Senin, 12 Maret 2012

Balance

"Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik."
- Rasul Paulus, dalam I Tesalonika 5:21 -

"There is nothing I like less
than bad arguments for a view I hold dear."
- Daniel Dennett, filsuf Amerika -



============================

Salah satu kuliah yang paling berkesan ketika saya belajar Teknik Kimia adalah kuliah Neraca Massa dan Energi. Di dalam kuliah tersebut, saya diajar dan belajar untuk memikirkan keseimbangan. Bahwa dalam kehidupan selalu ada neraca. Bahwa jumlah yang masuk dan terbentuk, harus seimbang dengan yang keluar dan tertinggal. Bahwa pengadaan dan peniadaan harus seimbang. Bahwa derajat kebebasan harus dibuat nol, agar data dan fakta pun harus seimbang. Karena seimbang, artinya sama kuat. Dan karena sama kuat, artinya sanggup untuk saling menyokong.

Mungkin karena itu juga, saya kemudian terbiasa menjadi seorang balancer. Selalu memandang sesuatu dari kedua sisi. Selalu terbiasa menguji segala sesuatu, dan mempertanyakan semua argumen dari kedua sisi. Atau ketiga sisi. Atau keberapa sisi sajalah, sebanyak sisi yang ada.

Dan mungkin juga itulah sebabnya, banyak yang menyebut saya sebagai pengganggu keseimbangan. Selalu mengganggu zona nyaman orang, mempertanyakan hal-hal yang orang tidak ingin pertanyakan, selalu tidak pernah konsisten, dan tidak pernah sependapat dengan siapapun.

Tidak, kawan. Justru sebaliknya. Saya adalah seorang pecinta keseimbangan. Dan pecinta kesempurnaan.

Saya ingin agar tiap orang memiliki pemikiran yang benar sebenar-benarnya. Saya ingin agar orang meyakini pemikiran yang menurutnya terbaik, bukan karena dia tidak mengetahui pemikiran-pemikiran lainnya, namun justru karena dia paham betul berbagai pemikiran lainnya, dan justru dengan memahami berbagai pemikiranlah dia sampai kepada keyakinan bahwa pemikirannyalah yang paling benar. Keyakinannya itulah keyakinan seyakin-yakinnya, yang tidak goyah hanya karena datangnya fakta baru. Keyakinan yang kuat dan teruji.

Neraca Massa dan Energi, mengajarkan saya penyederhanaan. Simplifikasi masalah kehidupan menjadi terstruktur dalam diagram. Sederhana saja logika yang ingin saya katakan. Jika anda benar, jangan takut berargumen. Jika anda berargumen secara adil dan kemudian kalah, (1) akuilah bahwa anda salah atau (2) jika anda masih yakin bahwa anda benar, ubah cara penyampaian anda untuk meyakinkan orang lain.

Terserah anda memanggil saya apa. Sang pemikir. Sang penanya. Sang penguji. Sang pengacau.

Tapi saya hanya menganggap diri sebagai sang pembelajar. Yang selalu ingin tahu apa yang benar. Apa yang paling benar. Kebenaran yang bersinar terang di atas 'kebenaran-kebenaran' lainnya.


Mungkin catatan ini dibuat terlambat tiga tahun... Tiga tahun yang lalu, ketika saya masih berkutat dalam perjuangan untuk menyampaikan suara dan keinginan rakyat kepada para pemimpinnya, dan di saat yang bersamaan juga berjuang menyampaikan pandangan dan kebijakan pemimpin kepada rakyatnya, dan juga berjuang untuk yang terpenting, yaitu menyelaraskan kedua perjuangan tersebut.

Mungkin dapat menjadi pengingat bagi semua pihak yang berkepentingan, bahwa argumen dibuat untuk dipercaya oleh orang lain, bukan oleh diri sendiri.

============================


Sudirman, 12 Maret 2012
dibuat setelah mendapatkan tugas
untuk membuat neraca massa sederhana




.

Tidak ada komentar: