Tampilkan postingan dengan label gambar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gambar. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Maret 2015

Setia Dalam Perkara Kecil



Jadi ceritanya, di suatu siang yang (kurang) cerah, saat sedang mengerjakan tugas yang bertumpuk (tidak) seperti biasa, tiba-tiba saja batin saya mengalami morale down. Mungkin bahasa Indonesianya sih: galau. Galau yang hadir dalam lamunan singkat. Tentang hal-hal yang ingin saya capai dalam hidup ini. Tentang apa saja dari hal-hal itu yang sudah saya capai. Dan (terutama) yang belum.

Mengapa tiba-tiba hal itu terlintas dalam pikiran saya, entahlah.

Entah karena melihat kerjaan yang menumpuk ditambah sadar mendadak bahwa deadline yang sudah ditetapkan itu tidak realistis.

Entah karena wifi tempat kerja ini mendadak mati ketika saya sedang seru-serunya browsing bahan-bahan kerjaan.

Entah karena siang ini sempat mendung dan kemudian hujan deras sekali, persis ketika saya sedang menuju tempat kerja ini tadi.

Entah karena sebelum berangkat tadi, saya nonton maraton beberapa episode dari Jomblo TV Series. (ini apa hubungannya???)

Atau entah mungkin karena dalam beberapa hari belakangan ini, saya banyak berdiskusi dengan beberapa rekan tentang tujuan hidup.

Ya, apapun sebabnya, itu cukup untuk membuat saya bengong total secara fisik dan mental selama kira-kira setengah jam di tempat umum. (Tidak) menarik kayaknya kalau adegan ini difilmkan.

Puji Tuhan, ada sebuah ayat yang menyadarkan saya dari lamunan kosong tersebut.

"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil,
ia setia juga dalam perkara-perkara besar.
Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil,
ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."
(Lukas 16:10)


 Ya ampun. Padahal saya sendiri pernah berkata pada seorang rekan : hal-hal besar tidak ada yang terjadi secara instan; setiap perubahan besar pasti merupakan akibat atau akumulasi dari hal-hal kecil, entah disadari atau tidak. Dengan demikian, jika kita sempat merasa bahwa tidak ada perubahan besar dalam hidup kita, atau target besar yang sudah kita susun tidak pernah tercapai, hal paling sederhana yang bisa dilakukan adalah introspeksi diri dalam keseharian.

Jika ingin mengubah dunia, mengubah orang banyak, atau bahkan mengubah dirimu sendiri; lakukanlah, awalilah dengan berusaha menjadi manusia yang lebih baik.

Dengan menjadi manusia yang lebih baik dalam perkara-perkara kecil, perkara-perkara sederhana.

Sesederhana menjaga rutinitas hidup yang baik. Sesederhana melakukan pekerjaan-pekerjaan harian dengan sepenuh hati seluruhnya. Sesederhana berkegiatan dengan selalu memperhatikan kesehatan. Sesederhana berusaha menjadi pembawa damai dan sukacita bagi orang-orang yang ditemui setiap harinya. Sesederhana melakukan segala hal dengan didasari itikad baik. Sesederhana senantiasa berusaha menjaga lisan dan perbuatan. Sesederhana tidak meninggalkan ibadah.

Dalam taraf yang lebih sederhana lagi sih; sesederhana tidak buang sampah sembarangan, tidur cukup dan bangun pagi, kerja yang benar tanpa slack off, jaga makan dan minum, rutin berolahraga, tersenyum dan ramah pada orang lain, tidak mudah marah, tidak berdusta, rajin berdoa, dan rajin menabung.

Saya percaya bahwa orang-orang yang kehidupan sehari-harinya baik-lah yang akan dapat membawa perubahan sesungguhnya yang bernilai dan berdampak luas.

Karena ada dikatakan, buah yang baik timbul dari pokok yang baik pula.

Jadi ketika kita mendambakan hal-hal besar terjadi dalam hidup kita, lakukanlah improvement terus-menerus dari perkara-perkara keseharian kita. Percayalah bahwa itu adalah awal dari perubahan-perubahan besar yang kita inginkan.

Karena perbaikan itu, dimulai dari diri kita sendiri.

Saya akan pakai tiap detik yang tersisa pada umur saya ini untuk terus menjadi lebih baik dalam setiap perkara. Bukan hanya demi kehidupan pribadi yang lebih baik, tapi bahkan terutama demi memenuhi tugas sebagai saksiNya, sebagai surat pujian yang dapat dibaca setiap orang. Juga demi orang-orang yang telah menaruh banyak harapan kepada saya, demi janji pelayanan yang dulu telah saya buat; orang-orang inilah yang selalu menjadi inspirasi bagi saya agar tidak hidup hanya bagi diri sendiri saja.

Dan terakhir pastinya, demi kamu.


#SelamatHariMinggu


Coffee Institute, 15 Maret 2015




.

Kamis, 03 April 2014

Turun Tangan, Sebuah Unjuk Rasa

Ada sebuah teori yang dulu pernah saya dengar di zaman purbakala, saat saya masih jadi mahasiswa di sebuah kampus di mana para penghuninya amat hobi melontarkan berjuta teori luar biasa (alias, di luar kebiasaan, atau terkadang gila). Teori ini terkait demonstrasi atau unjuk rasa.

Jadi menurut yang empunya teori (maaf lupa siapa, atau mungkin bahkan saya sendiri yang mengeluarkannya? maklumlah sudah lama sekali), ada tiga manfaat dari orang berdemonstrasi atau berunjuk rasa:
1. Mengupayakan tercapainya tuntutan.
2. Membuat pernyataan sikap ke khalayak ramai.
3. Memperkuat sikap dan keyakinan sendiri.

Contohnya dengan ilustrasi yang sangat sederhana, saat ada demonstrasi anti koruptor di depan KPK, sang demonstran harusnya mengharapkan (1) koruptor yang didemo menerima hukuman seberat-beratnya sesuai kejahatannya, (2) mereka terlihat oleh masyarakat sebagai pihak yang anti korupsi, dan (3) diri mereka sendiri tambah sadar dan teguh keyakinannya bahwa korupsi itu adalah sungguh perbuatan yang buruk sehingga pantas didemo, sehingga ke depannya kelakuan mereka pun akan mencerminkan keyakinan itu, seperti tidak akan korupsi atau akan berusaha memberantas korupsi sesuai lingkupnya masing-masing.

-----------------------------

Pemilu 2014 sudah makin dekat. Dan bagi saya pribadi, saya berharap bahwa jika saya memilih dalam pilpres nanti, bukan hanya sekadar kegiatan mencoblos suatu nama atau wajah di atas kertas dalam bilik tertutup, tapi juga sebuah unjuk rasa. Sebuah demonstrasi politik.

Dimulai dari pikiran inilah, saya mulai tertarik kepada salah satu (bakal) calon presiden. Oh iya, terkait Pemilu Legislatif (yang akan dilaksanakan lebih dahulu), itu bahasan terpisah, tetapi jujur saya memilih membahas Pemilu Presiden terlebih dahulu, just for the sake of which is the more interesting for myself between those two. Sorry, personal standpoint.

Kembali ke sang (bakal) calon presiden yang gagasannya telah berhasil memancing perhatian saya. Beliau adalah Anies Baswedan, salah satu peserta konvensi calon presiden dari Partai Demokrat. Tidak, saya rasa tidak perlu saya uraikan tentang beliau, betul?

Karena tanpa perlu saya ulangi eksposisi panjang lebar tentang gagasan beliau, tentang bagaimana elaborasi dari konsep Turun Tangan yang menjadi jargon beliau... ada banyak relawan beliau, relawan-relawan Turun Tangan (yang saya sangat salut, karena mereka merupakan salah satu kelompok paling militan yang saya lihat di kancah perpolitikan nasional saat ini, dalam mengusung calon presiden yang didukung sekaligus juga mampu memahami dan siap mengeksekusi gagasan yang dibawa oleh calonnya) ... yang lebih jago menjelaskan tentang semuanya itu. Misalnya saja artikel yang ditulis oleh rekan Pandji Pragiwaksono yang menurut saya sudah sangat cukup menggambarkan. Kalau belum kenyang juga, silakan berkeliling ke link-link (oh shit, I think I just made an unintended pun) di bagian akhir tulisan ini.

Saya hanya ingin menyampaikan, jika seandainya beliau memenangkan konvensi calon presiden Partai Demokrat dan saya (pasti akan) memilih beliau di Pilpres, maka itu adalah sebuah demonstrasi politik dari diri saya. Sebuah unjuk rasa.

Tentunya dengan memilih beliau saya berharap beliau menang dan terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia (sudah jelas!).

Namun, dengan pilihan saya tersebut, saya juga ingin menyampaikan kepada semua orang tentang apa yang saya lihat, apa yang saya harapkan, dan apa yang ingin saya lakukan untuk negara ini. Dan juga tentang konsep Turun Tangan, yang sendirinya adalah merupakan konsep sebuah unjuk rasa. Bahwa setiap tindakan merupakan pengingat akan kapabilitas diri, sekaligus ajakan bagi orang-orang lain untuk ikut bertindak.

Dengan mendukung konsep Turun Tangan, saya ingin mewartakan bahwa rakyat bukan hanya berhak berharap, namun juga diberi arahan dan semangat untuk mampu mewujudkan harapan itu, bersama-sama, serempak serentak, masif dan sinergis.

Bahwa negara ini tidak akan besar jika suara rakyatnya bisa dibeli dengan harga semurah sehelai kaos oblong bersablon dan selembar limapuluhribuan yang terselip dalam bingkisan sembako serangan fajar. Bahwa rakyat yang ingin bangsanya maju, bisa mengawali langkahnya dengan keseriusan dalam memilih pemimpinnya.

Bahwa semua orang boleh berharap KKN akan hapus dari bumi Indonesia, dan bahwa semua orang harusnya sadar masing-masing dari kita bisa membantu mewujudkan hal itu... atau juga bisa membantu memperparahnya, baik dengan aktif maupun dengan diam.

Bahwa semua orang yang percaya bahwa akar masalah bangsa ini ada pada pendidikan, yang percaya bahwa pemerintahan harus bersih dari politisi-politisi busuk, yang percaya bahwa Indonesia harus berdaulat penuh atas pengelolaan dan pengusahaan seluruh sumber daya dari alamnya yang kaya raya, yang percaya bahwa kesenjangan sosial harus diberantas, yang percaya bahwa pemerataan pembangunan dari Sabang sampai Merauke harus ditegakkan, atau bahkan yang sekedar ingin agar dirinya dan keluarganya bisa bebas dari jurang kemiskinan; sesungguhnya dapat berperan besar dalam mewujudkan semua hal tersebut.

Bahwa anggapan akan rusaknya kondisi bangsa ini bukan alasan bagi rakyat kecil untuk berhenti berharap, bahwa kita semua, ya, semua dari kita masih bisa melakukan sesuatu agar bangsa ini bisa merangkak keluar, lepas landas, dan terbang tinggi... dengan keyakinan bahwa di sekeliling kita, jutaan orang sedang bergerak ke arah hal yang sama, tanpa saling menjatuhkan seperti kepiting dalam periuk.

Bahwa baik buruknya negara ini ada di tangan rakyatnya, sebagaimana esensi demokrasi. Bahwa sebagaimanapun keadaan, jika kita telah berusaha untuk turun tangan memperbaikinya, maka kita akan menganggap wajah negeri kita saat itu sebagai hasil karya tangan kita sendiri, dan kita akan tersenyum karenanya... dan bahwa kita pantas berharap bahwa senyum itu akan menjadi senyum universal ketika kita tahu, segenap negeri ini dipenuhi oleh orang-orang yang telah berusaha, dan telah tersenyum.

Bahwa jikalau seandainya memang Ratu Adil itu benar-benar ada, saya menganggap pastilah ia bukan superman atau penyihir yang bisa sendirian memusnahkan segenap kejahatan di negeri ini; tetapi adalah pemimpin yang, sesuai dengan sebutannya, mampu menempatkan rakyatnya berpartisipasi aktif dalam memajukan negerinya sesuai dengan posisi dan potensinya masing-masing.

Bahwa selagi menunggu datangnya pagi, dalam kegelapan kita bisa menyalakan lilin, senter, petromak, obor, lampu hape, lampu halogen, lampu sorot, atau penerangan apapun yang ada di tangan kita.

Dan, sebagai manfaat ketiga dari unjuk rasa politik saya itu, dengan mendukung konsep Turun Tangan sesungguhnya saya sedang berteriak pada diri saya sendiri: "kamu bisa, akan, dan harus melakukan sesuatu yang besar bagi negaramu; kamu bisa, akan, dan harus memajukan negaramu tidak dengan hanya menungggu karya tangan orang lain, tetapi juga dengan Turun Tangan, karena kamu tahu dengan pasti apa yang tanganmu bisa berikan bagi negara ini...!"

