakah kita masih mendasarkan kegiatan-kegiatan keseharian kita pada hal selain Tuhan? Kalau iya, cobalah pola pikir yang baru ini. Kalau kita belajar, bukan untuk mendapat nilai bagus saja, bukan supaya mengerti saja; namun agar dengan pembelajaran tersebut nama Tuhan dipermuliakan. Kalau kita beraktivitas di organisasi kampus seperti unit dan himpunan, mintalah bimbingan Tuhan agar tindakan-tindakan yang kita ambil dapat memuliakan nama Tuhan di kampus kita.

Jadi jangan mengira ada kegiatan yang tidak butuh campur tangan Tuhan, karena Tuhanlah yang empunya kita dan kehidupan kita. Jika motivasi kita adalah untuk kemuliaan Tuhan, maka niscaya Dia akan turun menyertai kita (Amsal 3:5).

"With a beautiful mind, comes a beautiful life."
-Alfonso R., TK'06-




.

Senin, 27 Oktober 2008

n Reasons to Treasure Your Friends

Sedikit tulisan yg pernah gw buat untuk PDTK tanggal 5 Oktober 2007 yang lalu. Gw pas sekali menemukan tulisan ini di arsip gw saat gw merasa sendirian dan sedang berpikir sebenarnya apakah gw punya sahabat sejati, malah apakah gw sebenarnya pernah mengalami arti persahabatan itu sendiri.
_____________________________________________________________________

Apakah ada yang pernah mendengar atau mengetahui, apa sebenarnya arti ‘sahabat’ dalam konteks Kristiani? Jika hubungan kita dengan Tuhan sudah baik, masih perlukah ‘sahabat’? Dalam karya keselamatan Yesus Kristus, adakah tempat untuk ‘sahabat’? Jika ada, ‘sahabat’ yang seperti apa?

Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, friend is “person, not a relation, whom one knows and likes well.”. Pada intinya, syarat seorang ‘sahabat’ adalah orang yang dikenal baik dan disukai oleh diri kita. Ini berarti, setiap orang bisa menjadi ‘sahabat’ kita, tergantung pilihan kita sendiri. Tetapi, berapa banyak yang merupakan sahabat yang baik, sahabat sejati, sahabat tanpa tanda kutip?

Alkitab mencatat banyak kisah persahabatan yang erat, salah satu yang terkenal adalah Daud dan Yonatan. Namun, banyak kata ‘sahabat’ dipakai dalam Alkitab untuk konteks yang negatif. Contohnya saja, ‘sahabat’ yang hanya dekat saat keadaan senang saja (Amsal 14:20, 19:4-7), ‘sahabat’ yang suka menusuk dari belakang (Mazmur 41:10), dan yang paling terkenal adalah ‘sahabat’ yang justru membujuk kita untuk jauh dari Allah, yaitu 3 orang ‘sahabat’ Ayub. Dalam kehidupan keseharian kita, banyak orang yang ngakunya ‘sahabat’ tapi sering sekali berbuat begitu, kan?

Ada yang bilang, sulit sekali menemukan sahabat yang baik. Inilah sebabnya, mengapa sahabat yang baik itu penting. Ada beberapa kriteria sahabat yang baik dalam Alkitab. Amsal 17:17 mengatakan “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Inilah gunanya sahabat. Saat kita tertimpa masalah, ada sahabat yang mendampingi dan membantu. Di sini, sahabat merupakan alat Tuhan untuk memberikan pertolongan dalam kesusahan dan kelegaan dalam kesesakan.

Yesus Kristus dalam Yohanes 15:15 mengatakan “...Aku menyebut kamu sahabat, karena aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu.”. Sahabat adalah tempat kita menaruh kepercayaan, dalam kehidupan kita sehari-hari sahabat adalah tempat kita untuk ‘curhat’. Sahabat yang baik tentu tidak akan menceritakan rahasia temannya itu kepada orang-orang lain. Sudah lumrah, manusia membutuhkan tempat untuk berbagi cerita dalam keadaan apapun. Beberapa orang menyalurkannya melalui diary, blog, dll, tetapi kebanyakan orang memilih untuk menceritakan kepada orang yang dianggapnya sahabat. Keuntungannya, sahabat dapat mendengarkan, dan juga dapat memberi saran.

