Ada yang meminta pada Tuhan anugerah yang berlimpah. Tapi aku lebih memilih untuk belajar mengatakan pada Tuhan:
"Seandainya Engkau biarkan kami hari ini untuk masih mengalami hidup, dan menjanjikan keselamatan kekal ketika kami sudah tidak mengalaminya lagi, itu sudah cukup, cukup bagiku; anugerahMu cukup bagiku. Jika dalam hidup Engkau hanya bekali kami dengan Firman Hidup, dan Roh Penuntun, dan tidak memberi kami yang lain, itu cukup bagiku; yang terutama saja sudah cukup bagiku."
Kerjakan keselamatan dengan menjadi saluran berkat lahir batin bagi mereka yang membutuhkan. Mintalah berkat berlimpah kepada Tuhan, hanya dengan dasar bahwa kita rindu berbagi, rindu berbuat demi orang lain. Mintalah berkat, hanya untuk memberkati.
Diperuntukkan khusus bagi saudaraku Anthony Basuni Hamzah, yang dulu pernah bilang "asal gw bisa makan gw udah seneng", dan yang hari ini diwisuda... Selamat datang di medan tempur, selamat mengamalkan janji lulusan ITB, kawan... Masa depan cerah menanti bukan hanya kita, tapi rakyat Indonesia!
================================
"Janganlah kamu menjadi hamba uang
dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu."
- Ibrani 13:5a -
"Kami berjanji akan mengabdikan
Segala kebajikan ilmu pengetahuan
untuk menghantarkan bangsa Indonesia
ke pintu gerbang masyarakat adil dan makmur
yang berdasarkan Pancasila"
- sepenggal Janji Lulusan ITB -
.
Tampilkan postingan dengan label kemahasiswaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kemahasiswaan. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 14 April 2012
Jumat, 10 Februari 2012
Mobil Tanpa Bahan Bakar
Seperti cerita humor fiksi ngawur atau satir pada umumnya, cerita ini tidak dimaksudkan untuk masuk akal, cuma buat sekadar ngelawak, ngegaring, atau nyepet. Kemiripan nama dan peristiwa dengan hal-hal lain yang benar-benar ada, silakan Anda asumsikan hanyalah kebetulan.
===========================================
Suatu hari, si Jero anak ITB membaca di sebuah web (ya di web lah, anak jaman sekarang yang baca koran siapa sih, kuno) bahwa ada sekumpulan pemuda Karang Taruna di pinggiran Jakarta yang menemukan mobil tanpa bahan bakar. Pertama membacanya, pikiran Jero beradu antara bangga, malu, dan tidak percaya. Karena penasaran, Jero kemudian memutuskan untuk melihat sendiri seperti apa wujud mobilnya.

Si Jero
Ternyata tempat penyimpanan mobil tersebut sudah ramai sekali oleh orang yang menonton. Jero duduk sebentar di pinggir jalan, di luar kerumunan orang-orang, dan di situ dia berkenalan dengan seorang bapak-bapak yang ternyata adalah carik (sekretaris) kelurahan sebelah. Setelah basa-basi sebentar dan Jero memperkenalkan diri seperlunya sebagai mahasiswa ITB, mulailah mereka mengobrol seru, tentang mobil yang jadi bahan perhatian itu. Pak Carik sibuk dengan serunya memuji-muji mobil karya anak Karang Taruna tersebut, terkadang dengan antusiasme sangat tinggi. Hingga tibalah mereka ke suatu kalimat yang menyentil keras saraf Jero.
"... ini luar biasa ya Dik. Adik yakin kampus ITB belum pernah kepikiran bikin yang beginian?"
Jero hanya bisa terdiam dan menjawab sekadarnya. "Mungkin sudah Pak, kita bergerak sedikit ke arah riset kendaraan alternatif dan bahan bakar alternatif, cuma baru kali ini saya dengar ada mobil tanpa bahan bakar."
"Wah, kalau begitu hebat ya anak-anak ini!" sahut Pak Carik antusias. "ITB aja kalah, nggak kepikiran sampe sini."
Jero merasa diserang dan sebagaimana anak ITB yang se-pasaran-nya, ia dengan refleks menjawab secara halus "Saya penasaran ya, soalnya sepengalaman saya sebagai mahasiswa sih, nggak bisa tuh Pak kalo mesin mobil nyala nggak pake bahan bakar. Soalnya kan energi yang diperlukan itu harus datang dari pembakaran..."
"Teorinya mungkin begitu Dik." sahut Pak Carik dengan cepat. "Cuma bangsa Indonesia ini udah nggak terlalu butuh teori Dik. Kita butuh bukti bukan janji, kita udah capek makan janji politikus! Hebatnya anak-anak ini buktinya nggak banyak ngomong kayak pejabat, kerja kerja kerja, langsung jadi!"
'Cuma bisa berteori' adalah salah satu hinaan potensial yang sensitif bagi anak ITB se-pasaran Jero. Dia langsung menyahut "Begini Pak, bukannya saya skeptis, tapi emang sudah umum diketahui di dunia engineering bahwa kendaraan itu butuh sumber energi, dan sumber energi itu datang dari bahan bakar yang..."
"Saya sih nggak terlalu ngerti yang begituan Dik. Saya tahunya ini bikinan lokal, bisa jalan, bagus! Kemarin saya baca, ini mobil canggih! Dibuat dari bahan-bahan yang tidak mahal, kecepatan sampai bisa 800 km/jam..."
Jero langsung memotong "Secara teknik itu nggak mungkin Pak! Nggak ada di dunia ini mobil yang kecepatannya lebih dari 600 km/jam! Tanpa pengamanan yang cukup, ini penumpang bisa..."
"Lah malah justru hebat toh, kita bisa membuat yang lain belum bisa buat? Adik ini seharusnya bangga atas penemuan mereka, bukannya malah sakit hati gara-gara ITB justru keduluan mbikinnya daripada mereka, dan menyalah-nyalahkan hal-hal sampingan seperti itu. Mereka anak Karang Taruna loh Dik, nggak sekolah tinggi, penemuan macam inipun sudah hebat toh!"
"@*#^&;$^%!?"
"Pokoknya ini penemuan hebat, jadi bukti kalau bangsa Indonesia nggak kalah sama asing. Saya bangga jadi orang Indonesia!"
Jero mengangguk, setengah terpaksa karena malas berdebat lebih jauh, dan setengah segan menanggapi Pak Carik yang begitu bersemangat.
Kerumunan penonton perlahan-lahan mulai berkurang, sehingga Jero dan Pak Carik mendapat kesempatan untuk melihat mobil yang dibicarakan itu dari dekat. Ketika melihatnya, Jero melotot. Dia melihat wajah Pak Carik... masih bersemangat, dan kemudian Jero dengan hati-hati bertanya.
"Pak, barang seperti ini mana boleh turun ke jalan raya?"
"Ah, Adik ini asal main klaim saja. Nggak baik itu, memandang rendah sama penemuan karya anak bangsa sendiri!"
"Bukan begitu maksudnya Pak..." ucap Jero dengan agak sabar. "Maksud saya, coba lihat ini-ini... Mobil biasanya roda empat Pak. Lah ini, rodanya...?"
"Ah, Adik ini terlalu banyak memikirkan hal yang begitu-begitu. Jadi tukang insinyur harus kreatif Dik. Siapa bilang mobil rodanya harus selalu empat? Yang penting ini penemuan baru Dik, penemuan baru! Karya anak bangsa!"
"Tapi ini bukan barang baru, Pak! Sudah banyak yang memakai!"
"Tapi kan tidak ada yang mempublikasikan sampai seperti ini? Paling tidak nyali mereka perlu kita acungi jempol, mental perintis!"
"...???? Tapi lihat Pak, ini bahkan tidak mempunyai kaca spion. Setirnya juga nggak ada. Kursi penumpangnya juga mana? ..."
"Nah, sekarang ini Adik mulai mencari-cari kesalahan di hal-hal yang kurang penting. Kalau harus nunggu ada semua itu, rumit Dik! Penelitian seperti ini sayang jika harus digagalkan oleh prosedur dan birokrasi yang berbelit-belit!"
"PAAAK, ini bahkan BUKAN MOBIL PAK! Ini GEROBAK RODA DUA lho, Pak! Yang biasa dipake ngangkut sampah, ban bekas, barang loakan! Jelas murah Pak, bahannya dari kayu dan triplek bekas! Nggak ada mesin, apalagi spion, setir, dan jok! Jalan aja nggak bakal Pak kalo nggak ada yang narik, apalagi di jalan raya, boro-boro 800 km/jam! Kalo 800 m/jam sih masih mungkin Pak, asal yang narik kuat aja!"
"Ah, Adik ini hanya iri! Ini karya anak bangsa, hargailah! Lebih baik daripada tidak ada sama sekali!"
Jero, antara geli, bingung, dan kesal, tidak tahu harus menanggapi seperti apa lagi, dia hanya menambahkan "Saya mau menghargai karya orang lain, tapi tidak dengan misinformasi yang dilebih-lebihkan!" dan memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.
Di perjalanan pulang, Jero melihat seorang anak kecil, sekitar umur 5-6 tahun lah, sedang duduk di dekat tumpukan sampah (yang nggak jelas apakah itu tong sampah, bak sampah, atau memang sudut jalan yang sudah diketahui bersama sebagai tempat sampah), sedang mengunyah sesuatu yang sepintas terlihat seperti pizza, tapi yang jelas sepertinya baru diambil dari tumpukan sampah di sebelahnya. Dia berteriak "Bapak! Bapak! Rotinya enak banget Pak!"
Seorang pemulung mendekati anak tersebut dan berkata "Udin, sudah Bapak bilang, jangan sering-sering mungutin makanan dari tempat sampah! Nanti kapan-kapan Bapak belikan makanan enak."
"Ah, Bapak bohong!" ucap si Udin ringan. "Bapak mah nggak pernah beliin Udin makanan enak. Mending nyari di sampahan Pak, ini enak lho!"
Bapaknya hanya tersenyum hambar. Tidak berkata apa-apa lagi. Tidak mengambil roti bekas itu dari tangan anaknya. Hanya melanjutkan kerjanya memulung sampah.
Jero tersentak.
Enam tahun sudah dia di kampus. Belum lulus-lulus. Udah ngapain aja dia?
Jadi "aktivis", ikut kepanitiaan jadi kroco-kroco, sekali dua kali jadi ketua, buat nambah panjang CV?
Ngorok di kelas, belajar H-1 sebelum ujian, dan dapet nilai bagus karena emang dasar otaknya jenius, tapi setelah ujian lupa semuanya?
Nunda lulus, mejeng terus di kampus, ngincer mahasiswi-mahasiswi baru buat digebet?
Ngerjain TA, yang sebenernya proyek dosennya yang bakal dipake buat bantu sebuah perusahaan asing?
Dia, kawan-kawannya, dan dosen-dosennya... yang harusnya ambil bagian memasok teknologi-teknologi canggih yang rakyat idam-idamkan untuk dipunyai sendiri oleh Indonesia, yang mereka impikan sampai mabuk dan berbusa. Ngapain aja mereka?
Rakyat Indonesia pantas mendapatkan yang lebih dari ini, keluh Jero sambil menatap kolong jembatan di pinggir kali yang kotor, di mana di jalan layang di atasnya melintas mobil-mobil berharga miliaran, dikendarai dan ditumpangi oleh om-tante dan pemuda-pemudi keren berpakaian mahal, berpendidikan tinggi, dan ber-gadget canggih... yang semuanya buatan luar negeri.
Sudirman, Jakarta
10 Februari 2012
diketik pada waktu istirahat siang dan seterusnya
dilatarbelakangi menara-menara etalase ibukota
dan lagu-lagu Iwan Fals
.
===========================================
Suatu hari, si Jero anak ITB membaca di sebuah web (ya di web lah, anak jaman sekarang yang baca koran siapa sih, kuno) bahwa ada sekumpulan pemuda Karang Taruna di pinggiran Jakarta yang menemukan mobil tanpa bahan bakar. Pertama membacanya, pikiran Jero beradu antara bangga, malu, dan tidak percaya. Karena penasaran, Jero kemudian memutuskan untuk melihat sendiri seperti apa wujud mobilnya.

Si Jero
Ternyata tempat penyimpanan mobil tersebut sudah ramai sekali oleh orang yang menonton. Jero duduk sebentar di pinggir jalan, di luar kerumunan orang-orang, dan di situ dia berkenalan dengan seorang bapak-bapak yang ternyata adalah carik (sekretaris) kelurahan sebelah. Setelah basa-basi sebentar dan Jero memperkenalkan diri seperlunya sebagai mahasiswa ITB, mulailah mereka mengobrol seru, tentang mobil yang jadi bahan perhatian itu. Pak Carik sibuk dengan serunya memuji-muji mobil karya anak Karang Taruna tersebut, terkadang dengan antusiasme sangat tinggi. Hingga tibalah mereka ke suatu kalimat yang menyentil keras saraf Jero.
"... ini luar biasa ya Dik. Adik yakin kampus ITB belum pernah kepikiran bikin yang beginian?"
Jero hanya bisa terdiam dan menjawab sekadarnya. "Mungkin sudah Pak, kita bergerak sedikit ke arah riset kendaraan alternatif dan bahan bakar alternatif, cuma baru kali ini saya dengar ada mobil tanpa bahan bakar."
"Wah, kalau begitu hebat ya anak-anak ini!" sahut Pak Carik antusias. "ITB aja kalah, nggak kepikiran sampe sini."
Jero merasa diserang dan sebagaimana anak ITB yang se-pasaran-nya, ia dengan refleks menjawab secara halus "Saya penasaran ya, soalnya sepengalaman saya sebagai mahasiswa sih, nggak bisa tuh Pak kalo mesin mobil nyala nggak pake bahan bakar. Soalnya kan energi yang diperlukan itu harus datang dari pembakaran..."
"Teorinya mungkin begitu Dik." sahut Pak Carik dengan cepat. "Cuma bangsa Indonesia ini udah nggak terlalu butuh teori Dik. Kita butuh bukti bukan janji, kita udah capek makan janji politikus! Hebatnya anak-anak ini buktinya nggak banyak ngomong kayak pejabat, kerja kerja kerja, langsung jadi!"
