Tampilkan postingan dengan label peringatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label peringatan. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Agustus 2013

Mendengar Nama Bung Hatta

12 Agustus 1902, di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi, Sumatera Barat), lahir seorang bayi laki-laki dari keluarga HM Djamil, seorang ulama, dan istrinya Siti Saleha. Anak itu diberi nama Muhammad Athar. "Athar" dalam bahasa Arab berarti harum, wangi; dan menurutku, terkabullah doa kedua orangtuanya itu, yang mereka panjatkan melalui nama, karena di kemudian hari anak ini akan dikenal oleh beratus juta rakyat bangsanya dengan sebuah nama yang harum: Bung Hatta.


--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah seorang pemuda unggul; salah satu siswa terbaik negerinya, yang dikirim ke luar negeri untuk belajar; sesuatu yang pada saat itu adalah kesempatan amat sangat langka yang hanya dapat diraih segelintir orang yang sangat menonjol. Di saat negerinya berada dalam keadaan carut-marut, terjajah, menderita; terbuka jalan keluar untuknya, untuk hidup enak di peradaban yang lebih maju, sebuah jalan yang tidak dibukakan bagi sembarang orang; kesempatan itu tidak diambilnya.

Hingga aku juga mengingatnya sebagai seorang patriot, yang menunjukkan apa artinya berjuang jiwa raga demi bangsanya. Bagaimana ilmunya dia pelajari baik dan dia pergunakan bagi kemakmuran bangsanya. Bagaimana waktunya pun ia berikan bagi perjuangan kemerdekaan bangsanya: di saat ia bisa hidup makmur tenang di pusat peradaban dunia, ia bergabung dalam Liga Anti-Imperialisme. Mewakili bangsanya. Mempertaruhkan studi dan hidupnya. Bagaimana dengan lebih gila lagi, setelah lulus sarjana ia tinggalkan studi doktornya. Kembali pulang ke bangsanya. Membaktikan ilmu dan hidupnya bagi perjuangan bangsanya. Hanya untuk diasingkan pemerintah kolonial hingga belasan tahun lamanya. Bagaimana meskipun begitu ia tetap berjuang, hingga bangsanya merdeka; bagaimana ia tetap berjuang, setelah bangsanya merdeka; bagaimana ia tetap berjuang bagi bangsanya, sampai akhir hayatnya.

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini studi di luar negeri oleh sebagian besar pemuda yang beruntung dapat menikmatinya dipandang sebagai jalan keluar, sebagai pintu gerbang menuju dunia yang lebih nyaman, aman dan mapan ketimbang tanah airnya yang kacau balau dan membutuhkan tenaganya sebagai kaum intelektual yang beruntung.

"Betul, banyak orang yang bertukar haluan karena penghidupan, istimewa dalam tanah jajahan di mana semangat selalu tertindas, tetapi pemimpin yang suci senantiasa terjauh daripada godaan iblis itu."

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah seorang cendekiawan, akademisi, dan pendidik; sebelas tahun di bangku kuliah, hidupnya dikelilingi oleh buku hingga bahkan mas kawin dan harta warisannya pun berupa buku, di pengasingan waktunya dihabiskan untuk menulis buku filsafat, dan perhatiannya tercurah betul pada upaya pendidikan karakter bagi generasi penerus.

Itulah yang membuat aku juga mengingatnya sebagai seorang Bapak Bangsa; karena ia tahu benar bahwa kunci keberlangsungan suatu bangsa ada pada regenerasi, dengan cara mendidik generasi yang akan memegang arah bangsanya di masa depan. Bagaimana ia merumuskan tiga tujuan perguruan tinggi, yang menjadi pembeda antara pergerakan pemuda bangsanya dengan bangsa lainnya, dan yang hingga kini menanamkan kesadaran bahwa pemuda-lah aktor pergerakan bangsa ini di masa lalu, masa kini, dan seharusnya masa depan. Bagaimana hal itu telah dipegangnya sejak awal ia memperjuangkan kemerdekaan bangsanya, dengan membentuk partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) dan menitikberatkan kaderisasi serta pendidikan, yang disebutnya untuk membuat rakyatnya merdeka seutuhnya.

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini pendidikan berantakan sedari dini, di mana anak-anak terlalu cepat diekspos pada semua informasi tanpa bimbingan dan pengawasan, remaja dikekang kebebasan berpikirnya lewat penjara bernama gengsi orangtua dan prestasi akademis, dan kampus-kampus hanya semata menjadi pabrik-pabrik tenaga kerja yang hanya hidup untuk mengenyangkan perut sendiri dan anak istri; di mana banyak generasi muda tak gemar membaca buku, dan pendidikan karakter dikerdilkan sebatas "soft skills" untuk menambah daya jual para calon kuli.

"Dan, memang, manusia susila dan demokratis ini (...) dapat menginsyafi tanggung jawabnya atas kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya dan dunia umumnya. Dan mereka pulalah yang akan diharapkan akan menjadi pemimpin-pemimpin yang bertanggung-jawab dalam negara dan masyarakat."

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah seorang diplomat yang visioner; yang telah mempersiapkan langkah bangsanya menghadapi Perang Dingin sejak hari-hari awalnya di tahun 1948. Dari prediksinya itulah lahir ungkapan "mendayung di antara dua karang" dan "politik bebas aktif" yang diharapkannya menjadi acuan bagi pergerakan politik luar negeri bangsanya.

Justru karena itulah aku juga mengingatnya sebagai seorang nasionalis tulen, yang teramat bangga dan percaya pada potensi dan kekuatan bangsanya, serta mau memperjuangkan agar bangsanya bukan sekadar jadi bangsa sembarangan saja, melainkan jadi pemimpin dunia. Bahwa pada hakikatnya "bebas" berarti bangsanya tidak bisa seenaknya dijadikan objek permainan semata bagi bangsa-bangsa lain yang lebih besar, bukan hanya mengekor saja, tapi menentukan jalannya sendiri untuk kebaikannya sendiri. Bahwa pada hakikatnya "aktif" berarti bangsanya bukan sekadar diam, tetapi juga memegang peranan, tampil sebagai pelopor dan penggiat, sebagai bangsa yang menentukan arah gerak dunia ini menjadi lebih baik untuk semua bangsa, bukan untuk sekelompok bangsa tertentu saja.

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini baik pemerintah negaraku maupun rakyatnya seperti kehilangan derajat ketika bersinggungan dengan bangsa asing, di mana pemerintah tunduk tak berdaya menuruti kepentingan asing yang menghambat laju pembangunan negeri ini, dan di alam bawah maupun atas sadar rakyat masih tertanam indoktrinasi superioritas produk asing dalam segala sisi.

"Bebas artinya menentukan jalan sendiri, tidak terpengaruh oleh pihak manapun sedangkan aktif artinya menjuju perdamaian dunia dan bersahabat dengan segala bangsa."

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah Bapak Koperasi; ya, dialah yang memperkenalkan dan mempromosikan bentuk badan usaha ini di negerinya, yang dianggapnya sebagai satu bentuk badan usaha yang paling mewakili falsafah hidup bangsanya, Pancasila. Badan usaha koperasi, di mana semua anggotanya memiliki, semua anggotanya bekerja, dan semua anggotanya menikmati hasilnya.

Lebih dari itu, aku juga mengingatnya sebagai cendekiawan yang mengabdikan ilmunya pada bangsanya; ilmu ekonomi, yang khusus dipelajarinya di belahan dunia yang jauh, bertahun-tahun lamanya. Bagaimana ia berkontemplasi akan ilmunya dan akan kondisi bangsanya, kemudian mencetuskan ekonomi Pancasila. Bagaimana ia tidak menelan mentah-mentah seluruh teori yang dijejalkan padanya di bangku kuliah, tidak kapitalis sepenuhnya maupun sosialis sepenuhnya, namun menggabungkannya dengan falsafah bangsanya sehingga tercetuslah gagasan ekonomi yang menitikberatkan keadilan sosial, bukan hanya material. Bagaimana ia menggagas agar kekuatan ekonomi di tangan rakyat, namun dilindungi oleh negara; di mana ia menekankan bagian penting yang membutuhkan perlindungan negara adalah pada jalur distribusi. Bagaimana ia melampaui zaman dengan menentang penitikberatan terhadap ekspor dan menjunjung harga diri bangsa dengan penguatan pasar lokal. Bagaimana koperasi yang dibawanya sebenarnya adalah salah satu bentuk dari pendukung skema ekonomi yang digagasnya, yaitu untuk keadilan sosial, di mana kemajuan ekonomi tidak dinikmati segelintir penguasa perusahaan saja.

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini kesenjangan ekonomi merajalela; di mana segelintir orang menguasai sebagian besar kekayaan negeri, kelas menengah banting tulang untuk korporasi-korporasi demi sesuap nasi, dan rakyat miskin tetap miskin sampai mati; di mana teori-teori ekonomi asing dipakai mentah-mentah tanpa pertimbangan bijak, dan indikator-indikator makroekonomi dibangga-banggakan sebagai bukti kemajuan ekonomi tanpa melihat kesejahteraan masyarakat secara nyata; serta di mana banyaknya ekonom tidak sebanding dengan kemajuan pemberantasan kesenjangan ekonomi, banyaknya insinyur dan ilmuwan tidak sebanding dengan kemajuan pengembangan teknologi, dan secara umum banyaknya sarjana tidak sebanding dengan kemajuan negara ini.

"Dasar kekeluargaan itulah dasar hubungan istimewa pada kooperasi. Di sini tak ada majikan dan buruh, melainkan usaha bersama antara mereka yang sama kepentingannya dan tujuannya."