Sahabat adalah tempat kita berbagi kasih. Kasih adalah sesuatu yang unik. Jika dibagi-bagikan ke orang lain, kasih tidak berkurang tetapi malah bertambah. Berbagi kasih bersama sahabat, bersenang-senang di kala suka dan saling membantu di kala duka, akan membuat kita hidup dalam kasih, sebuah hidup yang lebih indah. Pada prinsipnya, itulah guna sahabat, yaitu pendamping di kala suka dan duka.

Yang paling indah, sahabat itu adalah orang yang rela berkorban bagi kita. Sebuah ayat terkenal, Yohanes 15:13 berkata “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”. Betapa indah dan hebatnya kasih seorang sahabat. Tentu saja, ayat ini merujuk kepada Yesus Kristus, Sahabat yang Agung, yang rela memberikan nyawaNya bagi kita. Namun, ayat ini secara implisit dapat berlaku juga bagi manusia. Sahabat sejati yang rela berkorban. Mengapa perumpamaan yang dipakai adalah ‘nyawa’? ‘Nyawa’ di sini dipakai untuk menggambarkan pengorbanan yang tulus dan tanpa pamrih, tidak mengharapkan balasan. Jikalau kita berkorban nyawa, sudah jelas kita tidak mengharapkan balasan, kan? Balasan apa yang kita harapkan diberikan kepada kita, kalau kita sudah mati? Nah, pengorbanan sahabat sejati pun harus seperti itu, yaitu tidak memperhitungkan balasan, tetapi semata-mata karena ingin memberi yang terbaik kepada sahabatnya.

Masih banyak lagi alasan-alasan mengapa sahabat itu penting (coba pikirkan lagi...). Dari beberapa uraian di atas, kita sudah sadar kan apa saja pentingnya sahabat? Enak sekali kan kalau punya sahabat, apalagi kalau punya banyak sahabat? Terlebih lagi pada bagian ‘rela berkorban’ tadi. Wow... enak sekali kalau banyak orang yang rela berkorban untuk kita... iya kan? Tetapi ada hal lain yang lebih penting dari itu.

Ada yang bilang, sahabat yang baik susah dicari, maka itu berbahagialah orang yang telah MENDAPAT sahabat yang baik. TETAPI, lebih berbahagia lagi orang yang telah MENJADI sahabat yang baik! Mungkin teman-teman sudah memiliki sahabat-sahabat yang baik, yang siap mendengarkan cerita teman-teman, yang mau berkorban untuk teman-teman, yang membantu teman-teman saat dalam masalah... tetapi, sudahkah teman-teman menjadi sahabat yang baik untuk mereka? Apakah teman-teman sudah mau mendengarkan cerita-cerita mereka, membantu mereka saat mereka dalam masalah, mau berkorban untuk mereka...? Sepantasnyalah teman-teman juga menjadi sahabat yang baik. Jika teman-teman belum merasa memiliki sahabat baik, mulailah dengan menjadi sahabat yang baik bagi orang lain. Teman-teman sudah mengetahui apa pentingnya seorang sahabat, dan merasakan kebutuhan akan seorang sahabat. Orang lain pasti juga merasakannya. Maka itu, tema-teman pasti mengerti, mengapa kita harus menjadi sahabat yang baik.

Jadi, sudahkah teman-teman mengetahui berapa nilai ‘n’ yang kita dapat hari ini?

_____________________________________________________________________

Well, who am I to talk like this? A Greek philosopher once said "It is easier to die for your friends; the harder part is to find a friend that is worthy to die for". Still, in this untrustworthy, full-of-treacherous-friends real world, God will never leave me.

Ein feste burg is unser Gott, ein gutte wehr und waffen.