'Cuma bisa berteori' adalah salah satu hinaan potensial yang sensitif bagi anak ITB se-pasaran Jero. Dia langsung menyahut "Begini Pak, bukannya saya skeptis, tapi emang sudah umum diketahui di dunia engineering bahwa kendaraan itu butuh sumber energi, dan sumber energi itu datang dari bahan bakar yang..."
"Saya sih nggak terlalu ngerti yang begituan Dik. Saya tahunya ini bikinan lokal, bisa jalan, bagus! Kemarin saya baca, ini mobil canggih! Dibuat dari bahan-bahan yang tidak mahal, kecepatan sampai bisa 800 km/jam..."
Jero langsung memotong "Secara teknik itu nggak mungkin Pak! Nggak ada di dunia ini mobil yang kecepatannya lebih dari 600 km/jam! Tanpa pengamanan yang cukup, ini penumpang bisa..."
"Lah malah justru hebat toh, kita bisa membuat yang lain belum bisa buat? Adik ini seharusnya bangga atas penemuan mereka, bukannya malah sakit hati gara-gara ITB justru keduluan mbikinnya daripada mereka, dan menyalah-nyalahkan hal-hal sampingan seperti itu. Mereka anak Karang Taruna loh Dik, nggak sekolah tinggi, penemuan macam inipun sudah hebat toh!"
"@*#^&;$^%!?"
"Pokoknya ini penemuan hebat, jadi bukti kalau bangsa Indonesia nggak kalah sama asing. Saya bangga jadi orang Indonesia!"
Jero mengangguk, setengah terpaksa karena malas berdebat lebih jauh, dan setengah segan menanggapi Pak Carik yang begitu bersemangat.
Kerumunan penonton perlahan-lahan mulai berkurang, sehingga Jero dan Pak Carik mendapat kesempatan untuk melihat mobil yang dibicarakan itu dari dekat. Ketika melihatnya, Jero melotot. Dia melihat wajah Pak Carik... masih bersemangat, dan kemudian Jero dengan hati-hati bertanya.
"Pak, barang seperti ini mana boleh turun ke jalan raya?"
"Ah, Adik ini asal main klaim saja. Nggak baik itu, memandang rendah sama penemuan karya anak bangsa sendiri!"
"Bukan begitu maksudnya Pak..." ucap Jero dengan agak sabar. "Maksud saya, coba lihat ini-ini... Mobil biasanya roda empat Pak. Lah ini, rodanya...?"
"Ah, Adik ini terlalu banyak memikirkan hal yang begitu-begitu. Jadi tukang insinyur harus kreatif Dik. Siapa bilang mobil rodanya harus selalu empat? Yang penting ini penemuan baru Dik, penemuan baru! Karya anak bangsa!"
"Tapi ini bukan barang baru, Pak! Sudah banyak yang memakai!"
"Tapi kan tidak ada yang mempublikasikan sampai seperti ini? Paling tidak nyali mereka perlu kita acungi jempol, mental perintis!"
"...???? Tapi lihat Pak, ini bahkan tidak mempunyai kaca spion. Setirnya juga nggak ada. Kursi penumpangnya juga mana? ..."
"Nah, sekarang ini Adik mulai mencari-cari kesalahan di hal-hal yang kurang penting. Kalau harus nunggu ada semua itu, rumit Dik! Penelitian seperti ini sayang jika harus digagalkan oleh prosedur dan birokrasi yang berbelit-belit!"
"PAAAK, ini bahkan BUKAN MOBIL PAK! Ini GEROBAK RODA DUA lho, Pak! Yang biasa dipake ngangkut sampah, ban bekas, barang loakan! Jelas murah Pak, bahannya dari kayu dan triplek bekas! Nggak ada mesin, apalagi spion, setir, dan jok! Jalan aja nggak bakal Pak kalo nggak ada yang narik, apalagi di jalan raya, boro-boro 800 km/jam! Kalo 800 m/jam sih masih mungkin Pak, asal yang narik kuat aja!"
"Ah, Adik ini hanya iri! Ini karya anak bangsa, hargailah! Lebih baik daripada tidak ada sama sekali!"
Jero, antara geli, bingung, dan kesal, tidak tahu harus menanggapi seperti apa lagi, dia hanya menambahkan "Saya mau menghargai karya orang lain, tapi tidak dengan misinformasi yang dilebih-lebihkan!" dan memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.
Di perjalanan pulang, Jero melihat seorang anak kecil, sekitar umur 5-6 tahun lah, sedang duduk di dekat tumpukan sampah (yang nggak jelas apakah itu tong sampah, bak sampah, atau memang sudut jalan yang sudah diketahui bersama sebagai tempat sampah), sedang mengunyah sesuatu yang sepintas terlihat seperti pizza, tapi yang jelas sepertinya baru diambil dari tumpukan sampah di sebelahnya. Dia berteriak "Bapak! Bapak! Rotinya enak banget Pak!"
Seorang pemulung mendekati anak tersebut dan berkata "Udin, sudah Bapak bilang, jangan sering-sering mungutin makanan dari tempat sampah! Nanti kapan-kapan Bapak belikan makanan enak."
"Ah, Bapak bohong!" ucap si Udin ringan. "Bapak mah nggak pernah beliin Udin makanan enak. Mending nyari di sampahan Pak, ini enak lho!"
Bapaknya hanya tersenyum hambar. Tidak berkata apa-apa lagi. Tidak mengambil roti bekas itu dari tangan anaknya. Hanya melanjutkan kerjanya memulung sampah.
Jero tersentak.
Enam tahun sudah dia di kampus. Belum lulus-lulus. Udah ngapain aja dia?
Jadi "aktivis", ikut kepanitiaan jadi kroco-kroco, sekali dua kali jadi ketua, buat nambah panjang CV?
Ngorok di kelas, belajar H-1 sebelum ujian, dan dapet nilai bagus karena emang dasar otaknya jenius, tapi setelah ujian lupa semuanya?
Nunda lulus, mejeng terus di kampus, ngincer mahasiswi-mahasiswi baru buat digebet?
Ngerjain TA, yang sebenernya proyek dosennya yang bakal dipake buat bantu sebuah perusahaan asing?
Dia, kawan-kawannya, dan dosen-dosennya... yang harusnya ambil bagian memasok teknologi-teknologi canggih yang rakyat idam-idamkan untuk dipunyai sendiri oleh Indonesia, yang mereka impikan sampai mabuk dan berbusa. Ngapain aja mereka?
Rakyat Indonesia pantas mendapatkan yang lebih dari ini, keluh Jero sambil menatap kolong jembatan di pinggir kali yang kotor, di mana di jalan layang di atasnya melintas mobil-mobil berharga miliaran, dikendarai dan ditumpangi oleh om-tante dan pemuda-pemudi keren berpakaian mahal, berpendidikan tinggi, dan ber-gadget canggih... yang semuanya buatan luar negeri.
Sudirman, Jakarta
10 Februari 2012
diketik pada waktu istirahat siang dan seterusnya
dilatarbelakangi menara-menara etalase ibukota
dan lagu-lagu Iwan Fals
.
Kamis, 15 Desember 2011
Semua Janji dan Ikrar yang Perlu Diingat
Tulisan ini dibuat sebagai reminder pribadi akan janji-janji dan ikrar-ikrar yang pernah diucapkan. Juga sebagai penyimpan data, jadi jika ada yang menanyakan isinya, saya bisa langsung menemukannya tanpa perlu susah-susah googling.
--------------
Janji Mahasiswa Institut Teknologi Bandung
Kami,
Segenap mahasiswa Insitut Teknologi Bandung,
Demi Ibu Pertiwi,
Berjanji,
Akan menuntut ilmu,
Keterampilan dan watak penghayatan
Dengan ketekunan dan kesadaran
Bagi kesejahteraan Bangsa Indonesia
Peri kemanusiaan dan peradaban
Berdasarkan Pancasila
Kami berjanji,
Akan menegakkan dan menjunjung tinggi
Kejujuran dan keluhuran pendidikan
Serta susila mahasiswa
Kami berjanji,
Akan setia pada almamater
Institut Teknologi Bandung
Serta bangsa dan Negara kami
Republik Indonesia
Demi itu kami mohon, Tuhanku;
Rahmat dan tuntunan-Mu
================
Ikrar Mahasiswa Institut Teknologi Bandung
Kami, mahasiswa Institut Teknologi Bandung
Sadar, bahwa kami hanyalah sebagian kecil dari rakyat Indonesia
Yang berkesempatan untuk menikmati pendidikan atas beban rakyat Indonesia
Sadar, bahwa kami dituntut untuk berperan dalam perbaikan dan pembaharuan masyarakat Indonesia
Sadar, bahwa pada pundak kami ini tertumpu harapan masa depan Indonesia
Karenanya :
1. Kami tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri, harus mendahulukan kebutuhan masyarakat
2. Kami tidak akan menunda-nunda tindakan kami untuk berperan dan membuat perubahan mulai dari diri kami sendiri
3. Kami akan bekerja keras untuk mewujudkan harapan rakyat bangsa, dan Negara Indonesia serta almamater Institut Teknologi Bandung.
Ikrar ini segera kami buktikan,
Dalam tindakan nyata dari kami.
================
Janji Lulusan ITB
Kami
Segenap lulusan
Institut Teknologi Bandung
Demi Ibu Pertiwi
Berjanji
Akan mengabdikan ilmu pengetahuan
Bagi kesejahteraan bangsa Indonesia
Perikemanusiaan dan perdamaian dunia
Kami berjanji akan mengabdikan
Segala kebajikan ilmu pengetahuan
untuk menghantarkan bangsa Indonesia
ke pintu gerbang masyarakat adil dan makmur
yang berdasarkan Pancasila
Kami berjanji akan tetap setia
Kepada watak pembangunan kesarjanaan Indonesia
dan menjunjung tinggi susila sarjana
Kejujuran serta keluhuran ilmu pengetahuan
di mana pun kami berada
Kami berjanji
Akan senantiasa menjunjung tinggi
Nama baik almamater kami
Institut Teknologi Bandung
----------
.
--------------
Janji Mahasiswa Institut Teknologi Bandung
Kami,
Segenap mahasiswa Insitut Teknologi Bandung,
Demi Ibu Pertiwi,
Berjanji,
Akan menuntut ilmu,
Keterampilan dan watak penghayatan
Dengan ketekunan dan kesadaran
Bagi kesejahteraan Bangsa Indonesia
Peri kemanusiaan dan peradaban
Berdasarkan Pancasila
Kami berjanji,
Akan menegakkan dan menjunjung tinggi
Kejujuran dan keluhuran pendidikan
Serta susila mahasiswa
Kami berjanji,
Akan setia pada almamater
Institut Teknologi Bandung
Serta bangsa dan Negara kami
Republik Indonesia
Demi itu kami mohon, Tuhanku;
Rahmat dan tuntunan-Mu
================
Ikrar Mahasiswa Institut Teknologi Bandung
Kami, mahasiswa Institut Teknologi Bandung
Sadar, bahwa kami hanyalah sebagian kecil dari rakyat Indonesia
Yang berkesempatan untuk menikmati pendidikan atas beban rakyat Indonesia
Sadar, bahwa kami dituntut untuk berperan dalam perbaikan dan pembaharuan masyarakat Indonesia
Sadar, bahwa pada pundak kami ini tertumpu harapan masa depan Indonesia
Karenanya :
1. Kami tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri, harus mendahulukan kebutuhan masyarakat
2. Kami tidak akan menunda-nunda tindakan kami untuk berperan dan membuat perubahan mulai dari diri kami sendiri
3. Kami akan bekerja keras untuk mewujudkan harapan rakyat bangsa, dan Negara Indonesia serta almamater Institut Teknologi Bandung.
Ikrar ini segera kami buktikan,
Dalam tindakan nyata dari kami.
================
Janji Lulusan ITB
Kami
Segenap lulusan
Institut Teknologi Bandung
Demi Ibu Pertiwi
Berjanji
Akan mengabdikan ilmu pengetahuan
Bagi kesejahteraan bangsa Indonesia
Perikemanusiaan dan perdamaian dunia
Kami berjanji akan mengabdikan
Segala kebajikan ilmu pengetahuan
untuk menghantarkan bangsa Indonesia
ke pintu gerbang masyarakat adil dan makmur
yang berdasarkan Pancasila
Kami berjanji akan tetap setia
Kepada watak pembangunan kesarjanaan Indonesia
dan menjunjung tinggi susila sarjana
Kejujuran serta keluhuran ilmu pengetahuan
di mana pun kami berada
Kami berjanji
Akan senantiasa menjunjung tinggi
Nama baik almamater kami
Institut Teknologi Bandung
----------
.
Jumat, 27 November 2009
Visi dan Misi Calon Senator HIMATEK 2008-2009
HIMATEK, 18 bulan lalu.
Ini visi dan misi dari seorang calon representasi himpunannya di lembaga tertinggi kemahasiswaan ITB.
Seorang calon yang belum pernah menginjakkan kakinya di forum silaturahmi manapun. Seorang calon yang baru mengenal Kongres KM-ITB pada Diklat Legislatif seminggu sebelumnya. Seorang calon yang baru akan berbicara selama lebih dari 10 menit di hadapan massa HIMATEK untuk pertama kalinya pada audiensi pencalonan. Seorang calon yang hanya ingin maju untuk membela rekan-rekannya yang terpinggirkan. Seorang calon yang terinspirasi pada perbedaan idealisme dan realita jargon "KM-ITB Milik Semua".
-------------
VISI
Memposisikan HIMATEK sebagai salah satu himpunan yang terdepan dalam dunia kemahasiswaan ITB.
MISI
1. Mengusahakan tersampaikannya berita-berita seputar kampus kepada semua warga HIMATEK agar dapat disikapi dengan pemahaman menyeluruh.
2. Menumbuhkan minat semua warga HIMATEK untuk mengemukakan pendapatnya mengenai berita-berita seputar kampus sehingga dapat disuarakan melalui Kongres.
3. Mengusahakan agar HIMATEK memiliki cara pandang dan sikap yang lebih proaktif dan kontributif dalam dunia kemahasiswaan ITB.
4. Memberikan pengawasan terhadap kinerja Kabinet KM-ITB disesuaikan dengan sikap, cara pandang, dan kepentingan HIMATEK.
-------------
Dan sekarang... telah 18 bulan berlalu sejak visi misi itu dilontarkan dari hati. Telah 6 bulan berlalu sejak (seharusnya) visi misi itu dituntaskan oleh si pemegangnya. Dan masih 3 bulan sebelum akhirnya ada satu orang lagi yang akan membawa visi dan misi baru, meneruskan semangat yang sama yang diemban himpunannya sekarang. Dan saat ketika realita dengan pedih menghunjam, mengingatkan kembali berapa bagian dari visi misi itu yang tidak terlaksana.
Sejauh ini aku telah berjalan.
Waktu, pikiran, tenaga.
Darah, keringat, air mata.
Kadang dihiasi senyum dan tawa.
Kadang hanya diam terpana, kehabisan kata-kata.
Wakil rakyat adalah senapan, aspirasi adalah peluru.
Senapan tak berpeluru, tiada beda dengan pentungan.
.
Ini visi dan misi dari seorang calon representasi himpunannya di lembaga tertinggi kemahasiswaan ITB.
Seorang calon yang belum pernah menginjakkan kakinya di forum silaturahmi manapun. Seorang calon yang baru mengenal Kongres KM-ITB pada Diklat Legislatif seminggu sebelumnya. Seorang calon yang baru akan berbicara selama lebih dari 10 menit di hadapan massa HIMATEK untuk pertama kalinya pada audiensi pencalonan. Seorang calon yang hanya ingin maju untuk membela rekan-rekannya yang terpinggirkan. Seorang calon yang terinspirasi pada perbedaan idealisme dan realita jargon "KM-ITB Milik Semua".
-------------
VISI
Memposisikan HIMATEK sebagai salah satu himpunan yang terdepan dalam dunia kemahasiswaan ITB.
MISI
1. Mengusahakan tersampaikannya berita-berita seputar kampus kepada semua warga HIMATEK agar dapat disikapi dengan pemahaman menyeluruh.
2. Menumbuhkan minat semua warga HIMATEK untuk mengemukakan pendapatnya mengenai berita-berita seputar kampus sehingga dapat disuarakan melalui Kongres.
3. Mengusahakan agar HIMATEK memiliki cara pandang dan sikap yang lebih proaktif dan kontributif dalam dunia kemahasiswaan ITB.
4. Memberikan pengawasan terhadap kinerja Kabinet KM-ITB disesuaikan dengan sikap, cara pandang, dan kepentingan HIMATEK.
-------------
Dan sekarang... telah 18 bulan berlalu sejak visi misi itu dilontarkan dari hati. Telah 6 bulan berlalu sejak (seharusnya) visi misi itu dituntaskan oleh si pemegangnya. Dan masih 3 bulan sebelum akhirnya ada satu orang lagi yang akan membawa visi dan misi baru, meneruskan semangat yang sama yang diemban himpunannya sekarang. Dan saat ketika realita dengan pedih menghunjam, mengingatkan kembali berapa bagian dari visi misi itu yang tidak terlaksana.
Sejauh ini aku telah berjalan.
Waktu, pikiran, tenaga.
Darah, keringat, air mata.
Kadang dihiasi senyum dan tawa.
Kadang hanya diam terpana, kehabisan kata-kata.
Wakil rakyat adalah senapan, aspirasi adalah peluru.
Senapan tak berpeluru, tiada beda dengan pentungan.
.
Rabu, 16 September 2009
Pertemuan dengan Sang HIMATEK Ideal
DISCLAIMER: Tokoh-tokoh yang ada di cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jikalau ada kesamaan nama, sifat, maupun apapun dengan seseorang, hal itu di luar kehendak sang pengarang.
"Wah, apa ini? HIMATEK Notes Attack?"
Alfonso melihat layar laptopnya dengan tertarik. Saat itu ia sedang menjelajah group HIMATEK di Facebook, dan tiba-tiba saja ia masuk ke sebuah diskusi tentang HIMATEK Notes Attack.
"Lomba nulis notes fesbuk... Tema:... 3. Kutemukan cinta di HIMATEK... Pemenang favorit... voucher warung HIMATEK sebesar 60rb rupiah... WOW."
Alfonso pun langsung membuka MS Word 2007-nya, dan mulai mengetik. Jari-jarinya meluncur cepat di keyboard laptopnya, melahirkan kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf. Mudah sekali ide mengalir dari hati ke otak, dari otak ke jari, dari jari ke keyboard, dari keyboard ke layar... Di layar bermunculan ungkapan-ungkapan tentang HIMATEK, tentang tujuan HIMATEK, tentang apa gunanya HIMATEK bagi mahasiswa, tentang apa hebatnya HIMATEK sehingga pantas untuk dicintai, tak lupa kritikan bagi mereka yang seakan sudah melupakan apa arti berhimpunan dan tentu saja ajakan bagi semua orang untuk lebih mencintai HIMATEK. Alfonso tidak berhenti begitu saja. Dentang jam tengah malam berkumandang mengiringi suara hantaman jari ke keyboard yang tanpa henti. Dan Alfonso terus mengetik. Sambil menyeka peluh yang bercucuran di dahi, dan cileuh yang bermunculan di kelopak mata.
Dan akhirnya jadilah sudah notes dari Alfonso. "Aku Cinta HIMATEK".
"Ctrl+C... Masuk ke facebook, notes... Ctrl+V... POST. Tag si ini, si itu, si anu, dll..."
Selesai sudah, pikir Alfonso, dan ia pun tersenyum puas dengan hasil kerjanya. Tombol Turn-Off di layar laptopnya pun telah ia klik. Alfonso pun bangkit dari kursinya, hendak melemparkan badannya ke kasurnya yang empuk. Namun perhatiannya segera tertuju pada pintu kamarnya, Ada sesosok tubuh sedang berdiri di muka pintu kamarnya, membelakangi dirinya.
Sosok itu seperti seseorang yang sudah dikenalnya, namun Alfonso tidak bisa mengingat siapa dia. Orang itu memakai jaket hitam yang amat dikenali Alfonso: jaket Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia, dengan dua strip putih di lengan kanan.
"Selamat malam, Alfonso." katanya dingin. Alfonso merasakan ada nada sinis dalam salam orang asing ini.
"Siapa kau? Mau apa kau di sini?" tanya Alfonso tajam.
"Kau boleh memanggilku apa saja yang kau mau, tapi orang-orang biasa memanggilku Sang HIMATEK Ideal..." jawab sosok itu. "... meskipun aku sendiri tidak terlalu suka dipanggil dengan nama itu. Aku belum menyumbang banyak untuk HIMATEK... namun setidaknya lebih banyak dari kebanyakan 'anggota'nya... Kau boleh menganggapku personifikasi dari orang-orang seperti itu."
"Lalu mau apa kau kemari?" Alfonso mengulangi pertanyaannya dengan nada yang lebih hati-hati.
"Mengomentari notes yang kau tulis untuk HIMATEK Notes Attack." jawab Sang HIMATEK Ideal. Tegas, tajam, dan dingin. Alfonso hanya bisa terdiam, terkejut dan tak bisa memikirkan respon apapun atas pernyataan yang tiba-tiba ini. Sang HIMATEK Ideal melanjutkan kata-katanya.
"Merasa layakkah kau menulis hal-hal yang kau telah tulis di notes itu, Alfonso?" ucap Sang HIMATEK Ideal, diiringi tawa pendek yang jelas mengejek. "Kau terlalu banyak bermimpi."
Alfonso menjawab dengan sengit. "Setiap orang boleh dan berhak bahkan wajib punya mimpi!"
"TIDAK jika mimpi itu TIDAK untuk dijalankan!" bentak Sang HIMATEK Ideal. Alfonso terhenyak.
"Selama ini kau terlalu banyak berteori, Alfonso. Kau punya harapan yang seabrek untuk HIMATEK yang kau cintai ini, tapi mana kapabilitasmu untuk membuktikannya? Mana kemampuanmu untuk menjadikan HIMATEK yang kau cintai ini sesuai dengan harapanmu? Tidak ada kan? Nihil? Nol? Harapanmu itu harapan palsu, harapan kosong!!!"
Alfonso terdiam.
"Retorika, Alfonso, retorika. Berapa banyak argumenmu tentang HIMATEK yang kau ungkapkan kepada orang-orang namun gagal kau realisasikan, atau kau tidak tahu cara merealisasikannya. Aku tidak pernah berkoar-koar tentang harapanku untuk HIMATEK, aku MELAKUKANNYA. Dan jika aku melakukannya pasti aku MEWUJUDKANNYA. Aku kerja nyata, Alfonso, tidak seperti kamu."
"Kamu tidak pernah berbuat apa-apa untuk HIMATEK. Tidak pernah menyumbangkan sesuatu apapun yang berarti untuk HIMATEK. Sekarang kamu ingin menguliahi teman-temanmu tentang kecintaan terhadap HIMATEK? Sedangkan aku yang telah berbuat ini itu, jauh lebih banyak darimu di HIMATEK, tidak pernah sebegitunya melakukan hal itu? Sejauh apa kau cinta HIMATEK, sejauh apa kontribusimu di HIMATEK, Alfonso?"
Untuk hal ini, Alfonso tidak bisa berdiam diri.
"Aku representasi HIMATEK di badan tertinggi KM-ITB! Sebagai seorang HIMATEK ideal tentunya kau tahu bahwa jabatan itu tidak main-main!"
"Selevel Kahim, eh?" balas Sang HIMATEK Ideal dengan cepat dan menyayat. "Ya, jika ini sistem KM-ITB yang ideal, Alfonso. Kau diharapkan menyangga beban berat untuk menyampaikan aspirasi 300an anggota HIMATEK yang peduli akan kinerja Kabinet dan Tim MWA. Namun sayangnya, massa HIMATEK tidak banyak yang peduli akan hal-hal itu. Kinerjamu jadi terabaikan. Dapat kukatakan, kerjamu mudah sekali sebagai Senator sekarang ini. Datang, duduk, diam, pulang. Persis anggota DPR."
"Tapi aku tidak seperti itu!!!" teriak Alfonso.
"Tapi lihatlah betapa mudahnya. Yang penting daftar absen penuh, karena massa HIMATEK hanya dapat mengukur itu dari kinerja Senator. Hanya daftar hadir. Tidak ada yang marah karena aspirasi mereka bertentangan dengan apa yang Kabinet kerjakan. Tidak ada yang menyalahkanmu karena gagal menyampaikan aspirasi mereka, yang bertentangan dengan apa yang Kabinet kerjakan. Tidak ada yang peduli jika kau datang rapat dengan pandangan kosong dan hanya diam termangu."
"Dan kau gagal di masa jabatan pertamamu, Alfonso. Gagal. Nama HIMATEK tercoreng karena kau bolos rapat hingga sebulan. Karena kau malas. Dan tidak siap menerima amanah sebesar Senator."
"Dan sayangnya, kontribusi 'besar'mu di HIMATEK hanya sebagai Senator, Alfonso. Untuk keadaan HIMATEK seperti ini, Senator yang baik haruslah mampu memasyarakatkan KM-ITB kepada anggota-anggotanya. Apa kontribusimu dalam hal itu, Alfonso?"
"Tidak semuanya itu salahku!" protes Alfonso.
"Tapi itu bagian kesalahanmu juga, dan porsimu tidak kecil." balas Sang HIMATEK Ideal. "Itu sebagian saja dari kesalahanmu, Alfonso. Masih ada banyak. Akan kuuraikan."
"Kau berkata-kata tentang tujuan HIMATEK. Beranikah kau mengakui bahwa sebenarnya kau baru mendengar dan mengetahui tujuan HIMATEK itu waktu Kahim berorasi di depan calon angkatan termuda di lapangan basket saat kaderisasi?"
"Kau mengajak teman-temanmu datang ke forum-forum HIMATEK dan tidak melakukan apa-apa selain ngobrol. Aku tidak mengajak teman-temanku di muka umum, namun aku DATANG dan BERKONTRIBUSI. Tidak seperti kamu, Alfonso."
"Kau berkata-kata tentang bagaimana seharusnya anggota HIMATEK bersikap. Aku tidak pernah berkoar-koar tentang bagaimana anggota HIMATEK harus bersikap. Tapi aku terlibat aktif di semua kepanitiaan yang kuikuti. Tidak seperti kamu Alfonso. Tiap rapat anggota, rapat divisi, bahkan kuliah, aku datang tepat waktu. Tidak seperti kamu Alfonso. Tiap kuliah aku tidak pernah titip absen. Tiap labtek aku tidak pernah rekdat. Tugas kuliah kubuat sendiri, tidak menyalin. Tidak seperti kamu Alfonso. Jika HIMATEK butuh solusi, aku beri solusi konkrit dan aplikatif. Tidak seperti kamu Alfonso. IPKku masih jauh di atas cukup untuk Cum Laude, tidak seperti kamu Alfonso."
Alfonso hanya menunduk. Semua yang dikatakan Sang HIMATEK Ideal itu benar adanya.
"Tahu orang Farisi, Alfonso? Kaum munafik di negeri Israel zaman dahulu kala. Kaum yang selalu menekuni kitab Taurat tapi tidak pernah melakukannya. Kaum omdo. Omong doang. Itulah kau, Alfonso."
"CUKUP!!!!!!" teriak Alfonso. Sang HIMATEK Ideal terus melanjutkan pidatonya tanpa mempedulikan protes Alfonso.
"Kau terlalu banyak bicara. Aktiflah bergerak membangun HIMATEK jika kau mencintainya. Seperti aku yang telah memberikan ini itu untuk HIMATEK. Aku terbukti menjadi orang yang bisa HIMATEK andalkan. Karena aku cinta HIMATEK. Kau, mau mengaku cinta HIMATEK? Hanya dengan mulutmu saja, Alfonso. Cintamu itu cinta palsu. Omong kosong."
Alfonso tertunduk. Tersungkur. Gemetar. Menangis.
"Itu memang benar adanya, wahai Sang HIMATEK Ideal..." desis Alfonso dengan lirih. "Kau sempurna. Kontribusiku untuk HIMATEK memang tidak seberapa. Sifatku sebagai kader HIMATEK pun jauh dari sempurna. Bahkan bukan termasuk golongan yang terbaik. Dibandingkan denganmu, aku bukan apa-apa. Meskipun begitu..."
Hening sejenak.
"Meskipun begitu, untuk mengatakan bahwa cintaku terhadap HIMATEK adalah palsu... KAU TELAH MELEWATI BATAS!!!" teriak Alfonso sambil bangkit berdiri tegak. Tatapan matanya yang marah menghunjam jaket HIMATEK di punggung Sang HIMATEK Ideal.
"Kau tidak berhak." gumam Alfonso, pelan. "Kau tidak berhak mendefinisikan CINTA!" teriak Alfonso ke arah punggung Sang HIMATEK Ideal.
"Aku memang bukan HIMATEK Ideal. Aku HIMATEK Ampas. IPKku tidak cum laude. Kelakuanku buruk. Pemikiranku tidak semaju rekan-rekanku yang lain. Aku tidak rajin, tidak ulet, tidak jujur, tidak teliti, aku punya banyak kekurangan. Aku iri padamu, Sang HIMATEK Ideal. Aku ingin berkontribusi lebih sepertimu. Ingin bisa membagi waktu sebaik kau. Ingin bisa belajar dan berorganisasi seiringan dengan hasil baik bagi keduanya. Aku ingin memiliki pemikiran-pemikiranmu yang jitu. Kharismamu yang membuat engkau mudah mengendalikan teman-temanmu menuju HIMATEK ideal versi dirimu."
"Tapi apakah aku tidak boleh mengekspresikan kecintaanku dengan kata-kata? Aku memang tidak mampu berbuat lebih dari kata-kata. Tapi inilah caraku untuk mengungkapkan kecintaanku bagi HIMATEK. Dan dengan kata-kata pula aku mengajak teman-temanku untuk mencintai HIMATEK. Karena aku sendiri pun cinta akan HIMATEK."
"HIMATEK, yang telah memberikan kepadaku kepercayaan pertama seumur hidupku sebagai Penanggung Jawab sesuatu. Meskipun itu hanyalah PJ name tag saat kaderisasi."
"HIMATEK, yang membuat aku merasa bisa menyelesaikan pekerjaan dalam sebuah organisasi untuk pertama kalinya dalam hidupku. Meskipun itu hanyalah sebuah Analisis SWOT Angkatan."
"HIMATEK, yang telah memberikan kepadaku jabatan struktural pertama pada sebuah kepanitiaan. Meskipun itu hanyalah Koordiv Lapangan pada sebuah wisudaan, dengan anggota divisi tidak lebih dari 5 orang."
"HIMATEK, yang mengenalkanku dengan rekan-rekan, kakak-kakak, dan adik-adik tingkat yang merupakan manusia-manusia berkualitas. Meskipun itu diawali hanya dalam bentuk KINKAT, MEKFLU, EKSPANDER, dan BURNER."
"HIMATEK, yang telah memberikan pengalaman pertama dalam hidupku untuk berbicara di depan umum dalam tekanan, pada saat hearing calon Senator 2008/09."
"HIMATEK, yang menyerahkan kepadaku mandat terbesar yang pernah kuterima dalam 21 tahun hidupku: membawa suara dan pikiran 300an jiwa manusia ke Kongres KM-ITB."
"HIMATEK, yang mengajarkan efisiensi dan efektivitas rapat. Etos kerja. Kejujuran."
"HIMATEK, yang mengubah orientasiku masuk kampus ini dari sekadar cari jurusan bergengsi yang murah, menjadi semangat untuk membalas budi pada rakyat Indonesia dengan memajukan negara."
"HIMATEK telah memberi terlalu banyak untukku. Apa yang telah kuberikan kepadanya? Tapi kau lupa, hai Sang HIMATEK Ideal, bahwa HIMATEK pada hakekatnya adalah sebuah wadah. Wadah yang tidak bisa memberi, tapi bisa menjadi alat bagi kita untuk berkembang."
"Tanpa HIMATEK aku bukanlah apa-apa, hai Sang HIMATEK Ideal. Berbeda denganmu. Mungkin tanpa HIMATEK IPKmu masih akan cum laude. Mungkin tanpa HIMATEK skill organisasimu akan tetap tinggi. Mungkin tanpa HIMATEK kau akan tetap bisa bergaul. Mungkin tanpa HIMATEK kau akan tetap hebat. Akan tetap kritis. Akan tetap cerdas. Akan tetap ideal."
"Tapi aku, aku yang bukan apa-apa. HIMATEK telah memberi terlalu banyak. Dan itulah yang akan terus kukejar. Aku cinta HIMATEK sebagai wadah. Maka akan kuberdayakan ia sebagai wadah. Aku akan terus belajar di dalamnya. Dibentuk di dalamnya. Dan sebagai bukti kecintaanku, akan kuumumkan kepada dunia nanti jika aku telah menjadi manusia yang berguna dan berandil untuk orang lain: bahwa di TEKNIK KIMIA ITB ada sebuah wadah bernama HIMATEK, yang dapat mengubah bukan siapa-siapa seperti aku menjadi seorang siapa-siapa!!!"
Sang HIMATEK ideal melangkah mundur, mendekati Alfonso. "Alfonso, sayang sekali..."
"Aku tahu kau masih memiliki sejuta protes untuk argumenku." potong Alfonso. "Lagipula kau adalah Sang HIMATEK Ideal. Argumenku tadi tentu mudah kaulawan. Maka akan kupertegas. Aku akan meningkatkan aktivitas dan kontribusiku di HIMATEK, aku akan menjadi kader yang HIMATEK banggakan, dan selagi aku melakukannya, kau boleh diam dan lakukan bagianmu. Dan ini salam perpisahan untukmu, sekaligus ucapan terima kasih..."
Alfonso mengayunkan tinjunya ke arah kepala Sang HIMATEK Ideal. Sang HIMATEK Ideal menghindar. Alfonso secara refleks kemudian menarik jahim Sang HIMATEK Ideal.
GUBRAK.
Alfonso terbanting. Ia jatuh dari kursi. Tangan kanannya teracung ke atas, memegang jahim dengan namanya sendiri. Ia segera bangkit dan membetulkan letak kursinya. Matanya terarah ke layar laptopnya yang masih menyala. Di sana ada jendela MS Word 2007 yang masih terbuka, di dalamnya ada sebaris tulisan "Karangan untuk HIMATEK Notes Attack" dan selebihnya kosong. Jam di dinding menunjukkan pukul satu malam.
"Rupanya aku ketiduran sebelum sempat mulai menulis." gumam Alfonso.
Ia menggosok-gosok kepalanya yang terbentur tadi, kemudian mematikan laptopnya. Ia memutuskan untuk menunda penulisan notes itu untuk saat dia bangun pagi nanti. Lagipula, ia sudah tahu pasti apa yang akan ia tulis.
.
"Wah, apa ini? HIMATEK Notes Attack?"
Alfonso melihat layar laptopnya dengan tertarik. Saat itu ia sedang menjelajah group HIMATEK di Facebook, dan tiba-tiba saja ia masuk ke sebuah diskusi tentang HIMATEK Notes Attack.
"Lomba nulis notes fesbuk... Tema:... 3. Kutemukan cinta di HIMATEK... Pemenang favorit... voucher warung HIMATEK sebesar 60rb rupiah... WOW."
Alfonso pun langsung membuka MS Word 2007-nya, dan mulai mengetik. Jari-jarinya meluncur cepat di keyboard laptopnya, melahirkan kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf. Mudah sekali ide mengalir dari hati ke otak, dari otak ke jari, dari jari ke keyboard, dari keyboard ke layar... Di layar bermunculan ungkapan-ungkapan tentang HIMATEK, tentang tujuan HIMATEK, tentang apa gunanya HIMATEK bagi mahasiswa, tentang apa hebatnya HIMATEK sehingga pantas untuk dicintai, tak lupa kritikan bagi mereka yang seakan sudah melupakan apa arti berhimpunan dan tentu saja ajakan bagi semua orang untuk lebih mencintai HIMATEK. Alfonso tidak berhenti begitu saja. Dentang jam tengah malam berkumandang mengiringi suara hantaman jari ke keyboard yang tanpa henti. Dan Alfonso terus mengetik. Sambil menyeka peluh yang bercucuran di dahi, dan cileuh yang bermunculan di kelopak mata.
Dan akhirnya jadilah sudah notes dari Alfonso. "Aku Cinta HIMATEK".
"Ctrl+C... Masuk ke facebook, notes... Ctrl+V... POST. Tag si ini, si itu, si anu, dll..."
Selesai sudah, pikir Alfonso, dan ia pun tersenyum puas dengan hasil kerjanya. Tombol Turn-Off di layar laptopnya pun telah ia klik. Alfonso pun bangkit dari kursinya, hendak melemparkan badannya ke kasurnya yang empuk. Namun perhatiannya segera tertuju pada pintu kamarnya, Ada sesosok tubuh sedang berdiri di muka pintu kamarnya, membelakangi dirinya.
Sosok itu seperti seseorang yang sudah dikenalnya, namun Alfonso tidak bisa mengingat siapa dia. Orang itu memakai jaket hitam yang amat dikenali Alfonso: jaket Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia, dengan dua strip putih di lengan kanan.
"Selamat malam, Alfonso." katanya dingin. Alfonso merasakan ada nada sinis dalam salam orang asing ini.
"Siapa kau? Mau apa kau di sini?" tanya Alfonso tajam.
"Kau boleh memanggilku apa saja yang kau mau, tapi orang-orang biasa memanggilku Sang HIMATEK Ideal..." jawab sosok itu. "... meskipun aku sendiri tidak terlalu suka dipanggil dengan nama itu. Aku belum menyumbang banyak untuk HIMATEK... namun setidaknya lebih banyak dari kebanyakan 'anggota'nya... Kau boleh menganggapku personifikasi dari orang-orang seperti itu."
"Lalu mau apa kau kemari?" Alfonso mengulangi pertanyaannya dengan nada yang lebih hati-hati.
"Mengomentari notes yang kau tulis untuk HIMATEK Notes Attack." jawab Sang HIMATEK Ideal. Tegas, tajam, dan dingin. Alfonso hanya bisa terdiam, terkejut dan tak bisa memikirkan respon apapun atas pernyataan yang tiba-tiba ini. Sang HIMATEK Ideal melanjutkan kata-katanya.
"Merasa layakkah kau menulis hal-hal yang kau telah tulis di notes itu, Alfonso?" ucap Sang HIMATEK Ideal, diiringi tawa pendek yang jelas mengejek. "Kau terlalu banyak bermimpi."
Alfonso menjawab dengan sengit. "Setiap orang boleh dan berhak bahkan wajib punya mimpi!"
"TIDAK jika mimpi itu TIDAK untuk dijalankan!" bentak Sang HIMATEK Ideal. Alfonso terhenyak.
"Selama ini kau terlalu banyak berteori, Alfonso. Kau punya harapan yang seabrek untuk HIMATEK yang kau cintai ini, tapi mana kapabilitasmu untuk membuktikannya? Mana kemampuanmu untuk menjadikan HIMATEK yang kau cintai ini sesuai dengan harapanmu? Tidak ada kan? Nihil? Nol? Harapanmu itu harapan palsu, harapan kosong!!!"
Alfonso terdiam.
"Retorika, Alfonso, retorika. Berapa banyak argumenmu tentang HIMATEK yang kau ungkapkan kepada orang-orang namun gagal kau realisasikan, atau kau tidak tahu cara merealisasikannya. Aku tidak pernah berkoar-koar tentang harapanku untuk HIMATEK, aku MELAKUKANNYA. Dan jika aku melakukannya pasti aku MEWUJUDKANNYA. Aku kerja nyata, Alfonso, tidak seperti kamu."
"Kamu tidak pernah berbuat apa-apa untuk HIMATEK. Tidak pernah menyumbangkan sesuatu apapun yang berarti untuk HIMATEK. Sekarang kamu ingin menguliahi teman-temanmu tentang kecintaan terhadap HIMATEK? Sedangkan aku yang telah berbuat ini itu, jauh lebih banyak darimu di HIMATEK, tidak pernah sebegitunya melakukan hal itu? Sejauh apa kau cinta HIMATEK, sejauh apa kontribusimu di HIMATEK, Alfonso?"
Untuk hal ini, Alfonso tidak bisa berdiam diri.
"Aku representasi HIMATEK di badan tertinggi KM-ITB! Sebagai seorang HIMATEK ideal tentunya kau tahu bahwa jabatan itu tidak main-main!"
"Selevel Kahim, eh?" balas Sang HIMATEK Ideal dengan cepat dan menyayat. "Ya, jika ini sistem KM-ITB yang ideal, Alfonso. Kau diharapkan menyangga beban berat untuk menyampaikan aspirasi 300an anggota HIMATEK yang peduli akan kinerja Kabinet dan Tim MWA. Namun sayangnya, massa HIMATEK tidak banyak yang peduli akan hal-hal itu. Kinerjamu jadi terabaikan. Dapat kukatakan, kerjamu mudah sekali sebagai Senator sekarang ini. Datang, duduk, diam, pulang. Persis anggota DPR."
"Tapi aku tidak seperti itu!!!" teriak Alfonso.
"Tapi lihatlah betapa mudahnya. Yang penting daftar absen penuh, karena massa HIMATEK hanya dapat mengukur itu dari kinerja Senator. Hanya daftar hadir. Tidak ada yang marah karena aspirasi mereka bertentangan dengan apa yang Kabinet kerjakan. Tidak ada yang menyalahkanmu karena gagal menyampaikan aspirasi mereka, yang bertentangan dengan apa yang Kabinet kerjakan. Tidak ada yang peduli jika kau datang rapat dengan pandangan kosong dan hanya diam termangu."
"Dan kau gagal di masa jabatan pertamamu, Alfonso. Gagal. Nama HIMATEK tercoreng karena kau bolos rapat hingga sebulan. Karena kau malas. Dan tidak siap menerima amanah sebesar Senator."
"Dan sayangnya, kontribusi 'besar'mu di HIMATEK hanya sebagai Senator, Alfonso. Untuk keadaan HIMATEK seperti ini, Senator yang baik haruslah mampu memasyarakatkan KM-ITB kepada anggota-anggotanya. Apa kontribusimu dalam hal itu, Alfonso?"
"Tidak semuanya itu salahku!" protes Alfonso.
"Tapi itu bagian kesalahanmu juga, dan porsimu tidak kecil." balas Sang HIMATEK Ideal. "Itu sebagian saja dari kesalahanmu, Alfonso. Masih ada banyak. Akan kuuraikan."
"Kau berkata-kata tentang tujuan HIMATEK. Beranikah kau mengakui bahwa sebenarnya kau baru mendengar dan mengetahui tujuan HIMATEK itu waktu Kahim berorasi di depan calon angkatan termuda di lapangan basket saat kaderisasi?"
"Kau mengajak teman-temanmu datang ke forum-forum HIMATEK dan tidak melakukan apa-apa selain ngobrol. Aku tidak mengajak teman-temanku di muka umum, namun aku DATANG dan BERKONTRIBUSI. Tidak seperti kamu, Alfonso."
"Kau berkata-kata tentang bagaimana seharusnya anggota HIMATEK bersikap. Aku tidak pernah berkoar-koar tentang bagaimana anggota HIMATEK harus bersikap. Tapi aku terlibat aktif di semua kepanitiaan yang kuikuti. Tidak seperti kamu Alfonso. Tiap rapat anggota, rapat divisi, bahkan kuliah, aku datang tepat waktu. Tidak seperti kamu Alfonso. Tiap kuliah aku tidak pernah titip absen. Tiap labtek aku tidak pernah rekdat. Tugas kuliah kubuat sendiri, tidak menyalin. Tidak seperti kamu Alfonso. Jika HIMATEK butuh solusi, aku beri solusi konkrit dan aplikatif. Tidak seperti kamu Alfonso. IPKku masih jauh di atas cukup untuk Cum Laude, tidak seperti kamu Alfonso."
Alfonso hanya menunduk. Semua yang dikatakan Sang HIMATEK Ideal itu benar adanya.
"Tahu orang Farisi, Alfonso? Kaum munafik di negeri Israel zaman dahulu kala. Kaum yang selalu menekuni kitab Taurat tapi tidak pernah melakukannya. Kaum omdo. Omong doang. Itulah kau, Alfonso."
"CUKUP!!!!!!" teriak Alfonso. Sang HIMATEK Ideal terus melanjutkan pidatonya tanpa mempedulikan protes Alfonso.
"Kau terlalu banyak bicara. Aktiflah bergerak membangun HIMATEK jika kau mencintainya. Seperti aku yang telah memberikan ini itu untuk HIMATEK. Aku terbukti menjadi orang yang bisa HIMATEK andalkan. Karena aku cinta HIMATEK. Kau, mau mengaku cinta HIMATEK? Hanya dengan mulutmu saja, Alfonso. Cintamu itu cinta palsu. Omong kosong."
Alfonso tertunduk. Tersungkur. Gemetar. Menangis.
"Itu memang benar adanya, wahai Sang HIMATEK Ideal..." desis Alfonso dengan lirih. "Kau sempurna. Kontribusiku untuk HIMATEK memang tidak seberapa. Sifatku sebagai kader HIMATEK pun jauh dari sempurna. Bahkan bukan termasuk golongan yang terbaik. Dibandingkan denganmu, aku bukan apa-apa. Meskipun begitu..."
Hening sejenak.
"Meskipun begitu, untuk mengatakan bahwa cintaku terhadap HIMATEK adalah palsu... KAU TELAH MELEWATI BATAS!!!" teriak Alfonso sambil bangkit berdiri tegak. Tatapan matanya yang marah menghunjam jaket HIMATEK di punggung Sang HIMATEK Ideal.
"Kau tidak berhak." gumam Alfonso, pelan. "Kau tidak berhak mendefinisikan CINTA!" teriak Alfonso ke arah punggung Sang HIMATEK Ideal.
"Aku memang bukan HIMATEK Ideal. Aku HIMATEK Ampas. IPKku tidak cum laude. Kelakuanku buruk. Pemikiranku tidak semaju rekan-rekanku yang lain. Aku tidak rajin, tidak ulet, tidak jujur, tidak teliti, aku punya banyak kekurangan. Aku iri padamu, Sang HIMATEK Ideal. Aku ingin berkontribusi lebih sepertimu. Ingin bisa membagi waktu sebaik kau. Ingin bisa belajar dan berorganisasi seiringan dengan hasil baik bagi keduanya. Aku ingin memiliki pemikiran-pemikiranmu yang jitu. Kharismamu yang membuat engkau mudah mengendalikan teman-temanmu menuju HIMATEK ideal versi dirimu."
"Tapi apakah aku tidak boleh mengekspresikan kecintaanku dengan kata-kata? Aku memang tidak mampu berbuat lebih dari kata-kata. Tapi inilah caraku untuk mengungkapkan kecintaanku bagi HIMATEK. Dan dengan kata-kata pula aku mengajak teman-temanku untuk mencintai HIMATEK. Karena aku sendiri pun cinta akan HIMATEK."
"HIMATEK, yang telah memberikan kepadaku kepercayaan pertama seumur hidupku sebagai Penanggung Jawab sesuatu. Meskipun itu hanyalah PJ name tag saat kaderisasi."
"HIMATEK, yang membuat aku merasa bisa menyelesaikan pekerjaan dalam sebuah organisasi untuk pertama kalinya dalam hidupku. Meskipun itu hanyalah sebuah Analisis SWOT Angkatan."
"HIMATEK, yang telah memberikan kepadaku jabatan struktural pertama pada sebuah kepanitiaan. Meskipun itu hanyalah Koordiv Lapangan pada sebuah wisudaan, dengan anggota divisi tidak lebih dari 5 orang."
"HIMATEK, yang mengenalkanku dengan rekan-rekan, kakak-kakak, dan adik-adik tingkat yang merupakan manusia-manusia berkualitas. Meskipun itu diawali hanya dalam bentuk KINKAT, MEKFLU, EKSPANDER, dan BURNER."
"HIMATEK, yang telah memberikan pengalaman pertama dalam hidupku untuk berbicara di depan umum dalam tekanan, pada saat hearing calon Senator 2008/09."
"HIMATEK, yang menyerahkan kepadaku mandat terbesar yang pernah kuterima dalam 21 tahun hidupku: membawa suara dan pikiran 300an jiwa manusia ke Kongres KM-ITB."
"HIMATEK, yang mengajarkan efisiensi dan efektivitas rapat. Etos kerja. Kejujuran."
"HIMATEK, yang mengubah orientasiku masuk kampus ini dari sekadar cari jurusan bergengsi yang murah, menjadi semangat untuk membalas budi pada rakyat Indonesia dengan memajukan negara."
"HIMATEK telah memberi terlalu banyak untukku. Apa yang telah kuberikan kepadanya? Tapi kau lupa, hai Sang HIMATEK Ideal, bahwa HIMATEK pada hakekatnya adalah sebuah wadah. Wadah yang tidak bisa memberi, tapi bisa menjadi alat bagi kita untuk berkembang."
"Tanpa HIMATEK aku bukanlah apa-apa, hai Sang HIMATEK Ideal. Berbeda denganmu. Mungkin tanpa HIMATEK IPKmu masih akan cum laude. Mungkin tanpa HIMATEK skill organisasimu akan tetap tinggi. Mungkin tanpa HIMATEK kau akan tetap bisa bergaul. Mungkin tanpa HIMATEK kau akan tetap hebat. Akan tetap kritis. Akan tetap cerdas. Akan tetap ideal."
"Tapi aku, aku yang bukan apa-apa. HIMATEK telah memberi terlalu banyak. Dan itulah yang akan terus kukejar. Aku cinta HIMATEK sebagai wadah. Maka akan kuberdayakan ia sebagai wadah. Aku akan terus belajar di dalamnya. Dibentuk di dalamnya. Dan sebagai bukti kecintaanku, akan kuumumkan kepada dunia nanti jika aku telah menjadi manusia yang berguna dan berandil untuk orang lain: bahwa di TEKNIK KIMIA ITB ada sebuah wadah bernama HIMATEK, yang dapat mengubah bukan siapa-siapa seperti aku menjadi seorang siapa-siapa!!!"
Sang HIMATEK ideal melangkah mundur, mendekati Alfonso. "Alfonso, sayang sekali..."
"Aku tahu kau masih memiliki sejuta protes untuk argumenku." potong Alfonso. "Lagipula kau adalah Sang HIMATEK Ideal. Argumenku tadi tentu mudah kaulawan. Maka akan kupertegas. Aku akan meningkatkan aktivitas dan kontribusiku di HIMATEK, aku akan menjadi kader yang HIMATEK banggakan, dan selagi aku melakukannya, kau boleh diam dan lakukan bagianmu. Dan ini salam perpisahan untukmu, sekaligus ucapan terima kasih..."
Alfonso mengayunkan tinjunya ke arah kepala Sang HIMATEK Ideal. Sang HIMATEK Ideal menghindar. Alfonso secara refleks kemudian menarik jahim Sang HIMATEK Ideal.
GUBRAK.
Alfonso terbanting. Ia jatuh dari kursi. Tangan kanannya teracung ke atas, memegang jahim dengan namanya sendiri. Ia segera bangkit dan membetulkan letak kursinya. Matanya terarah ke layar laptopnya yang masih menyala. Di sana ada jendela MS Word 2007 yang masih terbuka, di dalamnya ada sebaris tulisan "Karangan untuk HIMATEK Notes Attack" dan selebihnya kosong. Jam di dinding menunjukkan pukul satu malam.
"Rupanya aku ketiduran sebelum sempat mulai menulis." gumam Alfonso.
Ia menggosok-gosok kepalanya yang terbentur tadi, kemudian mematikan laptopnya. Ia memutuskan untuk menunda penulisan notes itu untuk saat dia bangun pagi nanti. Lagipula, ia sudah tahu pasti apa yang akan ia tulis.
.
Senin, 17 Agustus 2009
Terjemahan Singkat dari Segala Keinginan Anda
Salam, teman-teman! Ada berita baik buat anda.
Anda yang terpilih untuk di-tag di notes di facebook ini akan dihadiahi sebuah tugas untuk menyebarkan "Terjemahan Singkat dari Segala Keinginan Anda", yaitu GBHP KM-ITB 2009/10!
Sebarkan kepada seluruh massa HIMATEK yang anda kenal, maka anda akan dikenang sebagai anggota HIMATEK yang care, gaul, berdedikasi tinggi, dan intelek! Hahahahahahaha (apaan bgt deh).
Artikel ini akan dimuat di Enzyme edisi Agustus dan edisi September, tapi bagi yang penasaran ingin baca lengkapnya langsung, silakan lihat di bawah ini:
TERJEMAHAN GBHP KM ITB 2009/2010 DAN KONSEKUENSINYA UNTUK HIMATEK
Garis-garis Besar Haluan Program a.k.a. GBHP adalah tugas atau suruhan yang harus dijalankan oleh Kabinet KM-ITB dalam satu tahun ke depan. Siapa yang membuat GBHP ini? Kongres, yaitu perwakilan teman-teman dan dari mana Kongres membuat GBHP ini? Dari keinginan teman-teman sendiri.
Jadiiii… GBHP ini dibuat berdasarkan apa keinginan teman-teman yang sudah diutarakan oleh teman-teman HIMATEK kepada tim senator saat masa pembuatan GBHP, beberapa bulan lalu.
Idealnya, kita tidak hanya bisa memberi suruhan, tapi juga mendukung pelaksanaan suruhan itu karena kita sendirilah yang menyuruh Kabinet untuk mengerjakan GBHP ini.
Mari berpartisipasi. Karena secara teknis GBHP ini sudah mewakili seluruh kampus (termasuk kita, HIMATEK), maka kita harus mensukseskan terlaksananya GBHP ini. Itu sudah merupakan kesepakatan bersama, maka kita harus menjalankan konsekuensinya
Mau tahu konsekuensi yang harus kita jalani? Mari membaca ringkasan GBHP di bawah ini…
A. Bidang INTERNAL Menko 1
Fungsi Kabinet di bidang INTERNAL:
1. Memenuhi kebutuhan dasar mahasiswa
Kebutuhan dasar mahasiswa yang dimaksud adalah kebutuhan akademis, kesejahteraan, dan pengembangan diri.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Jika ada anggota yang bermasalah dengan akademik atau kesejahteraan (terancam DO atau butuh beasiswa, misalnya), jangan ragu-ragu proaktif memintakan bantuan ke Kabinet KM-ITB.
- HIMATEK harus mengusahakan anggotanya memberi tahu, atau mencari tahu, pengembangan diri apa yang dibutuhkan oleh mereka sehingga bisa diusahakan untuk diadakan oleh Kabinet.
2. Menyampaikan informasi yang dibutuhkan dan sosialisasi semua kegiatan
Kabinet memberitahukan semua yang dilakukan kepada massa kampus, termasuk di antaranya mencerdaskan massa kampus soal isu-isu yang dianggap penting dan mempertahankan image baik Kabinet KM-ITB di mata mahasiswa.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Jika ada informasi yang disampaikan Kabinet lewat jalur himpunan (ke Kahim/BP/Kongres), harus dipastikan 100% sampai ke semua anggota HIMATEK.
- Jika ada isu-isu yang disampaikan ke HIMATEK oleh Kabinet, harus ‘dipanaskan’ di HIMATEK agar bisa diberikan feedback ke Kabinet.
- HIMATEK harus menjaga agar citra Kabinet KM-ITB tetap baik (minimal dari BP dan BPA) dengan menginformasikan secara objektif tentang Kabinet KM-ITB ke massa HIMATEK (mestinya kawan-kawan tahu sekarang keadaannya seperti apa).
3. Menjadi pemersatu dan penghubung (sinergisasi) antara himpunan dan unit ITB
Kabinet harus memfasilitasi kepentingan-kepentingan yang berbeda dari tiap elemen di kampus (himpunan-himpunan dan unit-unit) sekaligus mensinergiskannya, secara spesifik ada beberapa hal: membuat satu kampus paham visi misi Kabinet, menjadi koordinator yang baik untuk urusan antar himpunan dan unit, dan mampu membuat suatu aktivitas yang seluruh lembaga turut serta menyumbang ide dan tenaga di dalamnya.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Baca visi misi Ucup-Benny, dan usahakan agar tiap aktivitas yang dilakukan HIMATEK membantu terwujudnya visi dan terlaksananya misi tersebut, yang singkatnya tertuang dalam jargon “Mari Kita Buat Indonesia Tersenyum”.