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah Sang Dwitunggal; nama yang ia sandang bersama-sama Bung Karno, sahabat karibnya, rekan seperjuangannya dalam memerdekakan dan mengemudikan bangsanya. Dia seorang sahabat yang baik, tulus, dan perhatian; yang menegur keras sahabat karibnya yang ia anggap telah menyimpang, dengan kritik terbuka jujur terang-terangan.

Namun aku juga mengingatnya sebagai seorang sahabat sejati, yang dapat berseberangan dan bersikap keras soal berbagai pandangan, dengan tidak menumbuhkan dendam pribadi. Bagaimana setelah mundur sebagai Wakil Presiden, ia tetap berhubungan baik dengan Bung Karno. Bagaimana di tengah kritik-kritik kerasnya, ia dan Bung Karno masih tetap saling bersilaturahmi ke rumah masing-masing, masih tetap saling besuk ketika ada yang sakit. Bagaimana meskipun berbeda pendapat secara tajam, ketika Bung Karno diturunkan dan diperlakukan tak adil hingga sakit keras, ia tampil sebagai pembela terdepan dan pelindung keluarganya, bahkan menjadi wali nikah anak Bung Karno. Bagaimana setelah Bung Karno meninggal pun, ia tetap membela sahabatnya itu...

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini emosi kerap mendepak akal sehat tanpa terkendali, di mana masalah kecil dapat menyulut api yang nyalanya berkobar-kobar tiada henti, dan kita menjadi lebih suka berkelahi antar sesama bangsa sendiri demi membela sesuatu yang tidak berarti, dibanding bersatu padu menyelesaikan masalah yang jelas-jelas lebih perlu dihadapi.

"Aa, No... Apa kabar?"

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah seorang pemimpin bangsa yang sederhana; yang tak pernah mementingkan harta ataupun menyalahgunakan kekuasaannya, meskipun saat ia menjadi orang nomor dua di negerinya. Ia hidup bersahaja, dari gaji pokok semata ditambah dari menulis buku, tanpa mau menikmati fasilitas tambahan apapun dari negara atau pihak lain, yang sebenarnya mudah saja ia dapat jika ia kehendaki.

Niat di balik semua itulah yang membuat aku juga mengingatnya sebagai teladan yang memiliki integritas dan harga diri. Bagaimana ia mengembalikan semua dana tunjangan dan sisa belanja Wakil Presiden ke negara, karena meyakini bahwa sesungguhnya pejabat adalah pelayan rakyat. Bagaimana ia naik haji dengan honor penerbitan buku-bukunya yang ia tabung bertahun-tahun dan menolak sama sekali difasilitasi negara, karena ia ingin berhaji sebagai seorang muslim yang mampu, bukan sebagai petinggi negara yang dimampukan rakyatnya. Bagaimana bahkan setelah tak menjadi Wakil Presiden, ia menolak tawaran menjadi komisaris berbagai perusahaan besar, untuk menjaga image netral seorang (mantan!) Wakil Presiden, juga untuk menghindari makan gaji buta. Bagaimana karena semuanya itu, sampai akhir hayatnya keluarganya sampai kesusahan membayar rekening listrik, dan ia, salah satu orang paling terpandang di negerinya, hanya mampu menyimpan guntingan iklan sepatu Bally yang diidam-idamkannya tanpa mampu membelinya hingga detik ia meninggal dunia... demi menunjukkan arti integritas, totalitas sebagai seorang abdi negara yang sebenar-benarnya, setinggi-tingginya, seluhur-luhurnya!

Betapa aku merindukan sosok seperti Bung Hatta, ketika di masa kini penyelewengan dan korupsi merajalela di segala lapisan mulai dari penguasa hingga aparat terbawah, di mana tanpa malu orang beramai-ramai merampas hak orang lain sesukanya baik diam-diam maupun terang-terangan, dikarenakan tatanan masyarakat yang mendewakan uang dan materi sebagai berhala pengganti Tuhan mereka.

"Kita sudah cukup begini, kita hanya punya nama baik, itu saja yang harus kita jaga terus."

--------------------

Mendengar nama Bung Hatta, yang terpikirkan olehku adalah seorang negarawan yang komplit; politisi, cendekiawan, diplomat, ekonom, filsuf, pejuang, pembangun, pemimpin, guru, teladan, abdi negara seutuhnya. Bung Hatta adalah apa yang ada dalam pikiranku sebagai definisi suatu manusia unggul: yaitu satu insan yang diberi kelebihan, bakat, dan kesempatan sebesar-besarnya, mumpuni dalam berbagai bidang yang dikuasainya secara menyeluruh, dan mendayagunakan segenap keunggulan yang dimilikinya itu dengan memprioritaskan kepentingan orang banyak sebanyak-banyaknya, untuk masyarakat luas, bangsa, negara dan dunia.

Bung Hatta adalah sosok yang amat perlu dikenal oleh segenap rakyat negerinya, negeri Indonesia kita yang telah 68 tahun merdeka, yang selama separuh pertama umurnya beruntung memiliki seorang abdi setia bernama Mohammad Hatta, dan yang selama sisa umurnya membutuhkan Bung Hatta-Bung Hatta baru, yaitu kita semua yang diberi kesempatan bukan untuk disia-siakan, namun untuk memberi dampak besar bagi negeri di mana kita telah ditempatkan oleh Sang Pemilik Takdir.

"Hanya ada satu tanah yang dapat disebut tanah airku. Ia berkembang dengan usaha, dan usaha itu adalah usahaku."




Mengenang Drs. Mohammad Hatta
atau lebih dikenal dengan nama 'Bung Hatta':
Proklamator Kemerdekaan
dan Wakil Presiden Pertama
Republik Indonesia,
lahir pada hari ini,
111 tahun yang lalu.





"Jujur, lugu dan bijaksana;
mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
rakyat Indonesia."
- Iwan Fals, dalam lagunya "Bung Hatta" -





Kamis, 06 Juni 2013

Hidup Itu Hanya Sekali

Banyak yang bilang, hidup itu hanya sekali.

Banyak yang bilang, karena hidup hanya sekali, puaskanlah diri.

Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, tidak usah peduli apa yang orang lain katakan atau apa yang orang lain harapkan dari dirimu.

Pragmatisme abad postmodern ini bergema di segenap pelosok dunia dalam wujud-wujud yang paling halus dan manis. Be yourself. We cannot please everybody. Living life to the fullest. I have my way, you have yours, let's respect that. Yang mudah sekali dibengkokkan menjadi bersenang-senanglah dengan hidupmu, persetan dengan orang lain.

Namun ketika kita diberi anugerah Tuhan, baik itu bakat maupun kesempatan, untuk berbuat lebih, apakah pantas kita meninggalkannya? Anugerah yang diberikan agar kita dapat menjadi saluran berkat. Bermanfaat bagi orang lain, orang banyak, bagi dunia.Yang oleh filosofi pragmatisme kerap dicap sebagai "being somebody you don't want to be, living a life of someone else".

Ingin menjadi bermanfaat bagi orang lain, seharusnya memang bukan hanya dari paksaan publik. "Jadilah diri sendiri", "lakukan apa yang kau senangi", tidak harus selalu berarti mengejar kebahagiaan material ataupun hura-hura yang egoistis. Orang tidak berbuat baik atau produktif bagi orang banyak hanya karena disuruh, dipaksa, ditekan, atau dibayar dengan uang seperti budaya saat ini.

Ingin menjadi bermanfaat bagi orang lain, tumbuh dari kesadaran diri, rasa syukur atas anugerah yang diberikan Tuhan sebagai kehormatan untuk berbuat lebih, dan rasa belas kasih pada sesama yang mendorong kita untuk bermanfaat bagi orang lain dan dunia.

------------

Adalah seorang Koesno Sosrodihardjo yang di kemudian hari terkenal dengan nama Soekarno. Keturunan bangsawan. Insinyur sipil pada umur 25 dari sekolah tinggi teknik pertama di negerinya, dan salah satu insinyur pertama yang dimiliki bangsanya. Dikenal sebagai pemuda yang dianugerahi otak jenius dan memori fotografik. Menguasai enam bahasa asing dan beberapa bahasa daerah. Pendeknya, jalan terbuka lebar baginya untuk mulai mengejar kesenangan dunia saat itu.

Pada umur 27 dia dijebloskan ke penjara oleh pemerintah.

Sejak itu hingga umurnya yang ke-40, 11 dari 13 tahun hidupnya dihabiskan dalam penjara dan pengasingan.

Apakah saat itu ia dicap sebagai orang gagal? Si jenius yang menghabiskan hampir seluruh masa-masa emasnya sebagai terpidana? Dianggap sebagai orang yang menyia-nyiakan hidupnya?

Orang ini, di kemudian hari, dengan perjuangannya, dengan pengorbanannya, telah berkontribusi pada kemerdekaan suatu bangsa yang besar, yang terbentang dari barat ke timur lima ribu kilometer lebarnya, dua juta kilometer persegi daratannya pada tujuh belas ribu pulaunya, dengan ratusan juta orang penduduknya.

Orang inilah satu dari sekian banyak orang yang 'mengorbankan'... tidak, mendayagunakan! Ya, mendayagunakan hidupnya bagi hidup orang lain, bukan satu dua orang lain, tapi satu bangsa, bangsanya yang kemudian merdeka. Dan setelah 11 tahun bangsanya itu merdeka, 11 tahun di mana akhirnya dia duduk di puncak sebagai pemimpin bangsanya, pada umurnya yang ke-55 dia berkata:




"Sungguh Tuhan hanya memberi hidup satu kepadaku,
tidak ada manusia mempunyai hidup dua atau hidup tiga.
Tetapi hidup satunya akan kuberikan,
insya Allah Subhanahuwata'ala, seratus persen
kepada pembangunan tanah air dan bangsa.
 

Dan... dan jikalau aku misalnya
diberikan dua hidup oleh Tuhan,
dua hidup ini pun akan aku persembahkan
kepada tanah air dan bangsa
.
"

Orang lain punya hidup hanya satu saja disayang-sayang, lah orang ini mau-maunya memberikan hidupnya satu-satunya kepada bangsanya, bahkan jika punya dua hidup, dua-duanya pun akan diberikan! Mengapa? Karena dia menjawab panggilan. Panggilan untuk mendayagunakan anugerah kelebihan yang diberikan, untuk bermanfaat bagi sesamanya, seluas-luasnya.

------------

Bung, dengan 69 tahun usiamu, engkau telah mengubah nasib hidup ratusan juta rakyat Indonesia; rakyat yang mungkin hingga saat ini berandai-andai atau bahkan berharap, bagaimana misalnya Bung Karno boleh memiliki dua hidup? Berikanlah ia hidup yang kedua saat ini, karena hidupnya yang kedua pun akan dipersembahkannya pada tanah air, dan tanah air ini masih butuh orang-orang sepertinya!

Tidak. Seperti diucapkannya, tidak ada orang diberi hidup dua atau tiga. Pembangunan hari ini bukan lagi tanggung jawab Soekarno. Pembangunan hari ini adalah tanggung jawab pemuda-pemuda hari ini, Soekarno-Soekarno zaman baru; pemuda-pemuda yang akan mendayagunakan umurnya, hidupnya, talenta dan kesempatan yang dimilikinya untuk orang-orang selain dirinya, untuk orang banyak, untuk kemajuan bangsanya.



Bogor, 6 Juni 2013
Selamat ulang tahun ke-112 wahai Putra Sang Fajar, Proklamator Tercinta, Presiden Pertama Republik Indonesia, Pahlawan Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.


Senin, 24 Desember 2012

Yang Terbesar

Natal itu bicara soal sukacita, soal hadiah, soal perayaan.

Natal itu bicara soal sukacita terindah; sukacita ketika kita orang-orang yang ditakdirkan tenggelam dalam kegelapan, bersorak gembira akan datangnya fajar pengharapan.

Natal itu bicara soal hadiah terbesar; hadiah berupa keselamatan yang cuma-cuma dan kekal, yang lebih berharga dari segala yang pernah ada di alam semesta milik Yang Maha Pencipta ini.

Natal itu bicara soal perayaan termegah; perayaan atas momen transformasi kita dari bukan apa-apa menjadi pemenang segalanya, dari kaum terhina dibawa naik ke sisi Yang Mahatinggi oleh kedatanganNya.

Begitu besar artinya Natal; tiada sukacita, tiada hadiah, tiada perayaan lebih besar selain karena Yesus Kristus Sang Juruselamat yang adalah sukacita dan hadiah yang kedatanganNya dirayakan pada Natal.

Wahai umat yang sedang merayakan perayaan termegah; kalian masih minta apa lagi sih? Natal itu saat kita bersukacita dengan sepenuhnya karena kita telah menerima segalanya, bukan saat kita mengeluh hanya karena kekurangan hal-hal trivial yang tidak ada artinya dibanding hadiah terbesar yang kita dapatkan.

Ada orang ngeselin dekat-dekat Natal, suasana hati rusak, ngeluh. Nggak dapat libur Natal, katanya jadi kurang hepi, ngeluh. Nggak dapat hadiah, ngeluh lagi. Malah yang lagi ngetren sekarang; nggak dapat ucapan selamat dari orang yang bahkan tidak merayakan, ngeluh juga! Tidak esensial, saudaraku: Tuhan kita datang, Juruselamat kita datang membawa sesuatu yang indah dan begitu berharga tiada bandingnya, dan kita masih memusingkan semua hal lain itu? Pusing dengan segala rupa urusan manusia dan kedagingan, yang tiada artinya jika dibandingkan dengan apa yang kita dapat pada hari Natal ini!

Lupakan, lupakan semuanya itu; dalam Natal hanya ada satu pikiran, satu fokus, satu hal saja: bahwa Yesus Kristus telah lahir ke dunia untuk menebus dosa manusia, dan tidak ada sukacita lebih indah, tidak ada hadiah lebih besar, tidak ada perayaan lebh megah dari itu! Hari Natal adalah tentang kita, tentang dunia yang berubah, FROM NOTHING TO EVERYTHING, dan tidak ada yang lebih dari itu!

Bersyukurlah dan katakan "Tuhan, betapa hina hambaMu ini jika bukan karena Engkau; sesungguhnya hadiratMu saja cukup bagiku; ketika aku telah mendapatkan hadiah terbesar keselamatan yang dariMu, lebih dari cukup alasan bagiku bersukacita, tiada lain di dunia ini selain Engkau."






"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya."
- bala tentara sorga, dalam Lukas 2:14 -

"Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus."
- Rasul Paulus, dalam Filipi 3:8 -

"All the way my Savior leads me, what have I to ask beside?"
- Fanny Crossby, dalam All The Way My Savior Leads Me -


Selamat Natal, Frohe Weihnachten, selamat merayakan kedatanganNya, penyebab tunggal mengapa Natal dirayakan. Hari Natal adalah tentang Dia saja, tentang keselamatan, sukacita, pengharapan dan hidup kekal yang dibawaNya, bukan tentang yang lain-lain. Rayakanlah Dia, yang terbesar dalam hidupmu.



Malam Natal, 24 Desember 2012
ditulis untuk saudara-saudaraku di seluruh dunia;
umat pemenang, ahli waris janji-janjiNya.



.

Kamis, 17 Mei 2012

The Forgotten Day

Hari ini adalah tanggal merah.

Mungkin hanya itu saja yang kebanyakan orang tahu. Bahkan bagi orang Kristen sendiri. Hari Kamis, tanggal merah, menghasilkan Jumat kejepit dan long weekend.



Mahasiswa tingkat akhir dan dikejar deadline stres karena kampus tutup. Pekerja kantoran di perusahaan-perusahaan berbasis proyek, pekerja layanan umum, atau pekerja lapangan memandang iri ke rekan-rekannya yang menikmati long weekend. Yang lainnya senang karena dapat waktu libur tambahan, yang dipakai untuk jalan-jalan, hura-hura, atau tidur-tiduran di rumah. Paling cuma pengangguran doang yang gak peduli.

Tapi overall, gak banyak yang memperhatikan ini hari apa. Atau apa pentingnya.

Hari ini adalah tanggal merah.

Udah, itu aja.

Ya, mungkin begitulah nasib tanggal merah yang satu ini. Hari Kenaikan Yesus Kristus. Yang mungkin kalah terkenal dibanding Natal dan Paskah. Yang mungkin bahkan orang Kristen aja ada yang nggak tau hari ini hari apaan. Dan bisa jadi beberapa yang tau pun, gak ngerti kenapa hari ini dijadiin tanggal merah.

Jadi hari ini hari apaan sih sebenarnya?

Mungkin gue akan coba memaknai hari ini sebagai berikut....

Jika Natal berbicara tentang pengharapan,
pengharapan akan keselamatan,
yang untuk dunia yang terpuruk dalam dosa ini bagaikan mimpi,
oleh lahirnya Yesus Kristus,
yang dijanjikan akan menjadi Juruselamat dunia....

Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud".
- Lukas 2:10-11 -

Long lay the world, in sin and error pining;
'till He appears, and the soul felt its worth.
A thrill of hope, the weary world rejoices;
for yonder breaks, a new and glorious morn.
- O Holy Night -

Dan jika Paskah berbicara tentang penggenapan,
penggenapan janji pengharapan keselamatan itu,
di mana manusia benar-benar diselamatkan dari dosa,
oleh mati, bangkit, dan menangnya Yesus Kristus
atas kuasa maut...

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
- Yohanes 3:16 -

Lives again our glorious King, Alleluia!
Where, oh death, is now thy sting? Alleluia!
Once He died our souls to save, Alleluia!
Where thy victory, oh grave? Alleluia!

- Christ The Lord is Risen Today -

Maka hari ini, hari Kenaikan Tuhan Yesus,
berbicara tentang pergerakan,
pergerakan yang merupakan respon kita
atas keselamatan yang telah kita terima.

Kita mengharapkan keselamatan, kita menerima keselamatan,
dan kini saatnya kita mengerjakan keselamatan kita.
Tuhan Yesus telah naik ke surga,
dan Dia menyerahkan tanggung jawab besar,
yang tertuang dalam Amanat AgungNya,
yaitu....


Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
- Matius 28:18-20 -

“Ye shall be My witnesses,” was Jesus’ last command,
to every kindred tongue and tribe, in every clime and land;
go, tell them of our Christ and say His kingdom is at hand.

Who will go and witness for Jesus?
Tell it out, tell it out, the blessèd Gospel sound;
tell it out, tell it out, the news the world around;
'till the Name of Jesus has been heard wherever man is found;
who will go and witness for Jesus?
- Ye Shall be My Witnesses -

Kenapa Hari Kenaikan penting? Karena pada hari ini kita merayakan transformasi kita sebagai umat Kristen yang pasif menjadi umat Kristen yang aktif. Pada Natal kita menunggu datangnya keselamatan, pada Paskah kita menerimanya, dan pada hari Kenaikan ini, kita yang telah menerima keselamatan yang kita nantikan itu, mulai bekerja dalam keselamatan, menjadi saksi Tuhan di seluruh dunia.

Hari Kenaikan ini adalah titik awal kita menjalani hidup sebagai orang Kristen yang sesungguhnya. Kristus datang ke dunia ini membawa keselamatan, namun Dia tidak hanya memerintahkan kita untuk percaya kepadaNya demi menerima keselamatan. Bahkan, sejauh yang saya baca, tidak ada ayat yang mendeskripsikan Kristus berkata agar orang percaya kepadaNya dengan kalimat perintah. Yang ada adalah kalimat berita "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." Kalimat informatif, sekadar memberitahu, silakan manusia percaya kepadaNya, kalau percaya maka akan diberi jalan datang kepada Bapa. Namun pesan, amanat, untuk pewartaan ini jelas, dan inilah semangat hidup kita sebagai orang Kristen: "Jadikanlah semua bangsa muridKu". Sebuah kalimat perintah.

Semangat hari Kenaikan inilah yang membuat para pengikut Kristus (Firman Hidup) menjadi pewarta-pewartaNya, menjadi para pewarta Firman. Yang mendorong Petrus yang tadinya pengecut menjadi pewarta firman yang berani, batu karang yang menjadi dasar Gereja Kristus; dan memenangkan jiwa Kornelius, orang non-Yahudi pertama yang menjadi murid Kristus. Yang mendorong Filipus ke Yunani, Thomas ke India, Andreas ke Rusia, Bartolomeus ke Armenia, Yakobus ke Spanyol, Matius ke Afrika, Simon orang Zelot dan Yudas Tadeus ke Persia. Yang mendorong mereka semua untuk berjuang memberitakan Firman ke seluruh penjuru dunia, dan membayar dengan nyawa mereka semua.

Semangat hari Kenaikan-lah yang mendorong Stevanus untuk memberitakan Firman, meskipun dengan demikian ia menghadapi konsekuensi yang tak pernah ia lihat orang lain alami; yaitu menjadi martir pertama, orang pertama yang kehilangan nyawanya demi Kristus. Semangat hari Kenaikan-lah yang menumbuhkan Jemaat Pertama yang membuat Saulus begitu murka, yang akhirnya malah mengarahkannya ke jalan pemberitaan Firman itu sendiri sebagai Rasul Paulus yang gagah berani memberitakan Firman ke seluruh penjuru negara adidaya dunia saat itu, Kekaisaran Romawi; di mana buah karyanya adalah bibit bagi iman yang di kemudian hari timbul di hati Kaisar Konstantinus dan Theodosius, cikal-bakal mantapnya pemberitaan Firman Tuhan di negara-negara yang dominan di dunia, hingga saat ini.

Semangat hari Kenaikan-lah yang mendorong Adalbert memberitakan injil ke Prusia dan Eropa Utara, Denis ke Perancis, Agustinus ke Inggris, Patrick ke Irlandia, Willibrord ke Belanda, Gregorios Sang Pencerah ke Kaukasus, Kiril dan Metodius ke Rusia dan tanah orang-orang Slavia lainnya, Matteo Ricci ke Kekaisaran Tiongkok, Bartolome de las Casas ke benua baru Amerika, David Livingstone ke gelapnya pedalaman Afrika Hitam, Fransiskus Xaverius ke India dan Asia Timur, Horace Newton Allen ke Kerajaan Joseon Korea yang tertutup, Ludwig Ingwer Nommensen ke tanah Batak, dan banyak pewarta-pewarta firman lainnya yang tak dapat seluruhnya disebut di sini ke seluruh penjuru dunia, menggenapi firmanNya:

Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.
- Matius 24:14 -

Semangat hari Kenaikan-lah yang membuat Kekristenan menjadi Kekristenan yang kita lihat sekarang, yang kita alami sekarang.

Mudah-mudahan di tahun depan gak ada lagi orang (Kristen) yang bertanya "Ini hari kenapa libur sih?".


Semangat hari Kenaikan pula yang mungkin mendorong Kaka untuk menyebarkan nama Yesus kepada berjuta fans olahraga terpopuler sedunia...


Kamis, 17 Mei 2012
"Kita diutus
untuk berdiri teguh
di manapun kita telah ditempatkan,
sebagai laskar
kerajaan Allah
untuk menghalau kuasa gelap
dan menuai jiwa"
- GMB -

Sabtu, 14 April 2012

It Would Have Been Enough

Ada yang meminta pada Tuhan anugerah yang berlimpah. Tapi aku lebih memilih untuk belajar mengatakan pada Tuhan:

"Seandainya Engkau biarkan kami hari ini untuk masih mengalami hidup, dan menjanjikan keselamatan kekal ketika kami sudah tidak mengalaminya lagi, itu sudah cukup, cukup bagiku; anugerahMu cukup bagiku. Jika dalam hidup Engkau hanya bekali kami dengan Firman Hidup, dan Roh Penuntun, dan tidak memberi kami yang lain, itu cukup bagiku; yang terutama saja sudah cukup bagiku."

Kerjakan keselamatan dengan menjadi saluran berkat lahir batin bagi mereka yang membutuhkan. Mintalah berkat berlimpah kepada Tuhan, hanya dengan dasar bahwa kita rindu berbagi, rindu berbuat demi orang lain. Mintalah berkat, hanya untuk memberkati.

Diperuntukkan khusus bagi saudaraku Anthony Basuni Hamzah, yang dulu pernah bilang "asal gw bisa makan gw udah seneng", dan yang hari ini diwisuda... Selamat datang di medan tempur, selamat mengamalkan janji lulusan ITB, kawan... Masa depan cerah menanti bukan hanya kita, tapi rakyat Indonesia!

================================

"Janganlah kamu menjadi hamba uang
dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu."
- Ibrani 13:5a -

"Kami berjanji akan mengabdikan
Segala kebajikan ilmu pengetahuan
untuk menghantarkan bangsa Indonesia
ke pintu gerbang masyarakat adil dan makmur
yang berdasarkan Pancasila"
- sepenggal Janji Lulusan ITB -




.

Minggu, 08 April 2012

Low In The Grave He Lay, Up From The Grave He Arose!


Low in the grave He lay — Jesus my Savior!
Waiting the coming day — Jesus my Lord!


Vainly they watch His bed — Jesus, my Savior!
Vainly they seal the dead — Jesus my Lord!


Death cannot keep his prey — Jesus, my Savior!
He tore the bars away — Jesus my Lord!


Up from the grave He arose,
With a mighty triumph o'er His foes
He arose a Victor from the dark domain,
And He lives forever with His saints to reign.
He arose! He arose!
Hallelujah! Christ arose!



Selamat Paskah 2012
Hanya ada satu yang lahir, hidup, mati, menang, menyelamatkan, bangkit, dan naik ke surga - Yesus!






.

Kamis, 05 April 2012

Via Veritas et Vita



Jalan
berbicara soal metode.

Jalan adalah tempat kita melangkah; sarana berjalan, sekaligus yang mengarahkan. Dengan jalan kita bergerak ke tujuan, namun jalan pula yang menunjukkan kita arah ke tujuan.

Yesuslah Jalan.

MelaluiNya kita melangkah. Dia pelita bagi kaki kita. Akuilah Dia dalam segala laku kita, maka luruslah jalan kita olehNya. Kita akan dibimbing dengan cara yang tepat, menuju hasil yang tepat.

===========



Kebenaran
berbicara soal esensi.

Kebenaran adalah motivasi, sumber dan daya dorong dari segala aksi. Perbuatan yang baik harus berlandaskan kebenaran. Perbuatan yang beralasan selain kebenaran adalah perbuatan yang miskin kebenaran, alias salah.

Yesuslah Kebenaran.

Dialah Sang Firman, dasar hukum dari segala tindakan kita. Tak boleh ada perbuatan kita yang bertentangan dengan sabdaNya. Kita dibenarkan olehNya, kita benar karena kita berbuat untukNya.

===========



Hidup
berbicara soal tujuan.

Hidup adalah hal yang utama, yang terpenting di antara segalanya. Manusia berhenti menjadi manusia ketika ia tidak lagi hidup. Manusia melakukan segala sesuatunya untuk hidup. Harta, akal, waktu, tenaga, itu sarana bertahan hidup. Semuanya untuk hidup.

Yesuslah Hidup.

Dialah Yang Utama, pusat dari aktivitas manusia. Harta, akal, waktu, dan tenaga kita adalah milikNya, hanya untukNya. Kita bekerja untuk Yesus. Kita mati untuk Yesus. Kita hidup untuk Yesus.

===========


Yesus
Sang Jalan, Kebenaran, dan Hidup

Apa lagi yang kalian butuhkan?
Dialah Sang Input, Proses, dan Output.
Bergeraklah dalam Jalan, oleh Kebenaran, untuk Hidup.
Bergeraklah dalam Yesus, oleh Yesus, untuk Yesus.





"Ego sum via veritas et vita"
"Akulah jalan, kebenaran, dan hidup"
- Yesus, saat Perjamuan Terakhir,
seperti tercatat dalam Yohanes 14:6 -

===========


Kamis Putih, 5 April 2012
Selamat menyambut kemenangan untuk yang merayakannya



.

Sabtu, 21 Januari 2012

Pemuda Tionghoa, Riwayatmu Kini

DISCLAIMER: tulisan ini mengandung generalisasi yang sangat keras (karena disertai dengan introspeksi diri yang mendalam), yang semestinya tidak perlu membuat orang marah, tersinggung, atau pura-pura ketawa mengejek kalau dia tidak merasa tercakup ke dalam generalisasi tersebut.

==================================

Dulu pemuda Tionghoa terkenal kreatif. Mungkin karena semua jalan besar menuju kesuksesan tertutup, sehingga untuk mencapainya harus pintar-pintar mencari jalan sempit. Masuk universitas susah, kalau nggak mahal ya dijatah. Jadi pegawai negeri hampir mustahil, apalagi militer. Politik? Ha ha ha. Yang sisa tinggal sektor usaha, itupun susah. Banyak tekanan dari kanan kiri, atas bawah. Kompetitor, birokrasi, pegawai, masyarakat. Nggak kreatif? Nggak bertahan hidup.

Sekarang? Setelah SD meneruskan ke SMP. Setelah SMP, ya ke SMA karena biasanya dari SMP ya ke SMA. Dari SMA? Tentunya kuliah, sebagaimana umumnya pemuda. Kuliah apa saja selama orangtua bisa membiayai, dan biasanya sih bisa. Setelah lulus? Cari perusahaan yang mau mempekerjakan, cari yang gajinya paling besar. Setelah itu? Terus bekerja hingga gajinya sangat besar, dan anda akan makmur. Jalur mencapai kesuksesan yang sangat linear. Tidak terpikir untuk usaha? Ya, itu nantilah setelah punya modal (dengan bekerja dan dapat gaji besar). Waktu kuliah? Ya konsentrasi kuliah dulu. Waktu bekerja? Ya kerja dulu.


Dulu pemuda Tionghoa terkenal tahan hidup susah. Makan sehari sekali? Ya kalau bisanya segitu ya sudah. Terpaksa numpang di rumah orang waktu kuliah/kerja? Ya asal bisa tidurlah. Terpaksa irit karena semua penghasilan jadi modal usaha? Gak apa-apa asal untungnya besar. Rumah jelek? Sebodo amat, yang penting usaha kencengin dulu!

Sekarang? Suruhlah ke desa barang 2-3 hari. Paling sedikit satu yang dikeluhkan: kamar pengap dan gerah lah, banyak nyamuk lah, WC/kamar mandi jelek lah, nggak ada sinyal HP lah, makanan nggak enak lah, ya pokoknya ada aja lah. Kalau listrik mati bentar, bingung. Sehari nggak dikasih bawa kendaraan, bingung. Mau makan bingung makan di mana, bukan bingung mau makan apa. Masalah terbesar bukan makan dan tidur, tapi gak bisa dengerin musik/main game karena hape/laptop rusak.


Dulu pemuda Tionghoa terkenal hemat. Kalau dikasih duit jajan, bisa nggak dipake seharian, ditabung. Kalau dikasih makan di rumah, mending pulang daripada buangin duit. Kalau bisa jalan kaki, ngapain pake kendaraan (umum ataupun pribadi). Kalau baju/sepatu/perabot belum butut atau rusak sekalian, ngapain beli baru. Kalau diajakin hura-hura sama temen? Sori jek, duit gw bisa punya kegunaan lain yang lebih penting.

Sekarang? Duit bulanan sisa, habiskan buat foya-foya. Mall jadi tempat utama menghabiskan uang. Pemborosan sebulan cukup untuk memulai satu usaha kecil. Terkadang hanya tahu cara menghabiskan uang, dibanding cara menghasilkannya. Tabungan? Apa itu?


Dulu pemuda Tionghoa terkenal mandiri. Orangtua mendidik dengan keras. Berantem di sekolah? Uruslah sendiri, papa mama sibuk jaga toko. PR nggak ngerti? Mana mama tau, mama nggak sekolah, cari jawaban sendiri! Duit jajan kurang? Cari sendiri kalau emang butuh! Kalau nggak butuh ya udah, masih bagus dikasih jajan. Pegang teguh prinsip leluhur: jangan pernah meminta, tapi berusahalah!

Sekarang? Duit jajan kurang 10 ribu, ngambek. Mau jalan-jalan nggak dikasih duit jajan, ngambek. Nggak boleh bawa mobil, ngambek. Duit bulanan telat dateng, kalo nggak ngambek ya bingung. Udah maksa beli hape mahal, masih minta duit pulsa. Duit tabungan? Ya buat hura-hura. Paling sial, buat maen cewe sama beli ganja.


Dulu pemuda Tionghoa terkenal bermimpi besar. Penghasilan tidak pernah cukup. Hari ini dapat untung sepuluh ribu? Masukkan semua ke modal dan buat besok jadi untung lima belas ribu. Penghasilan bulan depan harus lebih maju dari hari ini. Usaha tahun depan harus lebih luas dari tahun ini. Gaji besar di perusahaan, tidak bikin terlena. Pokoknya masa depan harus lebih maju dari hari ini, sebaik apapun kondisi yang hari ini sudah bisa kita capai!

Sekarang? Ranking di sekolah, ya selama naik kelas dan gak dimarahi ortu/guru saja. Masuk kuliah, jurusan yang jelas-jelas (mainstream) aja. Diajak usaha bilangnya cari yang safe dulu aja. Kerja digaji menengah ke atas puas dan bilang, ya cukuplah buat hidup senang-senang. Usaha lancar, hanya dijaga stabil saja. Diajak berbuat lebih? Ah, cukuplah, segini juga udah enak banget.


Dulu pemuda Tionghoa terkenal pekerja keras. Waktu yang lain hura-hura, dia usaha cari uang. Kalau dia sekolah, pulang ya cepat, bereskan tugas dan PR, setelah itu bantu orangtua atau cari duit tambahan. Waktu kerja, berangkat paling pagi waktu semua orang masih molor, pulang paling malam waktu yang lain sudah ngopi dan nonton TV. Yang lain cuma tahan kerja sekian jam sehari, dia bisa tahan kerja lebih lama lagi.

Sekarang? Ini doang sih yang masih keliatan kayaknya. Cuma sayang, mindsetnya instan. Kalau gw kerja keras untuk hal ini, apa sih yang bisa gw dapet besok? Ngapain cari pengalaman buat masa depan, mending buat hidup enak hari ini. Bergaul, dapetin koneksi? Mending tidur dan maen di rumah, udah enak ini rumahnya. Belajar yang bener? Ah ngapain, belajar buat dapet A aja dulu!


Porsi besar dari perekonomian Indonesia dibangun oleh kerja keras pemuda Tionghoa. Pemuda Tionghoa saat ini, mau jadi apa? Budak kapitalis? Atau pemberi manfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan orang banyak? Silakan pilih.



富不過三代
Fù bùguò sāndài
Kekayaan tidak akan melewati tiga generasi
- Peribahasa Tiongkok:
generasi pertama membangun usaha,
generasi kedua mengembangkannya,
generasi ketiga menghamburkan uangnya -


起來!不願做奴隸的人們!
Qǐlái! Búyuàn zuò núlì de rénmen!
Bangkit! Semua yang tak ingin menjadi budak!
- Baris pertama Yìyǒngjūn Jìnxíngqǔ (Mars Sukarelawan),
lagu kebangsaan Republik Rakyat Tiongkok -


Selamat merayakan datangnya tahun baru naga air 2563.
Semoga di tahun yang baru ini dan tahun-tahun selanjutnya, kita dapat terus mengatasi tantangan yang datang dan terus naik melampaui batas-batas yang biasanya menghalangi orang banyak.


新年快樂
恭喜發財
萬事如意

Xīn nián kuài lè
Gōng xǐ fā cái
Wàn shì rú yì

Selamat tahun baru
Selamat dan semoga sejahtera
Semoga segala keinginan terkabul



茂物, 2012年1月21日
战斗机 鄭風龍





.

Jumat, 16 Desember 2011

Apa Kabar (Bangsamu), Gie?

Selamat ulang tahun, Gie.

69 tahun lalu, saat kau dilahirkan, saat itu bangsamu belum merdeka. Terjajah secara raga, dengan jiwa yang meluap untuk merdeka.

Saat ini, sudahkah bangsamu mereka sepenuhnya, Gie? Atau masihkah bangsa ini terbelenggu? Terbelenggu inferioritas, terbelenggu secara identitas?

Karena orang-orang bijaknya tidak pernah belajar dari sejarah, dan orang-orang kuatnya masih dalam gendongan?

Ah, tak dapat kubayangkan apa katamu jika melihat bangsa ini sekarang, Gie.

-----------

Aku mengenangmu, Gie.

42 tahun lalu, kau meninggalkan dunia ini. Meninggalkan jejak pemuda yang bertarung demi rakyatnya melawan tirani.

Saat ini, apa yang pemuda-pemuda lawan, Gie? Tiranikah? Ego pribadikah? Atau sesama pemudakah? Atau malahan tidak ada?

Mereka berhenti, Gie, mereka berhenti melawan...

Ah, tak dapat kubayangkan apa katamu jika melihat bangsa ini sekarang, Gie.

-----------

Di masamu, kaulihat para gembel hidup dari makan kulit mangga, tak jauh dari lokasi pesta pora para petinggi negara. Dan kau marah, Gie. Kau marah besar.

Percayalah Gie, lebih banyak lagi dapat kaulihat di zaman ini. Bahwa kau akan melihat calon-calon cendekia dan teknokrat bangsa, ketika dihadapkan pada derita dan beban rakyat yang harusnya mereka tanggung, tak dapat memberi solusi ataupun sekadar empati. Bahkan yang paling banyak mereka dapat beri, hanyalah peduli.... peduli setan.

Marahkah kau, Gie?

---------------

Di masa kini pemuda-pemuda yang mengaku membicarakan terang, tenggelam dalam kebutaan oleh kacamata kuda bernama idealisme palsu dan kesombongan, takluk oleh malam.

Di masa kini pemuda-pemuda yang mengaku menentang kemenangan oleh pedang, menghantam dengan jumawa siapa yang dianggapnya lebih lemah, dan diam seribu bahasa menghadapi hati nurani serta dewi keadilan.

Di masa kini, meskipun tidak menganggap gurunya dewa, para pemuda dengan sukarela menjadi kerbau, untuk diperbolehkan membajak sawah agar dapat rumput hingga kenyang sampai mampus.

Di masa kini, di masa ketika para pemuda tidak lagi bertanya... dan yang bertanya hanya bertanya agar ia terlihat bertanya.

-----------

Tak dapat kubayangkan apa katamu jika melihat bangsa ini sekarang, Gie.

Karena mungkin kau tak akan berkata apa-apa.

Kau bergerak, bergerak, berjuang, mendobrak.

Kau tak bersembunyi di balik buku dan meja, kau tak bersembunyi di balik ketiak rekan seperjuangan.



Hingga bangsamu merdeka seutuhnya.



================

In Memoriam
Soe Hok Gie
17 Desember 1942 – 16 Desember 1969



.

Rabu, 29 September 2010

Selamat

Melalui tulisan ini saya ingin menyampaikan selamat kepada kakak-kakak dan rekan-rekan lulusan Teknik Kimia ITB, September 2010. Selamat atas gelar Sarjana Teknik yang diraih, semoga dapat menjadi bekal untuk mengejar mimpi-mimpinya, menjadi awal perjalanannya di dunia nyata.

GIGI - Sang Pemimpi

Sambut hari baru di depanmu
Sang pemimpi siap 'tuk melangkah
Raih tanganku jika kau ragu
Bila terjatuh ku 'kan menjaga

Kita telah berjanji bersama taklukkan dunia ini
Menghadapi segala tantangan bersama... Mengejar mimpi-mimpi!

Berteriaklah hai sang pemimpi
Kita takkan berhenti di sini

Kita telah berjanji bersama taklukkan dunia ini
Menghadapi segala tantangan bersama...

Bersyukurlah pada Yang Maha Kuasa,
hargailah orang-orang yang menyayangimu,
yang selalu ada, setia di sisimu
Siapapun jangan kau pernah sakiti
dalam pencarian jati dirimu dan semua
yang kau impikan
Tegarlah, sang pemimpi!




Best regards
Adri Kristian, ST.


.

Minggu, 25 April 2010

Mereka Mendidik Kita Dengan Berbagai Cara

Waktu Bung Karno memerdekakan Indonesia,

beliau tak hanya memerdekakan Indonesia agar generasi muda Indonesia tak bekerja keras dengan dalih tidak ada lagi penjajah yang memaksa kita untuk bekerja keras.


Waktu Kartini memperjuangkan agar kaumnya dapat bersekolah sederajat dengan lelaki,

beliau pasti tidak memperjuangkan kaumnya agar dapat bersekolah hanya untuk mengharap berkenalan dengan calon suami yang mapan dan bermasa depan cerah di kampus.


Waktu Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa agar semua anak bangsa bisa belajar baca tulis,

tentu beliau tidak mengharap bahwa putra-putri terbaik bangsanya kelak akan malas membaca panjang-panjang dan tak becus merangkai kata dalam karya tulis.


Waktu Soe Hok Gie berdiskusi dengan alam yang lirih, dan mengkritisi pemerintah dengan tak pandang bulu siapa presidennya,

beliau mengajarkan bahwa kata maha di depan siswa jauh terlalu besar untuk disandang pemuda yang hanya peduli tentang apa yang ia dapat di bangku kuliah tanpa peduli apa hubungan ilmu-ilmu yang ia dapatkan itu dengan kondisi negaranya dan alam semesta ciptaan Tuhan.



Waktu Kartini menulis "Habis Gelap Terbitlah Terang",

beliau tidak mengharapkan kita menjalankan pendidikan sambil mengeluh, namun supaya kita menjalaninya dengan semangat dan harapan bahwa pendidikan akan membawa kita ke masa depan yang lebih cerah.


Waktu Bung Karno berkata: "Gantungkan cita-citamu setinggi langit",

cita-cita setinggi langit yang beliau maksudkan tentu bukan sekadar agar adik-adik kelasnya puas dengan pekerjaan yang sampai pensiun pun manfaatnya hanya terasa oleh anak, istri, dan orang tuanya saja.


Waktu Ki Hajar Dewantara berfilsafat: "Ing ngarso sing tulodo",

beliau berpesan agar kita menjadi contoh bagi orang-orang yang tingkatannya berada di bawah kita, bukan malah membuat mereka mengutuki kenapa orang-orang seperti kita yang ditempatkan Tuhan berada di atas mereka.

Waktu beliau bertutur: "Ing madyo mangun karso",

beliau berpesan agar kita menjadi rekan yang membangun suasana kondusif untuk pengembangan diri teman-teman kita, bukan malah merusaknya dengan menjatuhkan mental tiap kali ada rekan kita yang sedang berusaha menggapai cita-cita.

Dan waktu beliau berkata: "Tut wuri handayani",

beliau berpesan agar kita meskipun tidak menjadi tokoh utama dalam suatu hal, hendaknya kita berbuat semaksimal mungkin untuk mendukung keterlaksanaan hal tersebut, bukan hanya berdiam diri dan tidak berkontribusi apa-apa.


Waktu Soe Hok Gie berkata: "Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan",

beliau tidak mencontohkan bahwa kita, mahasiswa, hanya berbicara dan bertindak sesuai apa yang diinginkan orang, melainkan seharusnya berbicara sesuai apa yang kita pikirkan, dan bertindak sesuai apa yang kita bicarakan.




Memperingati
131 tahun Raden Ajeng Kartini
111 tahun Ki Hajar Dewantara
dan 41 tahun perayaan Hari Bumi





.

Rabu, 21 April 2010

Kisah Bayu dan Pertiwi

Melayang bebas ke pelosok dunia,
menebar pandang ke alam hidup manusia.
Inilah tutur kisah sang Bayu,
yang ingin bercerita tentang Pertiwi.

-------------------------------------

Sang Bayu berkelana ke puncak-puncak Himalaya,
menghembus hingga kedalaman Lautan Teduh.
Lebat rimba Amazon dan terik Gurun Sahara,
padang rumput Serengeti dan padang es Siberia.
Salju di Puncak Carstenz dan ombak laut Pantai Sanur,
oh, begitu ragamnya alam bumi ini.

Kota-kota besar pusat aktivitas manusia;
New York, London, Paris, Jakarta.
Pusat kecanggihan industri dan teknologi;
Tokyo, Shanghai, Dubai.
Kota-kota suci nan agung dan megah;
Vatikan, Makkah, Borobudur.

Perjalanan sang Bayu terus berlanjut...

Berjumpa terik mentari Antartika,
di mana freon menaklukkan ozon.
Menyapa hitamnya lepas pantai Alaska,
hasil muntahan tanker Exxon Valdez.

Mengamati Danau Aral yang kini menjadi daratan,
mengering karena polusi dan pembangunan.
Melihat anak-anak dan orang-orang cacat,
akibat thalidomide dan kasus Minamata.

Menatap lubang-lubang suram
bekas galian timah di Pulau Bangka.
Mengaduh sakit ketika bertemu timbal
dan berjuta gas racun di udara Jakarta.
Melirik miris kepada rakyat
dan tumpukan lumpur di Porong.

Mengelilingi hutan gundul Pulau Jawa,
yang seratus tahun lalu masih hijau
bak Zamrud Khatulistiwa.

Menyusur pekatnya Sungai Citarum,
yang dimuntahi berton-ton BOD dan COD
buangan industri kecil dan besar.

...............

Dan Bayu pun menatap Pertiwi,
yang telah renta dan letih
bagaikan seorang ibu di kala senja hidupnya,
yang telah cukup direpotkan anak-anaknya yang manja.

Dan telah bersiap untuk mati saja,
agar tak tertekan pahit getirnya hidup
serta beban untuk terus menerima
tahi dan air kencing anak-anaknya, umat manusia.

Dan Pertiwi pun menjawab Bayu,
ia tak bisa berbuat apa-apa
selain meratapi dekat ajalnya,
dan menyesali begitu banyak hal:

Menyesali industri plastik yang berproduksi ratusan juta ton per tahun.
Menyumpahi milyaran ton karbon dioksida yang dihempas ke atmosfir.
Menyerapahi para ilmuwan dan ahli riset
yang menemukan CFC, TEL, dan DDT.

Memandang sedih ke perancang pabrik
yang melegalkan suap demi lulus AMDAL.
Menatap malu ke insinyur operasional
yang melakukan midnight discharge.

Mengutuk insinyur kimia yang tak becus merancang alat,
mengutuk insinyur kimia yang tak becus merancang proses.
Sehingga industri kimia menjadi boros energi,
sehingga industri kimia menjadi boros bahan baku,
sehingga industri kimia menghasilkan banyak limbah,
sehingga Pertiwi pun semakin renta.

Mengutuk calon-calon insinyur
yang kerap bolos ataupun tidur saat kuliah
sehingga tak becus merancang alat dan merancang proses.

Menghela napas bagi mahasiswa,
yang katanya generasi muda penerus bangsa,
namun masih mempertanyakan signifikansi
dari cinta lingkungan dan hemat energi.

Menghela napas bagi kaum cendekia
yang dengan dalih kerasnya realita hidup
menggerogoti Pertiwi yang renta ini
dengan alasan demi mencari sesuap nasi
yang bahkan mereka sendiri lupa
bahwa nasi pun berasal dari Ibu Pertiwi.

......................................
(ayo, menghela napas!)





PS: dibuat dalam rangka menghindar sejenak dari beban tugas-tugas besar, penelitian, dan rancang pabrik; serta untuk meramaikan event KINTARI HIMATEK - kategori: bumi. Maaf jika tidak inspiratif... semoga bisa memacu yang lain untuk membuat yang lebih berkualitas dan inspiratif.

Çiçekşehir, 21-24 April 2010
Alfonso
cita-citanya sih Green Engineer



.

Rabu, 30 Desember 2009

Selamat Jalan Gus Dur



.......
Hujan air mata dari pelosok negeri
Saat melepas engkau pergi
Berjuta kepala tertunduk haru
Terlintas nama seorang sahabat
Yang tak lepas dari namamu

Terbayang baktimu, terbayang jasamu
Terbayang segala jiwa sederhanamu
Bernisan bangga, berkafan doa
Dari kami yang merindukan orang sepertimu

(Iwan Fals)


Selamat jalan Gus Dur!