Bahwa dengan kapabilitas kita, dengan kapabilitas bangsa Indonesia, sudah seharusnya setiap dari kita mulai Turun Tangan, bukan hanya urun angan.

Itulah yang akan menjadi unjuk rasa saya kelak, ketika seorang Anies Baswedan kelak maju menjadi peserta Pilpres 2014. Dan jika seandainya memang beliau gagal untuk lulus konvensi... maka curahan pikiran dalam lamunan tengah malam inilah yang menjadi demonstrasi, menjadi unjuk rasa politik saya, tentang harapan akan Indonesia yang lebih baik sebagai hasil dari segenap rakyatnya yang turun tangan.




“Schweigen im Angesicht des Bösen ist selbst böse: Gott wird uns nicht als schuldlos betrachten. Nicht zu sprechen ist sprechen. Nicht zu handeln ist handeln” (Silence in the face of evil is itself evil: God will not hold us guiltless. Not to speak is to speak. Not to act is to act.)
- sepenggal dari surat Dietrich Bonhoeffer, teolog Jerman yang turun tangan menentang NAZI, saat menunggu hukuman matinya di dalam penjara -



Silakan lihat situs resmi Anies Baswedan
dan facebook Anies Baswedan
dan channel Youtube Anies Baswedan.



.

Sabtu, 08 Maret 2014

Masterpiece

Sebulan yang lalu, saya dan beberapa orang rekan bertemu dengan Ir. Triharyo Soesilo, alumni ITB angkatan 77, dalam rangka untuk mengundang beliau dan beberapa rekannya untuk mengisi sesi berbagi ilmu dan pengalaman kepada alumni-alumni Teknik Kimia ITB yang masih berasa muda (more on this later).

Ada sepotong percakapan dengan beliau yang sangat mengena bagi saya, karena entah kebetulan atau memang begitulah seharusnya, yang beliau katakan sangat menjawab isu yang seringkali saya debatkan dengan rekan-rekan saya: apa artinya menjadi seorang alumni ITB.

Berikut kira-kira kata-kata yang beliau sampaikan kepada kami waktu itu:

"Saya kasih tahu ya, kalau keinginan kamu itu sekadar: punya rumah, punya mobil, dan menyekolahkan anak di sekolah yang baik; kalau cuma itu aja, percayalah, untuk lulusan ITB, minimal semuanya itu pasti bisa terpenuhi, kecuali memang dia (maaf) melakukan kesalahan sangat bodoh dalam hidupnya. Jadi tidak perlu khawatir.

Sisanya, kita harus mengejar pencapaian masterpiece kita masing-masing: hal a
pa yang membedakan kita dengan orang lain, pencapaian terbesar yang kita bisa banggakan. Jadi direktur, jadi orang kaya, belum tentu bisa disebut masterpiece; warna apa yang bisa kamu berikan?

Jadi sekali lagi, saya ulangi; kalau kamu cuma ingin rumah, mobil, bisa nyekolahin anak; nggak usah dikejar, untuk lulusan ITB, itu semua pasti dapat. Maka dari itu, jangan takut untuk mengejar cita-cita, masterpiece kamu.
"

Kalau orang luar saat membaca ini mungkin menangkapnya anak ITB kok sombong sekali, ya nggak? (silakan untuk referensi baca artikel-artikel bernada sejenis yang banyak sekali tersebar di internet)

Sementara beberapa anak ITB mungkin malah berpikir bahwa kata-kata ini membuat terlena dan menjadikan orang malas dalam bekerja, ya nggak?

Tapi kalau buat saya, sama seperti menyikapi jargon "putra-putri terbaik bangsa", kata-kata Pak Hengki ini justru mengingatkan saya bahwa semuanya itu berimbang: ada privilege, ada demand; ada advantage, ada challenge; ada benefit, ada responsibility.

Ketika (katanya) nikmat hidup itu lebih mudah didapat, berarti kekuatan kita, modal kita, masih berlebih, masih 'bersisa'; syukurilah advantage yang kita dapat, dengan cara bagaimana?

Dengan berani mengejar hal yang lebih, tidak hanya mengejar kecukupan materi (yang katanya mudah terpenuhi itu), mimpi yang bermanfaat buat orang banyak, yang memberi warna pada dunia; kontribusi yang menjadi landmark kita; menjadi MASTERPIECE.
 

Apakah lebih sombong punya mimpi untuk menjadi bermanfaat bagi banyak orang dengan keunikan potensi dan kelebihan dari masing-masing diri kita sendiri; dibandingkan punya mimpi 'hanya' jadi orang kaya, punya karir sukses, dan hidup kecukupan, seperti manusia pada umumnya? (kalau menurut saya itu mah bukan mimpi, tapi memang keinginan setiap manusia, untuk hidup enak, yang biasanya ya selalu dikejar, baik mimpi atau bukan)
 
Ya, kalau karena berani mengejar mimpi besar itu, anak ITB dibilang sombong; saya bangga jadi lulusan ITB yang sombong.

Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater.







Senin, 12 Agustus 2013

Mendengar Nama Bung Hatta

12 Agustus 1902, di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi, Sumatera Barat), lahir seorang bayi laki-laki dari keluarga HM Djamil, seorang ulama, dan istrinya Siti Saleha. Anak itu diberi nama Muhammad Athar. "Athar" dalam bahasa Arab berarti harum, wangi; dan menurutku, terkabullah doa kedua orangtuanya itu, yang mereka panjatkan melalui nama, karena di kemudian hari anak ini akan dikenal oleh beratus juta rakyat bangsanya dengan sebuah nama yang harum: Bung Hatta.


--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah seorang pemuda unggul; salah satu siswa terbaik negerinya, yang dikirim ke luar negeri untuk belajar; sesuatu yang pada saat itu adalah kesempatan amat sangat langka yang hanya dapat diraih segelintir orang yang sangat menonjol. Di saat negerinya berada dalam keadaan carut-marut, terjajah, menderita; terbuka jalan keluar untuknya, untuk hidup enak di peradaban yang lebih maju, sebuah jalan yang tidak dibukakan bagi sembarang orang; kesempatan itu tidak diambilnya.