- Cocokkan kalender kegiatan himpunan dengan acara-acara terpusat, dan usahakan untuk selalu berpartisipasi mengirim orang ke acara-acara terpusat, jangan menolak dengan dalih di himpunan sudah sibuk sendiri. Setiap individu juga harus mau jika dikirim ke kepanitiaan terpusat.
- Mampu menumbuhkan budaya untuk tidak memandang rendah himpunan/jurusan lain dan sering-sering bersilaturahmi untuk bertukar informasi dan ilmu, siapa tahu bisa mengadakan kegiatan bersama (misal, PM) yang jauh lebih bermanfaat apabila keilmuan yang diaplikasikan merupakan gabungan antar prodi.
4. Mengembangkan budaya-budaya yang baik di kampus
Budaya-budaya tersebut adalah: wawasan ramah lingkungan, wawasan cinta Indonesia, iklim beraktivitas, kebersamaan, kritis, integritas, kajian, kepemilikan terhadap himpunan/unit, dan apresiasi terhadap elemen KM-ITB.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
Pada intinya, keberhasilan Kabinet menjalankan fungsi ini bergantung pada apakah budaya-budaya tersebut berhasil ditanamkan kepada tiap orang. Budaya tidak bisa ditanamkan lewat proker saja, apalagi proker Kabinet saja, karena itu HIMATEK harus menanamkan budaya-budaya tersebut ke semua anggotanya. Adapun penjelasan lebih lanjutnya:
- Dalam setiap kegiatannya, HIMATEK harus ramah lingkungan dan mengusahakan penumbuhan rasa cinta Indonesia. Dalam kesehariannya pun warga HIMATEK juga harus dikondisikan untuk ramah lingkungan dan cinta Indonesia.
- Iklim beraktivitas maksudnya HIMATEK harus menciptakan suasana yang enak agar semua anggota HIMATEK betah beraktivitas.
- Kebersamaan maksudnya solidaritas antar teman, baik seangkatan, sejurusan, sehimpunan, maupun satu ITB.
- Kritis maksudnya tidak ragu untuk mencari tahu (termasuk bertanya).
- Integritas maksudnya etos kerja yang baik: disiplin, tepat waktu, memegang janji.
- Kajian maksudnya membudayakan diskusi di HIMATEK (yang katanya termasuk sulit).
- Kepemilikan maksudnya rasa bangga dan mencintai HIMATEK.
- Apresiasi yang dimaksud adalah terhadap seluruh elemen terutama yang masih belum banyak dikenal orang: Kabinet, Kongres, Tim MWA. HIMATEK harus menginformasikan secara menyeluruh tentang fungsi mereka sehingga massa HIMATEK dapat menggunakan mereka sebagaimana fungsinya: Kabinet untuk mengembangkan diri, Kongres untuk diberi masukan tentang kinerja Kabinet dan segala hal yang menyangkut kemahasiswaan ITB, dan MWA untuk dititipi aspirasi-aspirasi yang mungkin dapat dipenuhi oleh pihak ITB khususnya rektorat.
B. Bidang EKSTERNAL Menko 3
Fungsi Kabinet di bidang EKSTERNAL:
1. Menyadarkan mahasiswa bahwa mereka bisa dan harus berbuat sesuatu yang baik dan besar bagi bangsa Indonesia.
Penyadaran dilakukan dengan pencerdasan isu-isu eksternal, karena dengan isu-isu eksternal itu kita mampu menyumbangkan sesuatu bagi bangsa Indonesia.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Isu-isu eksternal harus dikaji dan dipahami oleh setiap anggota HIMATEK, karena akan membantu mahasiswa berkontribusi pada bangsa Indonesia, dan itu tugas mahasiswa. Maka dari itu, diharapkan partisipasi massa HIMATEK pada setiap acara sosialisasi isu yang diadakan Kabinet.
2. Memfasilitasi mahasiswa agar bisa berkontribusi ke luar sebagai bentuk kontribusi pada bangsa Indonesia.
Kabinet harus menyediakan wadah bagi semua mahasiswa untuk bisa merespons isu-isu eksternal.
3. Memimpin pergerakan KM-ITB secara menyeluruh ke luar.
Kabinet harus mampu merespons isu-isu eksternal yang ada hingga menimbulkan manfaat bagi bangsa Indonesia, dan responsnya agar kuat haruslah representatif (mewakili ITB).
4. Melakukan pergerakan ke luar dengan berhubungan dengan pihak-pihak lain.
Pihak-pihak lain ini antara lain adalah masyarakat, pemerintah, badan kemahasiswaan universitas lain, pihak ITB, media, dan lain-lain.
Untuk poin 2, 3, dan 4, konsekuensi untuk HIMATEK:
- Jika punya pendapat tentang isu eksternal, segera sampaikan ide anda ke Kabinet atau Senator anda. Jika isunya sudah keluar dan anda berbeda pendapat dan tidak menghubungi Kabinet atau Senator sebelumnya, salah anda sendiri. Massa HIMATEK kebanyakan punya pandangan cerdas dan logis tentang berbagai isu, namun sangat disayangkan jika diam saja dan baru menjelek-jelekkan Kabinet saat penyikapannya keluar.
- Bersiaplah untuk menerima dan mendiskusikan pergerakan-pergerakan ala universitas lain yang mungkin kurang biasa dengan iklim kita (contoh: demo) karena kita sekarang akan sering berkoordinasi dalam pergerakan dengan universitas lain. Jangan memandang rendah dulu, tapi dukunglah esensinya.
- Memahami isu eksternal yang dibawa kabinet agar isu itu memiliki kekuatan. Contoh: jika Kabinet mengeluarkan pernyataan sikap terkait isu privatisasi tambang migas Indonesia misalnya, lalu ada orang yang menanyakan ke massa HIMATEK (sebagai mahasiswa ITB juga) dan kita tidak bisa menerangkan, Kabinet akan dicap sebagai omong besar saja menyuarakan mahasiswa ITB. Agar pergerakan kita kuat, kita harus menunjukkan kalau pergerakan Kabinet memang pergerakan mahasiswa ITB. Jika kita tidak setuju dengan apa yang akan dibawa Kabinet keluar, sebaiknya segera kontak Senator untuk titip pesan sampaikan ke Kabinet kalau ada yang tidak setuju.
C. Bidang Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) Sekjen Kabinet
Fungsi Kabinet di bidang LITBANG:
1. Optimasi kinerja internal Kabinet
Mengurus administrasi (surat-surat dsb) dan keuangan (laporan keuangan) dengan baik.
2. Optimasi kerja Kabinet sebagai lembaga terpusat di KM-ITB
Mengadakan kajian, pusat data (angket dsb) untuk mendukung terlaksananya fungsi-fungsi lain Kabinet (selain fungsi LITBANG).
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- HIMATEK sebagai lembaga harus kooperatif, sebaiknya malah inisiatif, memberikan data yang diperlukan.
- HIMATEK juga harus mampu mengajak anggotanya untuk kooperatif memberikan data yang diperlukan.
D. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Menteri PSDM
Fungsi Kabinet di bidang PSDM:
1. Aplikasi RUK secara teknis ke semua bentuk kaderisasi di ITB
Akan dibuat suatu alur kaderisasi per tingkat dan semua mahasiswa diusahakan harus melewatinya. Akan dibuat juga parameter-parameter per tingkat untuk mengukur keberhasilan alur kaderisasi itu.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- HIMATEK harus terlibat aktif dalam pembuatan alur kaderisasi itu (mungkin Divisi PSDA harus sering-sering kontak dengan Biro PSDM Kabinet).
- PPAB, LKO, Kadwil harus memasukkan parameter-parameter per tingkat ke dalam tujuan acaranya. GDK HIMATEK juga harus berbasis RUK. Jika ada parameter-parameter per tingkat yang belum bisa dicapai, buat acara/program tambahan.
2. Deskripsi alumni ITB ideal di RUK harus tercapai
Membuat program-program yang secara spesifik bertujuan untuk mencapai deskripsi alumni ideal tersebut.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Meningkatkan partisipasi anggotanya di program-program tersebut agar anggotanya menjadi alumni yang ideal.
- Setiap program HIMATEK, bukan hanya program khusus kaderisasi, harus memperhatikan apakah sudah membantu mencapai karakteristik itu atau belum.
- Semua anggota HIMATEK sebaiknya introspeksi apakah mereka telah mencapai karakter mahasiswa ITB sesuai tingkatnya yang telah ada di RUK.
3. Menciptakan suasana yang mendukung kaderisasi
Legalisasi kaderisasi.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Dalam setiap kegiatan kaderisasinya tidak melakukan hal-hal yang dapat mengancam legalitas kaderisasi.
E. Bidang KEMANDIRIAN MAHASISWA Menko 2
Fungsi Kabinet di bidang KEMANDIRIAN MAHASISWA:
1. Menginisiasi ide
Maksud fungsi ini adalah bagaimana caranya Kabinet menanamkan bahwa mahasiswa dapat membuat suatu produk keprofesian yang memiliki nilai komersial dan berguna untuk masyarakat, serta membangun mental wirausaha.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Usahakan menstimulus penelitian-penelitian berbasis ilmu teknik kimia untuk menghasilkan produk dengan spesifikasi yang dimaksud.
- Tingkatkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan Kabinet yang berhubungan.
2. Membentuk lingkungan kampus yang kondusif untuk pengembangan mahasiswa
Maksudnya Kabinet harus membuat program-program yang mendukung mahasiswa untuk dapat mengembangkan keilmuan, kreativitas, dan pengabdian masyarakat.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Tingkatkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan Kabinet yang berhubungan.
Banyak sekali aspirasi HIMATEK yang telah ditampung Tim Senator berbulan-bulan lalu, dimasukkan ke dalam GBHP ini.
Ada yang minta Presiden dan Kabinet merakyat dan sering silaturahmi ke himpunan, di GBHP telah berhasil dimasukkan di INTERNAL Tujuan 2 Arahan Umum 5 Parameter 2: “Terciptanya hubungan yang merakyat antara Kabinet dan seluruh elemen KM-ITB”.
Ada yang minta rapat Kabinet efektif, tepat waktu, dan lain-lain? Ada di INTERNAL Tujuan 2 Arahan Umum 5 Parameter 1, dan Tujuan 4 Arahan Umum 3. Di penjelasan di atas, keduanya ada di INTERNAL nomor 2 dan 4.
Ada yang minta kalau bisa kita adakan acara gabungan antar himpunan, kita suruh Kabinet melakukan itu, INTERNAL Tujuan 3 Arahan Umum 3 : “Terlaksananya suatu kegiatan yang menjadi satu ikon karya bersama seluruh elemen KM-ITB yang diwadahi Kabinet KM-ITB” atau seperti di atas, INTERNAL nomor 3. Ingatlah konsekuensinya…
Ada yang minta masukan informasi lebih banyak… Ada di mana-mana; PSDM, EKSTERNAL, INTERNAL, LITBANG…
Diharapkan konsekuensi-konsekuensi bisa kita jalankan! Untuk HIMATEK sebagai himpunan terdepan dalam kemahasiswaan ITB!!
Tim Senator HIMATEK
.
Anda yang terpilih untuk di-tag di notes di facebook ini akan dihadiahi sebuah tugas untuk menyebarkan "Terjemahan Singkat dari Segala Keinginan Anda", yaitu GBHP KM-ITB 2009/10!
Sebarkan kepada seluruh massa HIMATEK yang anda kenal, maka anda akan dikenang sebagai anggota HIMATEK yang care, gaul, berdedikasi tinggi, dan intelek! Hahahahahahaha (apaan bgt deh).
Artikel ini akan dimuat di Enzyme edisi Agustus dan edisi September, tapi bagi yang penasaran ingin baca lengkapnya langsung, silakan lihat di bawah ini:
TERJEMAHAN GBHP KM ITB 2009/2010 DAN KONSEKUENSINYA UNTUK HIMATEK
Garis-garis Besar Haluan Program a.k.a. GBHP adalah tugas atau suruhan yang harus dijalankan oleh Kabinet KM-ITB dalam satu tahun ke depan. Siapa yang membuat GBHP ini? Kongres, yaitu perwakilan teman-teman dan dari mana Kongres membuat GBHP ini? Dari keinginan teman-teman sendiri.
Jadiiii… GBHP ini dibuat berdasarkan apa keinginan teman-teman yang sudah diutarakan oleh teman-teman HIMATEK kepada tim senator saat masa pembuatan GBHP, beberapa bulan lalu.
Idealnya, kita tidak hanya bisa memberi suruhan, tapi juga mendukung pelaksanaan suruhan itu karena kita sendirilah yang menyuruh Kabinet untuk mengerjakan GBHP ini.
Mari berpartisipasi. Karena secara teknis GBHP ini sudah mewakili seluruh kampus (termasuk kita, HIMATEK), maka kita harus mensukseskan terlaksananya GBHP ini. Itu sudah merupakan kesepakatan bersama, maka kita harus menjalankan konsekuensinya
Mau tahu konsekuensi yang harus kita jalani? Mari membaca ringkasan GBHP di bawah ini…
A. Bidang INTERNAL Menko 1
Fungsi Kabinet di bidang INTERNAL:
1. Memenuhi kebutuhan dasar mahasiswa
Kebutuhan dasar mahasiswa yang dimaksud adalah kebutuhan akademis, kesejahteraan, dan pengembangan diri.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Jika ada anggota yang bermasalah dengan akademik atau kesejahteraan (terancam DO atau butuh beasiswa, misalnya), jangan ragu-ragu proaktif memintakan bantuan ke Kabinet KM-ITB.
- HIMATEK harus mengusahakan anggotanya memberi tahu, atau mencari tahu, pengembangan diri apa yang dibutuhkan oleh mereka sehingga bisa diusahakan untuk diadakan oleh Kabinet.
2. Menyampaikan informasi yang dibutuhkan dan sosialisasi semua kegiatan
Kabinet memberitahukan semua yang dilakukan kepada massa kampus, termasuk di antaranya mencerdaskan massa kampus soal isu-isu yang dianggap penting dan mempertahankan image baik Kabinet KM-ITB di mata mahasiswa.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Jika ada informasi yang disampaikan Kabinet lewat jalur himpunan (ke Kahim/BP/Kongres), harus dipastikan 100% sampai ke semua anggota HIMATEK.
- Jika ada isu-isu yang disampaikan ke HIMATEK oleh Kabinet, harus ‘dipanaskan’ di HIMATEK agar bisa diberikan feedback ke Kabinet.
- HIMATEK harus menjaga agar citra Kabinet KM-ITB tetap baik (minimal dari BP dan BPA) dengan menginformasikan secara objektif tentang Kabinet KM-ITB ke massa HIMATEK (mestinya kawan-kawan tahu sekarang keadaannya seperti apa).
3. Menjadi pemersatu dan penghubung (sinergisasi) antara himpunan dan unit ITB
Kabinet harus memfasilitasi kepentingan-kepentingan yang berbeda dari tiap elemen di kampus (himpunan-himpunan dan unit-unit) sekaligus mensinergiskannya, secara spesifik ada beberapa hal: membuat satu kampus paham visi misi Kabinet, menjadi koordinator yang baik untuk urusan antar himpunan dan unit, dan mampu membuat suatu aktivitas yang seluruh lembaga turut serta menyumbang ide dan tenaga di dalamnya.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Baca visi misi Ucup-Benny, dan usahakan agar tiap aktivitas yang dilakukan HIMATEK membantu terwujudnya visi dan terlaksananya misi tersebut, yang singkatnya tertuang dalam jargon “Mari Kita Buat Indonesia Tersenyum”.
- Cocokkan kalender kegiatan himpunan dengan acara-acara terpusat, dan usahakan untuk selalu berpartisipasi mengirim orang ke acara-acara terpusat, jangan menolak dengan dalih di himpunan sudah sibuk sendiri. Setiap individu juga harus mau jika dikirim ke kepanitiaan terpusat.
- Mampu menumbuhkan budaya untuk tidak memandang rendah himpunan/jurusan lain dan sering-sering bersilaturahmi untuk bertukar informasi dan ilmu, siapa tahu bisa mengadakan kegiatan bersama (misal, PM) yang jauh lebih bermanfaat apabila keilmuan yang diaplikasikan merupakan gabungan antar prodi.
4. Mengembangkan budaya-budaya yang baik di kampus
Budaya-budaya tersebut adalah: wawasan ramah lingkungan, wawasan cinta Indonesia, iklim beraktivitas, kebersamaan, kritis, integritas, kajian, kepemilikan terhadap himpunan/unit, dan apresiasi terhadap elemen KM-ITB.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
Pada intinya, keberhasilan Kabinet menjalankan fungsi ini bergantung pada apakah budaya-budaya tersebut berhasil ditanamkan kepada tiap orang. Budaya tidak bisa ditanamkan lewat proker saja, apalagi proker Kabinet saja, karena itu HIMATEK harus menanamkan budaya-budaya tersebut ke semua anggotanya. Adapun penjelasan lebih lanjutnya:
- Dalam setiap kegiatannya, HIMATEK harus ramah lingkungan dan mengusahakan penumbuhan rasa cinta Indonesia. Dalam kesehariannya pun warga HIMATEK juga harus dikondisikan untuk ramah lingkungan dan cinta Indonesia.
- Iklim beraktivitas maksudnya HIMATEK harus menciptakan suasana yang enak agar semua anggota HIMATEK betah beraktivitas.
- Kebersamaan maksudnya solidaritas antar teman, baik seangkatan, sejurusan, sehimpunan, maupun satu ITB.
- Kritis maksudnya tidak ragu untuk mencari tahu (termasuk bertanya).
- Integritas maksudnya etos kerja yang baik: disiplin, tepat waktu, memegang janji.
- Kajian maksudnya membudayakan diskusi di HIMATEK (yang katanya termasuk sulit).
- Kepemilikan maksudnya rasa bangga dan mencintai HIMATEK.
- Apresiasi yang dimaksud adalah terhadap seluruh elemen terutama yang masih belum banyak dikenal orang: Kabinet, Kongres, Tim MWA. HIMATEK harus menginformasikan secara menyeluruh tentang fungsi mereka sehingga massa HIMATEK dapat menggunakan mereka sebagaimana fungsinya: Kabinet untuk mengembangkan diri, Kongres untuk diberi masukan tentang kinerja Kabinet dan segala hal yang menyangkut kemahasiswaan ITB, dan MWA untuk dititipi aspirasi-aspirasi yang mungkin dapat dipenuhi oleh pihak ITB khususnya rektorat.
B. Bidang EKSTERNAL Menko 3
Fungsi Kabinet di bidang EKSTERNAL:
1. Menyadarkan mahasiswa bahwa mereka bisa dan harus berbuat sesuatu yang baik dan besar bagi bangsa Indonesia.
Penyadaran dilakukan dengan pencerdasan isu-isu eksternal, karena dengan isu-isu eksternal itu kita mampu menyumbangkan sesuatu bagi bangsa Indonesia.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Isu-isu eksternal harus dikaji dan dipahami oleh setiap anggota HIMATEK, karena akan membantu mahasiswa berkontribusi pada bangsa Indonesia, dan itu tugas mahasiswa. Maka dari itu, diharapkan partisipasi massa HIMATEK pada setiap acara sosialisasi isu yang diadakan Kabinet.
2. Memfasilitasi mahasiswa agar bisa berkontribusi ke luar sebagai bentuk kontribusi pada bangsa Indonesia.
Kabinet harus menyediakan wadah bagi semua mahasiswa untuk bisa merespons isu-isu eksternal.
3. Memimpin pergerakan KM-ITB secara menyeluruh ke luar.
Kabinet harus mampu merespons isu-isu eksternal yang ada hingga menimbulkan manfaat bagi bangsa Indonesia, dan responsnya agar kuat haruslah representatif (mewakili ITB).
4. Melakukan pergerakan ke luar dengan berhubungan dengan pihak-pihak lain.
Pihak-pihak lain ini antara lain adalah masyarakat, pemerintah, badan kemahasiswaan universitas lain, pihak ITB, media, dan lain-lain.
Untuk poin 2, 3, dan 4, konsekuensi untuk HIMATEK:
- Jika punya pendapat tentang isu eksternal, segera sampaikan ide anda ke Kabinet atau Senator anda. Jika isunya sudah keluar dan anda berbeda pendapat dan tidak menghubungi Kabinet atau Senator sebelumnya, salah anda sendiri. Massa HIMATEK kebanyakan punya pandangan cerdas dan logis tentang berbagai isu, namun sangat disayangkan jika diam saja dan baru menjelek-jelekkan Kabinet saat penyikapannya keluar.
- Bersiaplah untuk menerima dan mendiskusikan pergerakan-pergerakan ala universitas lain yang mungkin kurang biasa dengan iklim kita (contoh: demo) karena kita sekarang akan sering berkoordinasi dalam pergerakan dengan universitas lain. Jangan memandang rendah dulu, tapi dukunglah esensinya.
- Memahami isu eksternal yang dibawa kabinet agar isu itu memiliki kekuatan. Contoh: jika Kabinet mengeluarkan pernyataan sikap terkait isu privatisasi tambang migas Indonesia misalnya, lalu ada orang yang menanyakan ke massa HIMATEK (sebagai mahasiswa ITB juga) dan kita tidak bisa menerangkan, Kabinet akan dicap sebagai omong besar saja menyuarakan mahasiswa ITB. Agar pergerakan kita kuat, kita harus menunjukkan kalau pergerakan Kabinet memang pergerakan mahasiswa ITB. Jika kita tidak setuju dengan apa yang akan dibawa Kabinet keluar, sebaiknya segera kontak Senator untuk titip pesan sampaikan ke Kabinet kalau ada yang tidak setuju.
C. Bidang Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) Sekjen Kabinet
Fungsi Kabinet di bidang LITBANG:
1. Optimasi kinerja internal Kabinet
Mengurus administrasi (surat-surat dsb) dan keuangan (laporan keuangan) dengan baik.
2. Optimasi kerja Kabinet sebagai lembaga terpusat di KM-ITB
Mengadakan kajian, pusat data (angket dsb) untuk mendukung terlaksananya fungsi-fungsi lain Kabinet (selain fungsi LITBANG).
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- HIMATEK sebagai lembaga harus kooperatif, sebaiknya malah inisiatif, memberikan data yang diperlukan.
- HIMATEK juga harus mampu mengajak anggotanya untuk kooperatif memberikan data yang diperlukan.
D. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Menteri PSDM
Fungsi Kabinet di bidang PSDM:
1. Aplikasi RUK secara teknis ke semua bentuk kaderisasi di ITB
Akan dibuat suatu alur kaderisasi per tingkat dan semua mahasiswa diusahakan harus melewatinya. Akan dibuat juga parameter-parameter per tingkat untuk mengukur keberhasilan alur kaderisasi itu.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- HIMATEK harus terlibat aktif dalam pembuatan alur kaderisasi itu (mungkin Divisi PSDA harus sering-sering kontak dengan Biro PSDM Kabinet).
- PPAB, LKO, Kadwil harus memasukkan parameter-parameter per tingkat ke dalam tujuan acaranya. GDK HIMATEK juga harus berbasis RUK. Jika ada parameter-parameter per tingkat yang belum bisa dicapai, buat acara/program tambahan.
2. Deskripsi alumni ITB ideal di RUK harus tercapai
Membuat program-program yang secara spesifik bertujuan untuk mencapai deskripsi alumni ideal tersebut.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Meningkatkan partisipasi anggotanya di program-program tersebut agar anggotanya menjadi alumni yang ideal.
- Setiap program HIMATEK, bukan hanya program khusus kaderisasi, harus memperhatikan apakah sudah membantu mencapai karakteristik itu atau belum.
- Semua anggota HIMATEK sebaiknya introspeksi apakah mereka telah mencapai karakter mahasiswa ITB sesuai tingkatnya yang telah ada di RUK.
3. Menciptakan suasana yang mendukung kaderisasi
Legalisasi kaderisasi.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Dalam setiap kegiatan kaderisasinya tidak melakukan hal-hal yang dapat mengancam legalitas kaderisasi.
E. Bidang KEMANDIRIAN MAHASISWA Menko 2
Fungsi Kabinet di bidang KEMANDIRIAN MAHASISWA:
1. Menginisiasi ide
Maksud fungsi ini adalah bagaimana caranya Kabinet menanamkan bahwa mahasiswa dapat membuat suatu produk keprofesian yang memiliki nilai komersial dan berguna untuk masyarakat, serta membangun mental wirausaha.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Usahakan menstimulus penelitian-penelitian berbasis ilmu teknik kimia untuk menghasilkan produk dengan spesifikasi yang dimaksud.
- Tingkatkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan Kabinet yang berhubungan.
2. Membentuk lingkungan kampus yang kondusif untuk pengembangan mahasiswa
Maksudnya Kabinet harus membuat program-program yang mendukung mahasiswa untuk dapat mengembangkan keilmuan, kreativitas, dan pengabdian masyarakat.
Konsekuensi untuk HIMATEK:
- Tingkatkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan Kabinet yang berhubungan.
Banyak sekali aspirasi HIMATEK yang telah ditampung Tim Senator berbulan-bulan lalu, dimasukkan ke dalam GBHP ini.
Ada yang minta Presiden dan Kabinet merakyat dan sering silaturahmi ke himpunan, di GBHP telah berhasil dimasukkan di INTERNAL Tujuan 2 Arahan Umum 5 Parameter 2: “Terciptanya hubungan yang merakyat antara Kabinet dan seluruh elemen KM-ITB”.
Ada yang minta rapat Kabinet efektif, tepat waktu, dan lain-lain? Ada di INTERNAL Tujuan 2 Arahan Umum 5 Parameter 1, dan Tujuan 4 Arahan Umum 3. Di penjelasan di atas, keduanya ada di INTERNAL nomor 2 dan 4.
Ada yang minta kalau bisa kita adakan acara gabungan antar himpunan, kita suruh Kabinet melakukan itu, INTERNAL Tujuan 3 Arahan Umum 3 : “Terlaksananya suatu kegiatan yang menjadi satu ikon karya bersama seluruh elemen KM-ITB yang diwadahi Kabinet KM-ITB” atau seperti di atas, INTERNAL nomor 3. Ingatlah konsekuensinya…
Ada yang minta masukan informasi lebih banyak… Ada di mana-mana; PSDM, EKSTERNAL, INTERNAL, LITBANG…
Diharapkan konsekuensi-konsekuensi bisa kita jalankan! Untuk HIMATEK sebagai himpunan terdepan dalam kemahasiswaan ITB!!
Tim Senator HIMATEK
.
Sabtu, 20 Juni 2009
Kode Etik Senator
Sedikit pengantar dari gw sebelum menyajikan Kode Etik Senator ke hadapan massa lembaga gw yang sangat gw hormati ini..
. Sebagaimana kita tahu bersama, peran senator secara unit individual maupun Kongres secara satu unit terintegrasi sangatlah vital dalam keberlangsungan sistem proses kemahasiswaan ITB. Maka dari itu, perlu dibuat suatu kode etik yang digunakan untuk menjaga unjuk kerja senator secara individual ini agar menjamin efisiensi dan perolehan yang baik dari Kongres secara keseluruhan sehingga menjamin terlaksananya proses kemahasiswaan ITB yang mampu mengkonversi mahasiswanya menjadi produk dengan selektivitas tinggi untuk membangun Indonesia.
(bahasa paragraf 1 abstrak labtek-penulap dah... hahaha)
Yah intinya, kode etik ini dibikin buat menjamin biar semua senator yang ada di Kongres itu adalah orang-orang yang bener, yang bisa ngejalanin tugasnya dengan baik. Amin?
Buat diri gw sendiri, mudah2an Tuhan selalu ngasih gw kekuatan untuk bisa menjalankan isi kode etik ini sepenuhnya...
Buat rekan-rekan tim senator, mudah2an juga kita semua bisa nunjukin klo kita tim senator yang baik dan bisa memenuhi kode etik ini...
Buat bapak, mas2, dan mbak2 BPA, mohon dijadikan panduan untuk mengawasi kinerja tim senator...
Buat mas2 dan mbak2 BP dan massa HIMATEK, silakan tegur secara beradab jika ketahuan ada tim senator yang melanggar kode etik ini...
Selamat menikmati...
--------------------------------------
KODE ETIK SENATOR
BAB I
ETIKA SEBAGAI PRIBADI SENATOR
Pasal 1
Menjadikan amanah senator sebagai bagian pengabdian kepada Tuhan YME, kontribusi kepada bangsa secara umum dan masyarakat ITB secara khusus.