Rabu, 23 Desember 2009

Sungguh, Tidak Ada Ibu Seperti Ibuku

Tujuan pembuatan tulisan ini sebenarnya untuk mensukseskan program HIMATEK yang kebetulan jadi tanggung jawab divisi saya a.k.a. PSDA yaitu lomba dalam memperingati Hari Ibu... namun yang terutama, tulisan ini didedikasikan kepada sesosok makhluk mulia yang merupakan orang terpenting dalam hidup saya. Tulisan yang mengandung segenap kata-kata yang tidak pernah saya berani sampaikan ke hadapan beliau.

Tulisan yang meskipun dibuat untuk lomba, tidak dibuat untuk menang... namun dibuat untuk beliau. Untuk ibuku tercinta.

-------------------------------------------

Dari gubuk-gubuk Kibera hingga villa-villa Monte Carlo
Dari pedalaman Amazon hingga pencakar-pencakar langit Manhattan
Dari sengatan matahari Sahara hingga putihnya alam Siberia
Di seluruh tempat yang ada di dunia
Sungguh untukku, tidak ada ibu seperti ibuku

........

Ibuku, ibu yang serba bisa
Dari memasak sampai menjahitkan kancing
Dari membetulkan keran air sampai mengecat dinding
Bagi beliau, tidak ada yang tidak bisa dilakukan

Ibuku, yang kepadaku tidak pernah marah sekalipun
Tidak pernah, meskipun salahku bermacam-macam
Bahkan ketika aku berkali-kali meminta ampun
Beliau hanya bilang "Tidak apa-apa" lalu diam

Dan dalam diam itulah aku dibuat merasa bersalah

Ibuku, yang tidak pernah sekalipun berkata
"Besar uang sekolah adik-adikmu makin hari makin menggila
Sebaiknya kamu cepat selesaikan studi, langsung bekerja"
Meskipun aku tahu, itulah keadaan yang sesungguhnya
Malah ketika kuputuskan ingin mengambil program pascasarjana
Beliau hanya tersenyum dan berkata "Silakan saja"

Ibuku, yang selalu menghindar ketika kutanya besarnya penghasilan
Beliau hanya menyuruhku diam, dan berkata pelan
"Bukan urusanmu, yang penting kamu masih bisa makan"

Ibuku, yang jam lima pagi sudah berangkat ke kantor
Mengejar bus di terminal, tiap pagi dari Senin sampai Jumat
Tiga jam di jalanan ibukota, menghirup udara kotor
Dan hebatnya selalu sampai tujuan, dengan selamat

Ibuku, yang delapan jam bekerja berjerih payah
Hingga makan dan tidur pun seringkali terlupa
Tapi beliau juga ibuku, yang tak pernah lengah
Menjawab dengan cepat ketika aku meneleponnya

Ibuku, yang jam tujuh malam baru sampai di rumah
Terkadang malah jam sembilan atau sepuluh
Jarang sekali wajahnya tak terlihat lelah
Bahkan seringkali beliau pulang bermandi peluh

Ibuku, yang kuceritakan tentang beratnya duniaku kuliah
Dan kukeluhkan betapa lelah aku menjalaninya
Ibuku, yang kemudian hanya bisa tersenyum pasrah
Dan menunjuk setumpuk kertas kerja yang dibawanya

Sementara aku sampai larut malam asyik bermain internet
Dan ketika jam tiga dini hari aku pergi ke toilet
Kulihat ibuku di kamarnya, masih saja terjaga
Di hadapannya masih terhampar kertas-kertas kerja

Anak seperti apa yang takkan menangis melihatnya?
Anak seperti apa yang akan sampai hati tega
Melihat orangtuanya tidur tak sampai sejam sehari
Demi anak-anaknya bisa makan sesuap nasi
Dan itu terjadi hampir setiap hari!

Aku ingin, ingin sekali meminta
Agar ibuku berhenti saja bekerja
Agar aku yang menanggung beban keluarga
Agar aku yang kerja dengan gaji berpuluh-puluh juta
Agar ibuku bisa istirahat sepanjang hidupnya

Dan jangan kira tak pernah kusampaikan kepadanya
Dan jangan kira aku tak pernah menemukan jawabnya
Dan jawabnya hanya satu kalimat, kalimat retorika
Kalau beliau sekarang tak bekerja, aku mau makan apa?

Lemahnya aku, tidak berdaya, dan tidak berguna
Ah, aku ini anak macam apa...
Tuhan, jangan jadikan aku anak durhaka...

........

Sejak Alexander naik kuda hingga Neil Armstrong mengangkasa
Sejak hidupnya dinosaurus hingga majunya teknologi
Sejak zaman para dewa hingga zaman band Dewa
Sejak dahulu kala, sampai berjuta tahun lagi

Sungguh untukku...

tidak ada ibu seperti ibuku.




Buitenzorg, 23 Desember 2009
Alfonso

Selamat Hari Ibu...


.

Rabu, 16 Desember 2009

In Memoriam - Soe Hok Gie

Eross SO7 feat. Okta - Cahaya Bulan

Perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
Cahaya kota kelam mesra menyambut sang petang
Di sini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Mengapa matahari terbit menghangatkan bumi

Aku orang malam yang membicarakan terang
Aku orang tenang yang menentang kemenangan oleh pedang


Perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
Cahaya nyali besar mencuat runtuhkan bahaya
Di sini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Mengapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi

Aku orang malam yang membicarakan terang
Aku orang tenang yang menentang kemenangan oleh pedang

Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
Yangg takkan pernah kutahu dimana jawaban itu
Bagai letusan berapi bangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati


Terangi dengan cinta di gelapku
Ketakutan melumpuhkanku
Terangi dengan cinta di sesatku
Dimana jawaban..... itu.......

Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
Yangg takkan pernah kutahu dimana jawaban itu
Bagai letusan berapi bangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati



Semoga semangatnya akan tetap abadi di tengah-tengah generasi penerusnya, mahasiswa.

Semangat untuk bertanya dan mencari kebenaran...

Hati yang selalu gelisah dan terpacu jika dihadapkan pada persoalan yang tak terpecahkan...

Semangat berdiskusi bahkan di tengah zaman kegelapan...

Semangat mengeksplorasi dan berkomunikasi dengan alam ciptaan Tuhan...

Semangat berjuang demi kemakmuran dan perdamaian.


Eross SO7 feat. Okta – Gie

Sampaikanlah pada ibuku
Aku pulang terlambat waktu
Ku akan menaklukkan malam
Dengan jalan pikiranku

Sampaikanlah pada bapakku
Aku mencari jalan
Atas semua keresahan-keresahan ini
Kegelisahan manusia

Retaplah
Malam yang dingin

Tak pernah berhenti berjuang
Pecahkan teka-teki malam
Tak pernah berhenti berjuang
Pecahkan teka-teki keadilan


Berbagi waktu dengan alam
Kau akan tahu siapa dirimu yg sebenarnya
Hakikat manusia

Tak pernah berhenti berjuang
Pecahkan teka-teki malam
Tak pernah berhenti berjuang
Pecahkan teka-teki keadilan
Keadilan, keadilan....

Akan aku telusuri jalan yg setapak ini
Semoga kutemukan jawaban
Jawaban, jawaban... ooo... ooo


---------------------------------------




In Memoriam
蘇福義 Soe Hok Gie
Jakarta, 17 Desember 1942 - Semeru, 16 Desember 1969






.

Selasa, 27 Oktober 2009

Ya, KARENA KITA PEMUDA!

“Indonesia? Bukan urusan kita… karena kita masih pemuda.”

Apakah benar Indonesia terlalu tinggi atau terlalu jauh bagi kita, pemuda?

BERIKAN AKU SEPULUH PEMUDA, DAN AKU AKAN MENGGUNCANG DUNIA!

Delapan puluh satu tahun yang lalu, di sebuah rumah pondokan milik Sie Kok Liong di Jalan Kramat Raya 106… Para pemuda berkumpul dari berbagai latar belakang, suku, bangsa, dan agama, dengan satu tujuan… Melihat tanah airnya merdeka. Tanah air yang satu. Didiami oleh bangsa yang satu. Dan berbahasa bahasa yang satu.

Delapan puluh satu tahun lalu, pemuda adalah fondasi pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pemuda. Pemimpi. Penemu. Pelopor. Penggerak. Pendobrak.

Saat ini, di Labtek Biru di Jalan Ganesha 10… Kita, para pemuda dari berbagai latar belakang, suku, bangsa, dan agama, dengan satu tujuan… Melihat tanah air kita jaya. Tanah air yang sama dengan yang diperjuangkan leluhur kita delapan puluh satu tahun lalu.

Saat ini, pemuda harus menjadi fondasi kejayaan Indonesia! Jika tujuan kita satu, langit akan kita goyangkan, bumi akan kita gempakan, samudera akan kita gelorakan… bangsa ini akan kita angkat. Karena kita pemuda. Karena kita pemimpi. Karena kita penemu. Karena kita pelopor. Karena kita penggerak. Karena kita pendobrak. Ya, kita.



Bangunlah hai pemuda, berjuta rakyat menanti tanganmu, mereka lapar dan bau keringat.
Jangan menghindar dengan berkata “Nanti saja, saya kan masih pemuda!”
Tapi jawablah “Ya, KARENA SAYA PEMUDA!”

Tidak perlu menunggu jadi tua untuk peduli, berbuat, dan berarti bagi bangsa. DAN JANGAN MENUNGGU.





Bangun pemudi-pemuda Indonesia
Lengan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmulah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

Sudi tetap berusaha, jujur dan ikhlas
Tak usah banyak bicara, t’rus kerja keras
Hati teguh dan lurus, pikir tetap jernih
Bertingkah laku halus, hai putra neg’ri



81 Tahun Sumpah Pemuda
PSDA HIMATEK



.