Hingga aku juga mengingatnya sebagai seorang patriot, yang menunjukkan apa artinya berjuang jiwa raga demi bangsanya. Bagaimana ilmunya dia pelajari baik dan dia pergunakan bagi kemakmuran bangsanya. Bagaimana waktunya pun ia berikan bagi perjuangan kemerdekaan bangsanya: di saat ia bisa hidup makmur tenang di pusat peradaban dunia, ia bergabung dalam Liga Anti-Imperialisme. Mewakili bangsanya. Mempertaruhkan studi dan hidupnya. Bagaimana dengan lebih gila lagi, setelah lulus sarjana ia tinggalkan studi doktornya. Kembali pulang ke bangsanya. Membaktikan ilmu dan hidupnya bagi perjuangan bangsanya. Hanya untuk diasingkan pemerintah kolonial hingga belasan tahun lamanya. Bagaimana meskipun begitu ia tetap berjuang, hingga bangsanya merdeka; bagaimana ia tetap berjuang, setelah bangsanya merdeka; bagaimana ia tetap berjuang bagi bangsanya, sampai akhir hayatnya.

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini studi di luar negeri oleh sebagian besar pemuda yang beruntung dapat menikmatinya dipandang sebagai jalan keluar, sebagai pintu gerbang menuju dunia yang lebih nyaman, aman dan mapan ketimbang tanah airnya yang kacau balau dan membutuhkan tenaganya sebagai kaum intelektual yang beruntung.

"Betul, banyak orang yang bertukar haluan karena penghidupan, istimewa dalam tanah jajahan di mana semangat selalu tertindas, tetapi pemimpin yang suci senantiasa terjauh daripada godaan iblis itu."

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah seorang cendekiawan, akademisi, dan pendidik; sebelas tahun di bangku kuliah, hidupnya dikelilingi oleh buku hingga bahkan mas kawin dan harta warisannya pun berupa buku, di pengasingan waktunya dihabiskan untuk menulis buku filsafat, dan perhatiannya tercurah betul pada upaya pendidikan karakter bagi generasi penerus.

Itulah yang membuat aku juga mengingatnya sebagai seorang Bapak Bangsa; karena ia tahu benar bahwa kunci keberlangsungan suatu bangsa ada pada regenerasi, dengan cara mendidik generasi yang akan memegang arah bangsanya di masa depan. Bagaimana ia merumuskan tiga tujuan perguruan tinggi, yang menjadi pembeda antara pergerakan pemuda bangsanya dengan bangsa lainnya, dan yang hingga kini menanamkan kesadaran bahwa pemuda-lah aktor pergerakan bangsa ini di masa lalu, masa kini, dan seharusnya masa depan. Bagaimana hal itu telah dipegangnya sejak awal ia memperjuangkan kemerdekaan bangsanya, dengan membentuk partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) dan menitikberatkan kaderisasi serta pendidikan, yang disebutnya untuk membuat rakyatnya merdeka seutuhnya.

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini pendidikan berantakan sedari dini, di mana anak-anak terlalu cepat diekspos pada semua informasi tanpa bimbingan dan pengawasan, remaja dikekang kebebasan berpikirnya lewat penjara bernama gengsi orangtua dan prestasi akademis, dan kampus-kampus hanya semata menjadi pabrik-pabrik tenaga kerja yang hanya hidup untuk mengenyangkan perut sendiri dan anak istri; di mana banyak generasi muda tak gemar membaca buku, dan pendidikan karakter dikerdilkan sebatas "soft skills" untuk menambah daya jual para calon kuli.

"Dan, memang, manusia susila dan demokratis ini (...) dapat menginsyafi tanggung jawabnya atas kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya dan dunia umumnya. Dan mereka pulalah yang akan diharapkan akan menjadi pemimpin-pemimpin yang bertanggung-jawab dalam negara dan masyarakat."

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah seorang diplomat yang visioner; yang telah mempersiapkan langkah bangsanya menghadapi Perang Dingin sejak hari-hari awalnya di tahun 1948. Dari prediksinya itulah lahir ungkapan "mendayung di antara dua karang" dan "politik bebas aktif" yang diharapkannya menjadi acuan bagi pergerakan politik luar negeri bangsanya.

Justru karena itulah aku juga mengingatnya sebagai seorang nasionalis tulen, yang teramat bangga dan percaya pada potensi dan kekuatan bangsanya, serta mau memperjuangkan agar bangsanya bukan sekadar jadi bangsa sembarangan saja, melainkan jadi pemimpin dunia. Bahwa pada hakikatnya "bebas" berarti bangsanya tidak bisa seenaknya dijadikan objek permainan semata bagi bangsa-bangsa lain yang lebih besar, bukan hanya mengekor saja, tapi menentukan jalannya sendiri untuk kebaikannya sendiri. Bahwa pada hakikatnya "aktif" berarti bangsanya bukan sekadar diam, tetapi juga memegang peranan, tampil sebagai pelopor dan penggiat, sebagai bangsa yang menentukan arah gerak dunia ini menjadi lebih baik untuk semua bangsa, bukan untuk sekelompok bangsa tertentu saja.

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini baik pemerintah negaraku maupun rakyatnya seperti kehilangan derajat ketika bersinggungan dengan bangsa asing, di mana pemerintah tunduk tak berdaya menuruti kepentingan asing yang menghambat laju pembangunan negeri ini, dan di alam bawah maupun atas sadar rakyat masih tertanam indoktrinasi superioritas produk asing dalam segala sisi.

"Bebas artinya menentukan jalan sendiri, tidak terpengaruh oleh pihak manapun sedangkan aktif artinya menjuju perdamaian dunia dan bersahabat dengan segala bangsa."

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah Bapak Koperasi; ya, dialah yang memperkenalkan dan mempromosikan bentuk badan usaha ini di negerinya, yang dianggapnya sebagai satu bentuk badan usaha yang paling mewakili falsafah hidup bangsanya, Pancasila. Badan usaha koperasi, di mana semua anggotanya memiliki, semua anggotanya bekerja, dan semua anggotanya menikmati hasilnya.

Lebih dari itu, aku juga mengingatnya sebagai cendekiawan yang mengabdikan ilmunya pada bangsanya; ilmu ekonomi, yang khusus dipelajarinya di belahan dunia yang jauh, bertahun-tahun lamanya. Bagaimana ia berkontemplasi akan ilmunya dan akan kondisi bangsanya, kemudian mencetuskan ekonomi Pancasila. Bagaimana ia tidak menelan mentah-mentah seluruh teori yang dijejalkan padanya di bangku kuliah, tidak kapitalis sepenuhnya maupun sosialis sepenuhnya, namun menggabungkannya dengan falsafah bangsanya sehingga tercetuslah gagasan ekonomi yang menitikberatkan keadilan sosial, bukan hanya material. Bagaimana ia menggagas agar kekuatan ekonomi di tangan rakyat, namun dilindungi oleh negara; di mana ia menekankan bagian penting yang membutuhkan perlindungan negara adalah pada jalur distribusi. Bagaimana ia melampaui zaman dengan menentang penitikberatan terhadap ekspor dan menjunjung harga diri bangsa dengan penguatan pasar lokal. Bagaimana koperasi yang dibawanya sebenarnya adalah salah satu bentuk dari pendukung skema ekonomi yang digagasnya, yaitu untuk keadilan sosial, di mana kemajuan ekonomi tidak dinikmati segelintir penguasa perusahaan saja.

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini kesenjangan ekonomi merajalela; di mana segelintir orang menguasai sebagian besar kekayaan negeri, kelas menengah banting tulang untuk korporasi-korporasi demi sesuap nasi, dan rakyat miskin tetap miskin sampai mati; di mana teori-teori ekonomi asing dipakai mentah-mentah tanpa pertimbangan bijak, dan indikator-indikator makroekonomi dibangga-banggakan sebagai bukti kemajuan ekonomi tanpa melihat kesejahteraan masyarakat secara nyata; serta di mana banyaknya ekonom tidak sebanding dengan kemajuan pemberantasan kesenjangan ekonomi, banyaknya insinyur dan ilmuwan tidak sebanding dengan kemajuan pengembangan teknologi, dan secara umum banyaknya sarjana tidak sebanding dengan kemajuan negara ini.

"Dasar kekeluargaan itulah dasar hubungan istimewa pada kooperasi. Di sini tak ada majikan dan buruh, melainkan usaha bersama antara mereka yang sama kepentingannya dan tujuannya."

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah Sang Dwitunggal; nama yang ia sandang bersama-sama Bung Karno, sahabat karibnya, rekan seperjuangannya dalam memerdekakan dan mengemudikan bangsanya. Dia seorang sahabat yang baik, tulus, dan perhatian; yang menegur keras sahabat karibnya yang ia anggap telah menyimpang, dengan kritik terbuka jujur terang-terangan.

Namun aku juga mengingatnya sebagai seorang sahabat sejati, yang dapat berseberangan dan bersikap keras soal berbagai pandangan, dengan tidak menumbuhkan dendam pribadi. Bagaimana setelah mundur sebagai Wakil Presiden, ia tetap berhubungan baik dengan Bung Karno. Bagaimana di tengah kritik-kritik kerasnya, ia dan Bung Karno masih tetap saling bersilaturahmi ke rumah masing-masing, masih tetap saling besuk ketika ada yang sakit. Bagaimana meskipun berbeda pendapat secara tajam, ketika Bung Karno diturunkan dan diperlakukan tak adil hingga sakit keras, ia tampil sebagai pembela terdepan dan pelindung keluarganya, bahkan menjadi wali nikah anak Bung Karno. Bagaimana setelah Bung Karno meninggal pun, ia tetap membela sahabatnya itu...

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini emosi kerap mendepak akal sehat tanpa terkendali, di mana masalah kecil dapat menyulut api yang nyalanya berkobar-kobar tiada henti, dan kita menjadi lebih suka berkelahi antar sesama bangsa sendiri demi membela sesuatu yang tidak berarti, dibanding bersatu padu menyelesaikan masalah yang jelas-jelas lebih perlu dihadapi.

"Aa, No... Apa kabar?"

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah seorang pemimpin bangsa yang sederhana; yang tak pernah mementingkan harta ataupun menyalahgunakan kekuasaannya, meskipun saat ia menjadi orang nomor dua di negerinya. Ia hidup bersahaja, dari gaji pokok semata ditambah dari menulis buku, tanpa mau menikmati fasilitas tambahan apapun dari negara atau pihak lain, yang sebenarnya mudah saja ia dapat jika ia kehendaki.

Niat di balik semua itulah yang membuat aku juga mengingatnya sebagai teladan yang memiliki integritas dan harga diri. Bagaimana ia mengembalikan semua dana tunjangan dan sisa belanja Wakil Presiden ke negara, karena meyakini bahwa sesungguhnya pejabat adalah pelayan rakyat. Bagaimana ia naik haji dengan honor penerbitan buku-bukunya yang ia tabung bertahun-tahun dan menolak sama sekali difasilitasi negara, karena ia ingin berhaji sebagai seorang muslim yang mampu, bukan sebagai petinggi negara yang dimampukan rakyatnya. Bagaimana bahkan setelah tak menjadi Wakil Presiden, ia menolak tawaran menjadi komisaris berbagai perusahaan besar, untuk menjaga image netral seorang (mantan!) Wakil Presiden, juga untuk menghindari makan gaji buta. Bagaimana karena semuanya itu, sampai akhir hayatnya keluarganya sampai kesusahan membayar rekening listrik, dan ia, salah satu orang paling terpandang di negerinya, hanya mampu menyimpan guntingan iklan sepatu Bally yang diidam-idamkannya tanpa mampu membelinya hingga detik ia meninggal dunia... demi menunjukkan arti integritas, totalitas sebagai seorang abdi negara yang sebenar-benarnya, setinggi-tingginya, seluhur-luhurnya!

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini penyelewengan dan korupsi merajalela di segala lapisan mulai dari penguasa hingga aparat terbawah, di mana tanpa malu orang beramai-ramai merampas hak orang lain sesukanya baik diam-diam maupun terang-terangan, dikarenakan tatanan masyarakat yang mendewakan uang dan materi sebagai berhala pengganti Tuhan mereka.

"Kita sudah cukup begini, kita hanya punya nama baik, itu saja yang harus kita jaga terus."

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah seorang negarawan yang komplit; politisi, cendekiawan, diplomat, ekonom, filsuf, pejuang, pembangun, pemimpin, guru, teladan, abdi negara seutuhnya. Bung Hatta adalah apa yang ada dalam pikiranku sebagai definisi suatu manusia unggul: yaitu satu insan yang diberi kelebihan, bakat, dan kesempatan sebesar-besarnya, mumpuni dalam berbagai bidang yang dikuasainya secara menyeluruh, dan mendayagunakan segenap keunggulan yang dimilikinya itu dengan memprioritaskan kepentingan orang banyak sebanyak-banyaknya, untuk masyarakat luas, bangsa, negara dan dunia.

Bung Hatta adalah sosok yang amat perlu dikenal oleh segenap rakyat negerinya, negeri Indonesia kita yang telah 68 tahun merdeka, yang selama separuh pertama umurnya beruntung memiliki seorang abdi setia bernama Mohammad Hatta, dan yang selama sisa umurnya membutuhkan Bung Hatta-Bung Hatta baru, yaitu kita semua yang diberi kesempatan bukan untuk disia-siakan, namun untuk memberi dampak besar bagi negeri di mana kita telah ditempatkan oleh Sang Pemilik Takdir.

"Hanya ada satu tanah yang dapat disebut tanah airku. Ia berkembang dengan usaha, dan usaha itu adalah usahaku."




Mengenang Drs. Mohammad Hatta
atau lebih dikenal dengan nama 'Bung Hatta':
Proklamator Kemerdekaan
dan Wakil Presiden Pertama
Republik Indonesia,
lahir pada hari ini,
111 tahun yang lalu.





"Jujur, lugu dan bijaksana;
mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
rakyat Indonesia."
- Iwan Fals, dalam lagunya "Bung Hatta" -





Kamis, 06 Juni 2013

Hidup Itu Hanya Sekali

Banyak yang bilang, hidup itu hanya sekali.

Banyak yang bilang, karena hidup hanya sekali, puaskanlah diri.

Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, tidak usah peduli apa yang orang lain katakan atau apa yang orang lain harapkan dari dirimu.

Pragmatisme abad postmodern ini bergema di segenap pelosok dunia dalam wujud-wujud yang paling halus dan manis. Be yourself. We cannot please everybody. Living life to the fullest. I have my way, you have yours, let's respect that. Yang mudah sekali dibengkokkan menjadi bersenang-senanglah dengan hidupmu, persetan dengan orang lain.

Namun ketika kita diberi anugerah Tuhan, baik itu bakat maupun kesempatan, untuk berbuat lebih, apakah pantas kita meninggalkannya? Anugerah yang diberikan agar kita dapat menjadi saluran berkat. Bermanfaat bagi orang lain, orang banyak, bagi dunia.Yang oleh filosofi pragmatisme kerap dicap sebagai "being somebody you don't want to be, living a life of someone else".

Ingin menjadi bermanfaat bagi orang lain, seharusnya memang bukan hanya dari paksaan publik. "Jadilah diri sendiri", "lakukan apa yang kau senangi", tidak harus selalu berarti mengejar kebahagiaan material ataupun hura-hura yang egoistis. Orang tidak berbuat baik atau produktif bagi orang banyak hanya karena disuruh, dipaksa, ditekan, atau dibayar dengan uang seperti budaya saat ini.

Ingin menjadi bermanfaat bagi orang lain, tumbuh dari kesadaran diri, rasa syukur atas anugerah yang diberikan Tuhan sebagai kehormatan untuk berbuat lebih, dan rasa belas kasih pada sesama yang mendorong kita untuk bermanfaat bagi orang lain dan dunia.

------------

Adalah seorang Koesno Sosrodihardjo yang di kemudian hari terkenal dengan nama Soekarno. Keturunan bangsawan. Insinyur sipil pada umur 25 dari sekolah tinggi teknik pertama di negerinya, dan salah satu insinyur pertama yang dimiliki bangsanya. Dikenal sebagai pemuda yang dianugerahi otak jenius dan memori fotografik. Menguasai enam bahasa asing dan beberapa bahasa daerah. Pendeknya, jalan terbuka lebar baginya untuk mulai mengejar kesenangan dunia saat itu.

Pada umur 27 dia dijebloskan ke penjara oleh pemerintah.

Sejak itu hingga umurnya yang ke-40, 11 dari 13 tahun hidupnya dihabiskan dalam penjara dan pengasingan.

Apakah saat itu ia dicap sebagai orang gagal? Si jenius yang menghabiskan hampir seluruh masa-masa emasnya sebagai terpidana? Dianggap sebagai orang yang menyia-nyiakan hidupnya?

Orang ini, di kemudian hari, dengan perjuangannya, dengan pengorbanannya, telah berkontribusi pada kemerdekaan suatu bangsa yang besar, yang terbentang dari barat ke timur lima ribu kilometer lebarnya, dua juta kilometer persegi daratannya pada tujuh belas ribu pulaunya, dengan ratusan juta orang penduduknya.

Orang inilah satu dari sekian banyak orang yang 'mengorbankan'... tidak, mendayagunakan! Ya, mendayagunakan hidupnya bagi hidup orang lain, bukan satu dua orang lain, tapi satu bangsa, bangsanya yang kemudian merdeka. Dan setelah 11 tahun bangsanya itu merdeka, 11 tahun di mana akhirnya dia duduk di puncak sebagai pemimpin bangsanya, pada umurnya yang ke-55 dia berkata:




"Sungguh Tuhan hanya memberi hidup satu kepadaku,
tidak ada manusia mempunyai hidup dua atau hidup tiga.
Tetapi hidup satunya akan kuberikan,
insya Allah Subhanahuwata'ala, seratus persen
kepada pembangunan tanah air dan bangsa.
 

Dan... dan jikalau aku misalnya
diberikan dua hidup oleh Tuhan,
dua hidup ini pun akan aku persembahkan
kepada tanah air dan bangsa
.
"

Orang lain punya hidup hanya satu saja disayang-sayang, lah orang ini mau-maunya memberikan hidupnya satu-satunya kepada bangsanya, bahkan jika punya dua hidup, dua-duanya pun akan diberikan! Mengapa? Karena dia menjawab panggilan. Panggilan untuk mendayagunakan anugerah kelebihan yang diberikan, untuk bermanfaat bagi sesamanya, seluas-luasnya.

------------

Bung, dengan 69 tahun usiamu, engkau telah mengubah nasib hidup ratusan juta rakyat Indonesia; rakyat yang mungkin hingga saat ini berandai-andai atau bahkan berharap, bagaimana misalnya Bung Karno boleh memiliki dua hidup? Berikanlah ia hidup yang kedua saat ini, karena hidupnya yang kedua pun akan dipersembahkannya pada tanah air, dan tanah air ini masih butuh orang-orang sepertinya!