Kamis, 13 Agustus 2009

Apatisme Kemerdekaan, Bukan Sebuah Puisi

Kalau kita sudah merdeka
kita bisa bilang dengan bangga, katanya
kalau kita ini warga negara Indonesia
Nyatanya setelah merdeka
waktu tujuhbelasan masih saja ada
warga yang malas pasang bendera
Nyatanya setelah merdeka
tetap pula kudengar berita
pemuda-pemuda negeri kita
yang melancong di belahan dunia sana
tertunduk malu jika ditanya,
kamu dari mana
Salahkah mereka?
Salahkanlah tikus-tikus durjana
yang berkeliaran makan uang negara
dan membuat anak-anak bangsa
tak berani mengangkat kepala
dan dengan lantang berkata-kata
Aku orang Indonesia
Jika kita tak bisa berseru dengan bangga
tentang jati diri bangsa dan tanah air kita
pantaskah kita bilang kita sudah merdeka?


Kalau kita sudah merdeka
semua orang, katanya
punya hak yang sama
tak memandang apa suku bangsanya
maupun agama dan bahasanya
Nyatanya setelah merdeka
atlet yang mengharumkan nama bangsa
masih perlu minta surat pertanda
kalau mereka betul orang Indonesia
persis seperti jaman Belanda
di mana aturannya berbeda
untuk pribumi, Timur Asing, dan Eropa
Nyatanya setelah merdeka
orang mau menyembah Tuhannya
masih harus minta izin penguasa
yang bahkan waktu zaman penjajahan saja
tak perlu harus begitu adanya
Jika tak semua manusia sama di mata negara
bahkan di mata rekan-rekan sebangsa
pantaskah kita bilang kita sudah merdeka?


Kalau kita sudah merdeka
negara kita, katanya
yang ngurus ya kita-kita
sumber daya ya buat kita
dari kita, oleh kita, untuk kita
orang asing punya hak apa
Nyatanya setelah merdeka
hutanku digunduli Malaysia
pasirku diangkut Singapura
Amerika mengeruk emas dan tembaga
Thailand menjaring ikan di laut kita
Salahnya siapa? Salah mereka?
Nyatanya setelah merdeka
banyak Yamaha dan Honda di jalan raya
di rumah nonton Sony dan Toshiba
minumnya PEPSI dan Coca-cola
Salah siapa?
Apakah salah sarjana-sarjana kita
yang masih belum bisa
produksi motor, TV, dan minuman bersoda
Jika negara kita yang ngurus masih bukan kita
yang berkedaulatan masih bukan bangsa kita
pantaskah kita bilang kita sudah merdeka?


Kalau kita sudah merdeka
rakyat kita, katanya
bisa menuntut ilmu sepuasnya
tak dibatasi sampai sekolah menengah saja
dan kaum terpelajar akan jadi senjata
untuk Indonesia menggemparkan dunia
Nyatanya setelah merdeka
dukun dan peramal masih saja dipercaya
di sekolahan, nyontek masih jadi hal biasa
sekali keluar gosip, orang langsung percaya
mahasiswa yang demo, anarkisnya ke mana-mana
apakah itu semua tindak-tanduk kaum cendekia?
Sementara rakyat butuh lapangan kerja
perlindungan hukum dan kredit lunak untuk usaha
air bersih, internet, dan listrik masuk desa
flu burung dan flu babi merajalela
macet luar biasa berkat semrawutnya tata kota
dan berjuta masalah lainnya
di manakah para pemuda, para mahasiswa?
Di jalan-jalan raya ibukota, sibuk bergaya?
Atau berlagak sok jagoan di forum-forum kampusnya?
Di mana yang dulunya pernah jadi mahasiswa?
Mungkin sudah kenyang dengan harta
sehingga idealisme yang di kampus dulu dibawa-bawa
telah dicampakkan entah ke mana
Jika begitu kelakuan kaum cendekia
pantaskah kita bilang kita sudah merdeka?


Kalau kita sudah merdeka
semua orang, katanya
bisa bebas bicara apa saja
tak perlu takut diringkus penguasa
Mungkin inilah yang paling benar adanya
karena setelah kita merdeka
infotainment yang jadi raja
kehidupan orang serasa milik bersama
tanpa ada daya untuk menahannya
Dalam hal ini, benar kita merdeka


Blütenburg, 17 Agustus 2009
Sang Anonim

Sabtu, 06 Juni 2009

Selamat Ulang Tahun Bung Karno

"Berikan aku seribu pemuda dan aku akan mengguncang dunia!"

"Negara Republik Indonesia ini bukan milik golongan tertentu, agama tertentu, suku tertentu, adat istiadat tertentu, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!"

"Go to hell America, go to hell with your aids!"

"Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera, agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 sen sehari; bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli; bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita."

"Kita bangsa yang cinta perdamaian, tetapi lebih cinta KEMERDEKAAN!"

"No sacrifice is wasted."

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya."

"Engkau bisa, hei Rakyat, sebab engkaulah yang menjadi hakim - bukan aku, bukan Bung Hatta, bukan Angkatan Perang, bukan Kabinet."

"Masyarakat tidak terdiri dari kaum laki-laki saja, dan tidak pula dari kaum perempuan saja... Tak sehatlah masyarakat itu, manakala salah satu pihak menindas kepada yang lain, tak peduli fihak mana yang menindas dan tak peduli fihak mana yang tertindas..."

===============================




Memperingati 108 tahun lahirnya Proklamator, Presiden Pertama RI, Pemimpin Besar Revolusi, Ir. Soekarno (6 Juni 1901 - 21 Juni 1970).

"Eenden zwemmen in den troepen, maar de adelaar vliegt alleen."

Senin, 01 Juni 2009

Roh Kudus, Kuatkanlah Kami

"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8)

Minggu kemarin kita merayakan Hari Pentakosta - hari ke-50 setelah kematian Kristus, dan hari ke-10 setelah kenaikanNya. Lalu apa sih yang terjadi pada hari itu? Mari lihat Kisah Para Rasul 2:1-47.


1Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
2Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
3dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
4Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.


Apa yang bisa kita lihat:

Murid-murid Yesus yang tadinya tidak bisa apa-apa, tidak berpendidikan; hanyalah sekumpulan rakyat jelata: nelayan, pemungut cukai, pemberontak; mendapat Roh Kudus, lalu berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Kita lihat di ayat-ayat selanjutnya:

5Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.
6Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
7Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?
8Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:
9kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia,
10Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma,
11baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
12Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?"
13Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis."


Dengan kata lain, murid-murid yang tadinya katro itu menunjukkan kepandaian yang luar biasa, sampai-sampai masyarakat tidak percaya kalau mereka bisa melakukan hal sepintar itu. Meskipun demikian, murid-murid terus menunjukkan kepintaran mereka dengan menjawab keragu-raguan masyarakat itu:

14Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini.
15Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan,
16tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoël:
17Akan terjadi pada hari-hari terakhir -- demikianlah firman Allah -- bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi.
18Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat.
19Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap.
20Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu.
21Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.

Orang-orang katro ini bahkan bisa mengutip Kitab Suci Yahudi. Lebih dari itu, mereka seakan-akan mendapat keberanian kekuatan batin entah dari mana untuk bersaksi membela Guru mereka, Yesus Kristus. Yesus yang pada masa itu masih berstatus penjahat bagi pemerintah Romawi dan penyesat bagi agama Yahudi. Yesus yang waktu Dia ditangkap, orang-orang katro yang katanya murid-muridNya ini kabur meninggalkanNya karena takut ditangkap. Bahkan Petrus, orang yang kita lihat paling banyak omong tadi, waktu Yesus ditangkap malah menyangkalNya sampai tiga kali karena takut ditangkap juga.

Dari mana ya keberanian itu?

Kita lihat bagaimana mereka 'membela' Guru mereka:

22Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.
23Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.
24Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.
25Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
26Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, 27sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
28Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.
29Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini.
30Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya.
31Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan.
32Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.
33Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.
34Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku:
35Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.
36Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."

Petrus dkk dengan jelas menyebut Yesus sebagai Tuhan dan Mesias, hal yang membuat Yesus dihukum mati oleh penguasa Romawi dan imam-imam Yahudi. Kalau dilihat sepintas, hal ini namanya cari mati.

Tapi apa hasilnya? Kita lihat...

37Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"
38Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
39Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."
40Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini."
41Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.


Gila. Orang-orang malah bertobat. Dan bukan cuma bertobat...

42Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
43Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
44Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
45dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
46Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
47sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Bukan cuma bertobat, untuk seterusnya orang-orang yang dipertobatkan itu mempraktekkan gaya hidup yang benar dan mampu menarik lebih banyak orang lagi untuk selamat.

........................

Nah sekarang pertanyaan intinya... kenapa kita harus merayakan Pentakosta?

Kita merayakan Pentakosta karena... karena hal yang membuat para murid yang tadinya katro menjadi bijaksana dan berani. Yaitu Roh Kudus, Roh Allah. Roh Kudus yang memampukan para murid yang bukan siapa-siapa menjadi anak Tuhan yang luar biasa.

Kita, orang percaya, adalah murid-muridNya.

Kita, murid-muridNya, seringkali menganggap diri kita katro, nggak bisa apa-apa, ampas, sehingga kita menyerah... dan nggak mau melayani dia karena merasa kurang layak.

"Aku malu Tuhan, nilaiku jelek-jelek. Nanti apa kata orang kalau anak Tuhan nilainya jelek?"

"Jangan sekarang Tuhan, aku nggak bisa bagi waktu."

"Aku nggak pintar ngomong, Tuhan."

"Aku masih banyak dosa, Tuhan, aku nggak layak."

Roh Kudus yang akan menutupi semua itu! Tuhan telah memilih kita dan Ia tidak cuma asal lempar kerjaan saja. Dia akan memperlengkapi kita dengan sarana perang, api yang berkobar dari Roh Kudus!



Ingat Pentakosta. Ingat Roh Kudus yang diam dalam kita, murid-muridNya.

"Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya." (Roma 8:30)

.