Tidak. Seperti diucapkannya, tidak ada orang diberi hidup dua atau tiga. Pembangunan hari ini bukan lagi tanggung jawab Soekarno. Pembangunan hari ini adalah tanggung jawab pemuda-pemuda hari ini, Soekarno-Soekarno zaman baru; pemuda-pemuda yang akan mendayagunakan umurnya, hidupnya, talenta dan kesempatan yang dimilikinya untuk orang-orang selain dirinya, untuk orang banyak, untuk kemajuan bangsanya.



Bogor, 6 Juni 2013
Selamat ulang tahun ke-112 wahai Putra Sang Fajar, Proklamator Tercinta, Presiden Pertama Republik Indonesia, Pahlawan Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.


Rabu, 25 April 2012

I Don't Always Score

Mungkin juga saya telat masuk ke dunia per-meme-an, selama ini cuma jadi penikmat yang ketawa-ketawa aja waktu browsing entah di kantor pas jam makan siang, pagi kalo datangnya kepagian, dan sore kalo pulangnya kesorean; atau di rumah kalo sempet buka internet di rumah.

Sekarang kita coba-coba bikin aja sedikit, gak spesial juga sih, gampang juga bikinnya, tinggal cari gambar, pake Microsoft PowerPoint gabungin gambarnya dan font Impact gede-gede warna putih dengan outline hitam. Jadi deh.

Gak banyak ngemeng lagi, sambut saja I DON'T ALWAYS, versi Fernando Torres (salah satu korban meme sepakbola yang umum ditemui).

 

Salam buat farca, mudah-mudahan zero tituli.


Sudirman, 25 April 2012
kepagian ngantor abis nonton menit-menit terakhir
semifinal UEFA Champions League
Barcelona 2-2 Chelsea, Camp Nou


.

Sabtu, 27 Maret 2010

Produksi Limbah HIMATEK

Sebenarnya sudah lama sekali hal ini terjadi. Benar, lama sekali.

Mungkin sudah berbulan-bulan hal seperti ini terjadi.

Dan dari sejak pertama ini terjadi tangan saya sudah gatal sekali. Ingin bersuara dari hati.

Namun saya masih bisa menahan diri. Ya, mungkin saja kita ini sedang khilaf semua.

Namun ini sudah kelewat batas.

Ya, sudah keterlaluan.

APAAN SIH?

-----------------------------

Jadi seringkali gw melihat banyak botol-botol tergeletak di sekitar himpunan. Banyak. Di meja hotspot, di dalam sekre, di meja... di mana-mana, asal bukan di tempat sampah deh.

Oke gw ga akan mulai ceramah soal produksi limbah plastik bla bla bla. Biarlah itu jadi bagian teman-teman lain. Lagipula plastik bisa didaur ulang atau diinsinerasi. Tapi, yang bikin gw (mungkin teman-teman nggak) miris adalah...

Hampir sebagian besar itu terisi air lebih dari 50%nya! SETENGAH LEBIH!!! Dan DIBUANG BEGITU SAJA!!!

Nih kita lihat:









Karena ini yang di sekitar meja him, ini pasti kelakuan anak HIMATEK. Belum ditambah yang di meja hotspot.

Hai kawan...

Tahu nggak kesulitan orang-orang untuk dapat air bersih? Tahu nggak bahwa kita buang-buang air di saat orang-orang kesulitan untuk mendapatkannya?

Di sini, kita enak-enakan buang-buang air... dan bukan cuma air, tapi air KELAS SATU!! Air minum, bukan air irigasi, bukan air rekreasi, bukan air perikanan, bukan air cuci, bukan air WC, bukan air mentah, tapi AIR MINUM!

Sekarang, ayo kita berhitung (meskipun mungkin kita udah bosan berhitung di kelas)...

Volume 1 botol minum = 600 mL
Rata2 isi sisa botol minum yang dibuang = 50%
Jumlah botol yang dibuang per hari = sekitar 20-30
Rata2 air yang terbuang PERCUMA tiap hari = 50% x 600 mL x 20 s/d 30 = 6-12 L

6-12 liter sehari tuh gede... klo dikonversi ke galon aqua sekitar 1/3 s/d 2/3 galon sehari... sebulan berapa? Setahun berapa? ITB... ckckckck

PM HIMATEK, PM angkatan gw instalasi membran penjernih air di Cililin... Tujuannya apa? Menyediakan air bersih untuk masyarakat... Terus kita, kerjaannya sehari-hari membuang-buang air? Terus apa gunanya PM? Apa gunanya diajarin keprofesian kalo mata hati kita aja TUMPUL kayak begini?

Kita, kita di Teknik Kimia ITB...
Diajarin buat minimalisasi limbah kan?
Diajarin buat ga buang2 bahan kan?

Katanya cinta Indonesia
Katanya cinta lingkungan
Katanya jurusan intelek
Katanya talk less do more
Katanya punya integritas

Kalau mau marah, marahlah pada saya. Kalau tersinggung, caci makilah saya (dan saya punya hak untuk membalas). Iya saya mengingatkan dengan pedas, iya saya

Tapi ingat kalau mau marah dan tersinggung... Pikir kenapa kalian bisa sampai marah dan tersinggung. Buat yang cukup lapang dada dan tidak tersinggung, mari kita sama-sama mengingatkan yang lain.

Mari kita sama-sama belajar. Sama-sama mengingatkan. Saling memberi tahu.



Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater

13006033


.

Kamis, 04 Maret 2010

WWW - Ahli Rekayasa

Didasari pada banyaknya sumber daya hayati lokal di Indonesia yang belum termanfaatkan sepenuhnya namun begitu potensial untuk mendongkrak daya saing bangsa, maka berdirilah suatu badan konsultan rekayasa kimia yang berfokus pada pengembangan industri pengolahan bahan-bahan hayati Indonesia.

Dengan bangga kami memperkenalkan: Waradana Widya Wiguna - Ahli Rekayasa.



Nama yang digunakan diambil dari bahasa Sansekerta:
- Waradana berarti hadiah yang berharga.
- Widya berarti ilmu pengetahuan.
- Wiguna berarti berguna.

Secara umum, nama yang digunakan melambangkan suatu harapan: hadiah yang berharga yang diberikan Tuhan pada negara kita, yaitu sumber daya hayati yang melimpah dan potensial, jika diolah dengan akal dan ilmu pengetahuan, pasti akan menjadi berguna.

Selain itu, singkatan WWW terdengar bagus di telinga dan enak dibaca mata. Bukan begitu, bukan?

Warna yang digunakan pada singkatan WWW dalam logo pun memiliki arti yang selaras. Kuning melambangkan hadiah yang berharga. Biru melambangkan pengetahuan dan kebijaksanaan. Merah melambangkan buah, hasil, kegunaan.

Nama Ahli Rekayasa (bukan Engineering Consultant) melambangkan keinginan untuk menggunakan Bahasa Indonesia, keinginan untuk memajukan produk buatan dalam negeri.

Logo WWW - Ahli Rekayasa menampilkan sebuah tangki yang melambangkan reaktor, yaitu tempat terjadinya reaksi (pengolahan) dalam industri kimia.

Pinggiran reaktor berwarna hijau, melambangkan pengolahan yang dilakukan di dalam semangat cinta lingkungan.

Bagian dalam reaktor berwarna merah putih, melambangkan pengolahan yang dilakukan berdasarkan semangat kebangsaan untuk menghasilkan sesuatu yang akan mendongkrak daya saing bangsa ini dan menuju kejayaan Indonesia.

Di bagian bawah reaktor ada daun yang melambangkan bahan baku. Bentuk daun dipilih karena melambangkan bahan baku hayati. Daun berjari lima melambangkan lima sumber daya hayati Indonesia: perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Di dalam daun, ada motif batik sebagai pertanda bahan baku hayati ini merupakan sumber daya lokal Indonesia. Motif batik yang dipilih adalah motif batik Mega Mendung yang melambangkan hujan, yaitu kesuburan dan kemakmuran.

Di bagian atas reaktor ada cincin yang melambangkan produk. Bentuk cincin dipilih untuk melambangkan produk yang berharga, jauh lebih berharga dari bahan baku. Tiga cincin melambangkan manfaat yang dihasilkan dari pengolahan untuk tiga kelompok: manfaat untuk kemajuan dunia industri itu sendiri (abu-abu), untuk kesejahteraan masyarakat (coklat), dan untuk kejayaan bangsa dan negara (keemasan).




"Yang menentukan nasib bangsa Indonesia seharusnya adalah para teknokrat, para insinyur, para dokter, para ilmuwan. Bukan politikus, pengacara, ekonom, atau artis. Ilmu sosial memperbincangkan hal-hal maya, ilmu alam membuat hal-hal nyata." -Alfonso-



.

Minggu, 25 Oktober 2009

Suatu Malam di Santiago Bernabeu

Sebuah awal (bukan akhir) yang manis musim ini dari AC Milan... Il Diavoli berhasil menghantam si raja u(t)ang Eropa, Real Madrid, di kandangnya sendiri, Estadio Santiago Bernabeu, 3-2.

Tak disangka, seorang kameraman mengabadikan satu momen kecil yang amat menyentuh saya sebagai tifosi Milan. Di saat laskar Merah-Hitam merayakan gol indah Alexandre Pato yang kemudian menjadi gol kemenangan AC Milan... sang kameraman dengan cerdik menangkap satu penglihatan yang dapat diinterpretasikan dengan sejuta makna.




Want to join the celebration, boy?

FORZA MILAN - Il Club Piu Titolato Al Mundo! Solo con te, sempre per te!
.

Minggu, 14 Juni 2009

Manchester United Dapatkan Pengganti CR7

Setelah melepas megabintang Cristiano Ronaldo a.k.a. CR7 ke Real Madrid dengan harga yang memecahkan rekor transfer dunia, nampaknya fans berat Manchester United tidak perlu kecewa karena dalam waktu singkat Sir Alex Ferguson telah berhasil mendapatkan pengganti yang tidak kalah tangguhnya. Kabar terbaru menyebutkan bahwa telah tiba di Old Trafford seorang pemain baru yang diboyong untuk menggantikan posisi CR7, bahkan telah mendapatkan nomor punggung yang sama: 7.

Kita lihat saja bagaimana musim ini MU bisa melupakan peranan CR7 dan menyerahkan pada penggantinya, yaitu:




BA7.

Salam olahraga!



.

Minggu, 12 April 2009

Celebrate, The Resurrection of Our Lord!

Natal adalah perayaan kelahiran Tuhan kita ke dunia.
Setiap orang juga pasti pernah dilahirkan.

Jumat Agung adalah peringatan kematian Tuhan kita.
Setiap orang juga pasti akan mati.

Tapi hari ini, Minggu Paskah, kita merayakan Tuhan kita yang melawan maut, dan menang!

Bagi semua pembaca setia Bacotan Orang Terbuang, Si Pembacot a.k.a. Alfonso Rodriguez Peña del Castillo mengucapkan:


Happy Easter! Christ is risen, indeed He is risen!Joyeuses Pâques! Christ est ressuscite , en verite il est ressuscite!
Frohe Ostern! Christus ist auferstanden, wahrhaft auferstanden!Buona Pasqua! Cristo č risorto, č veramente risorto!
Felices Pascuas! Cristo esta resucitado, en verdad esta resucitado!
Zalig Pasen! Christus is opgestaan, Hij is waarlijk opgestaan!
Feliz Páscoa! Christo ressuscitou, em verdade ressuscitou!
Glad Påsk! Kristus ar upstanden, sannerligen upstanden!
Cáisc Shona Dhaoibh! Tá Críosd ar éirigh, go deimhin tá e ar éirigh!
Paşte fericit! Hristos a inviat, adeverat ca a inviat!
καλό Πάσχα! χριστοσ ανεστι, αλιθοσ ανεστι!
Светлой Пасхи! Христос воскресе, воистину воскресе!
よい復活祭を! キリスト復活,実に復活!
Surrexit Dominus vere! Christus resurrexit, vere resurrexit!

Selamat Paskah! Kristus bangkit, Ia sungguh bangkit!


Christ The Lord is Risen

Christ the Lord is ris'n indeed, Hallelujah!
He has met His people's need, Hallelujah!
Raise your joys and triumphs high, Hallelujah!
Sing, ye heav'ns and earth, reply, Hallelujah!

Lives again our glorious King, Hallelujah!
Where, O Death, is now thy sting? Hallelujah!
Dying once He all doth save, Hallelujah!
Where thy victory, O grave? Hallelujah!

Love's redeeming work is done, Hallelujah!
Fought the fight, the battle won, Hallelujah!
Death in vain forbade Him rise, Hallelujah!
Christ ascended o'er the skies, Hallelujah!

Soar we now where Christ hath led, Hallelujah!
Following our exalted Head, Hallelujah!
Made like Him, like Him we rise, Hallelujah!
Free from all the earthly ties, Hallelujah!




.