Pasal 2
Menjunjung tinggi nilai-nilai yang menjadi sifat KM ITB yaitu mandiri, kekeluargaan, adil, aspiratif dan representatif, efektif dan efisien, serta transparan.
Pasal 3
Mengenal, menyayangi, menghargai, saling membantu, serta saling mengingatkan sesama senator agar Kongres mampu tumbuh menjadi tim yang baik, solid, dan produktif.
Pasal 4
Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan, dengan dilandasi nilai-nilai kebenaran universal, moralitas, dan kebangsaan.
Pasal 5
Menjaga integritas pribadi, citra diri, dan komitmen sebagai senator.
Pasal 6
Memiliki sikap tanggung jawab terhadap wacananya masing-masing.
Pasal 7
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima, menghormati, dan melaksanakan hasil keputusan sidang Kongres.
Pasal 8
Memiliki kesadaran untuk mencerdaskan dirinya sendiri mengenai wawasan kemahasiswaan dan kebangsaan.
BAB II
ETIKA SEBAGAI SENATOR UTUSAN HMJ ATAU RUMPUN UNIT
Pasal 9
Menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi massa HMJ atau rumpun unit yang diwakilinya.
Pasal 10
Menjaga nama baik HMJ atau rumpun unit yang diwakilinya.
Pasal 11
Mensosialiasikan segala hasil keputusan sidang Kongres kepada massa HMJ atau rumpun unit yang diwakilinya.
Pasal 12
Aktif membangun serta meningkatkan pencerdasan dan partisipasi massa HMJ atau rumpun unit dalam kemahasiswaan.
BAB III
ETIKA SEBAGAI SENATOR YANG MEWAKILI SELURUH MAHASISWA ITB
Pasal 13
Menjalankan fungsinya dan tugas yang diembankan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Pasal 14
Menjaga nama baik, kewibawaan, dan kehormatan senator secara perorangan maupun Kongres secara lembaga.
Pasal 15
Hanya hasil ketetapan sidang Kongres yang berhak dikeluarkan ke publik dengan mengatasnamakan Kongres KM ITB.
Pasal 16
Memperjuangkan aspirasi dan kepentingan seluruh mahasiswa ITB.
Pasal 17
Tidak membawa konflik internal Kongres ke luar forum Kongres.
Pasal 18
Bersama-sama membangun suasana sidang/rapat yang kondusif untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang membawa kebaikan untuk semua pihak.
Kontrol Fungsi Legislasi Kongres KM ITB
* Mewakili Himpunan atau Rumpun Unit sehingga tidak boleh memegang jabatan struktural lain di organisasi intra kampus. (PS: ampun terpaksa ngelanggar, punten dibalikin ke BPA dah...)
* Bila diketahui sedang memegang jabatan, maka senator direkomendasikan untuk mengundurkan diri dari jabatan tersebut.
* Mengadakan forum dengan lembaganya minimal satu kali dalam sebulan, yaitu tiap minggu pertama tiap bulan.
* Penyerahkan kembali berita acara forum pelaporan ke Kongres KM ITB yang telah ditandatangani oleh Badan Pengawas Senator di Lembaganya diadakan mulai hari pertama minggu kedua tiap bulan.
Kontrol Fungsi Presensi Senator
* Bila senator 3 (tiga) kali berturut-turut tidak hadir (dengan alasan apa pun) dalam rapat kerja Kongres KM ITB, maka akan diberikan surat peringatan ke lembaga yang diwakilinya.
* Selama periode Bulan Juni, Juli dan Agustus atau selama masa libur dan kerja praktek maka kehadiran tim senator dan atau pejabat senator masing-masing lembaga dianggap dapat mewakili kehadiran senator yang semestinya didelegasikan oleh lembaga. Perhitungan absensi dihitung untuk semua agenda Kongres kecuali siding paripurna atau sidang istimewa kongres. Mekanisme ini dibuat sedemikian mungkin untuk meminimalisir ketidakefisienan komunikasi antara Kongres dengan lembaga.
* Bila senator tidak menghadiri Sidang Paripurna maka akan langsung diberi surat peringatan ke lembaga yang diwakilinya.
* Bila lembaga telah mendapatkan 5 (lima) kali surat peringatan, maka senator lembaganya direkomendasikan untuk di-recall.
-------------
Di sini kami tempa diri
pribadi tangguh nan berbudi
Kami ingin dapat berbuat
untuk jaya tanah airku
Kami siap baktikan diri
dengan jiwa dan raga ini
Berbuat demi negeri ini
agar jaya bangsaku
S'gala cita dan karsa ini
adalah bara 'tuk berkarya
Semangat kukobarkan s'lalu
api jaya almamaterku
Dengan tulus ku berikrar
untuk selalu berjuang
Setia kuusung panjimu
kibar jaya kampusku
Sumbangsihku mungkin tak berarti
tapi ikhlas kubaktikan semua...
Dengan tulus ku berikrar
untuk selalu berjuang
Setia kuusung panjimu
kibar jaya kampuskuKibar jaya... ITB...
(Hymne KM-ITB)
------------------------------
Demi Tuhan, untuk bangsa dan almamater - merdeka!
.
. Sebagaimana kita tahu bersama, peran senator secara unit individual maupun Kongres secara satu unit terintegrasi sangatlah vital dalam keberlangsungan sistem proses kemahasiswaan ITB. Maka dari itu, perlu dibuat suatu kode etik yang digunakan untuk menjaga unjuk kerja senator secara individual ini agar menjamin efisiensi dan perolehan yang baik dari Kongres secara keseluruhan sehingga menjamin terlaksananya proses kemahasiswaan ITB yang mampu mengkonversi mahasiswanya menjadi produk dengan selektivitas tinggi untuk membangun Indonesia.
(bahasa paragraf 1 abstrak labtek-penulap dah... hahaha)
Yah intinya, kode etik ini dibikin buat menjamin biar semua senator yang ada di Kongres itu adalah orang-orang yang bener, yang bisa ngejalanin tugasnya dengan baik. Amin?
Buat diri gw sendiri, mudah2an Tuhan selalu ngasih gw kekuatan untuk bisa menjalankan isi kode etik ini sepenuhnya...
Buat rekan-rekan tim senator, mudah2an juga kita semua bisa nunjukin klo kita tim senator yang baik dan bisa memenuhi kode etik ini...
Buat bapak, mas2, dan mbak2 BPA, mohon dijadikan panduan untuk mengawasi kinerja tim senator...
Buat mas2 dan mbak2 BP dan massa HIMATEK, silakan tegur secara beradab jika ketahuan ada tim senator yang melanggar kode etik ini...
Selamat menikmati...
--------------------------------------
KODE ETIK SENATOR
BAB I
ETIKA SEBAGAI PRIBADI SENATOR
Pasal 1
Menjadikan amanah senator sebagai bagian pengabdian kepada Tuhan YME, kontribusi kepada bangsa secara umum dan masyarakat ITB secara khusus.
Pasal 2
Menjunjung tinggi nilai-nilai yang menjadi sifat KM ITB yaitu mandiri, kekeluargaan, adil, aspiratif dan representatif, efektif dan efisien, serta transparan.
Pasal 3
Mengenal, menyayangi, menghargai, saling membantu, serta saling mengingatkan sesama senator agar Kongres mampu tumbuh menjadi tim yang baik, solid, dan produktif.
Pasal 4
Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan, dengan dilandasi nilai-nilai kebenaran universal, moralitas, dan kebangsaan.
Pasal 5
Menjaga integritas pribadi, citra diri, dan komitmen sebagai senator.
Pasal 6
Memiliki sikap tanggung jawab terhadap wacananya masing-masing.
Pasal 7
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima, menghormati, dan melaksanakan hasil keputusan sidang Kongres.
Pasal 8
Memiliki kesadaran untuk mencerdaskan dirinya sendiri mengenai wawasan kemahasiswaan dan kebangsaan.
BAB II
ETIKA SEBAGAI SENATOR UTUSAN HMJ ATAU RUMPUN UNIT
Pasal 9
Menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi massa HMJ atau rumpun unit yang diwakilinya.
Pasal 10
Menjaga nama baik HMJ atau rumpun unit yang diwakilinya.
Pasal 11
Mensosialiasikan segala hasil keputusan sidang Kongres kepada massa HMJ atau rumpun unit yang diwakilinya.
Pasal 12
Aktif membangun serta meningkatkan pencerdasan dan partisipasi massa HMJ atau rumpun unit dalam kemahasiswaan.
BAB III
ETIKA SEBAGAI SENATOR YANG MEWAKILI SELURUH MAHASISWA ITB
Pasal 13
Menjalankan fungsinya dan tugas yang diembankan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Pasal 14
Menjaga nama baik, kewibawaan, dan kehormatan senator secara perorangan maupun Kongres secara lembaga.
Pasal 15
Hanya hasil ketetapan sidang Kongres yang berhak dikeluarkan ke publik dengan mengatasnamakan Kongres KM ITB.
Pasal 16
Memperjuangkan aspirasi dan kepentingan seluruh mahasiswa ITB.
Pasal 17
Tidak membawa konflik internal Kongres ke luar forum Kongres.
Pasal 18
Bersama-sama membangun suasana sidang/rapat yang kondusif untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang membawa kebaikan untuk semua pihak.
Kontrol Fungsi Legislasi Kongres KM ITB
* Mewakili Himpunan atau Rumpun Unit sehingga tidak boleh memegang jabatan struktural lain di organisasi intra kampus. (PS: ampun terpaksa ngelanggar, punten dibalikin ke BPA dah...)
* Bila diketahui sedang memegang jabatan, maka senator direkomendasikan untuk mengundurkan diri dari jabatan tersebut.
* Mengadakan forum dengan lembaganya minimal satu kali dalam sebulan, yaitu tiap minggu pertama tiap bulan.
* Penyerahkan kembali berita acara forum pelaporan ke Kongres KM ITB yang telah ditandatangani oleh Badan Pengawas Senator di Lembaganya diadakan mulai hari pertama minggu kedua tiap bulan.
Kontrol Fungsi Presensi Senator
* Bila senator 3 (tiga) kali berturut-turut tidak hadir (dengan alasan apa pun) dalam rapat kerja Kongres KM ITB, maka akan diberikan surat peringatan ke lembaga yang diwakilinya.
* Selama periode Bulan Juni, Juli dan Agustus atau selama masa libur dan kerja praktek maka kehadiran tim senator dan atau pejabat senator masing-masing lembaga dianggap dapat mewakili kehadiran senator yang semestinya didelegasikan oleh lembaga. Perhitungan absensi dihitung untuk semua agenda Kongres kecuali siding paripurna atau sidang istimewa kongres. Mekanisme ini dibuat sedemikian mungkin untuk meminimalisir ketidakefisienan komunikasi antara Kongres dengan lembaga.
* Bila senator tidak menghadiri Sidang Paripurna maka akan langsung diberi surat peringatan ke lembaga yang diwakilinya.
* Bila lembaga telah mendapatkan 5 (lima) kali surat peringatan, maka senator lembaganya direkomendasikan untuk di-recall.
-------------
Di sini kami tempa diri
pribadi tangguh nan berbudi
Kami ingin dapat berbuat
untuk jaya tanah airku
Kami siap baktikan diri
dengan jiwa dan raga ini
Berbuat demi negeri ini
agar jaya bangsaku
S'gala cita dan karsa ini
adalah bara 'tuk berkarya
Semangat kukobarkan s'lalu
api jaya almamaterku
Dengan tulus ku berikrar
untuk selalu berjuang
Setia kuusung panjimu
kibar jaya kampusku
Sumbangsihku mungkin tak berarti
tapi ikhlas kubaktikan semua...
Dengan tulus ku berikrar
untuk selalu berjuang
Setia kuusung panjimu
kibar jaya kampuskuKibar jaya... ITB...
(Hymne KM-ITB)
------------------------------
Demi Tuhan, untuk bangsa dan almamater - merdeka!
.
Kamis, 04 Juni 2009
Kewajiban Utama Seorang Suami
Seorang suami pulang dengan wajah lesu ke rumahnya pada pukul 12 malam setelah kerja lembur yang melelahkan. Ketika ia memasuki ruang makan, nampak sang istri sedang duduk menghadapi makanan yang sudah dingin melotot marah kepadanya.
"Ke mana saja kau?" bentak sang istri. "Di mana tanggung jawabmu sebagai suami? Sudah lewat empat jam dari waktu makan dan engkau tidak juga muncul untuk menemaniku makan. Apakah kau sudah tidak perduli lagi kepadaku?"
"Sayang," jawab sang suami dengan kalem namun ketus. "jika aku tidak pulang jam segini, kita bukan hanya tidak bisa makan bersama, tapi KITA TIDAK AKAN PUNYA UANG UNTUK MAKAN."
---------------
Demi Tuhan, untuk bangsa dan almamater - merdeka!
.
"Ke mana saja kau?" bentak sang istri. "Di mana tanggung jawabmu sebagai suami? Sudah lewat empat jam dari waktu makan dan engkau tidak juga muncul untuk menemaniku makan. Apakah kau sudah tidak perduli lagi kepadaku?"
"Sayang," jawab sang suami dengan kalem namun ketus. "jika aku tidak pulang jam segini, kita bukan hanya tidak bisa makan bersama, tapi KITA TIDAK AKAN PUNYA UANG UNTUK MAKAN."
---------------
Demi Tuhan, untuk bangsa dan almamater - merdeka!
.
Sabtu, 09 Mei 2009
Unit Perlu Diwakili Tidak?
Salam hangat untuk setiap pembaca setia Bacotan Orang Terbuang. Kali ini Si Pembacot a.k.a. Alfonso R. P. del Castillo kembali menghadirkan sebuah tulisan, namun jika biasanya tulisan saya selalu layak dibaca, sekarang saya tidak menghadirkan tulisan untuk dibaca saja namun terutama untuk dikomentari, khususnya untuk rekan-rekan sesama mahasiswa ITB.
Begini ceritanya...
Seperti yang teman-teman tahu, di ITB ini ada 2 macam organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan dan unit. Himpunan itu ya isinya mahasiswa di jurusan/fakultas/sekolahnya masing-masing (di ITB ada 29), yang berdasarkan keprofesian di bidang ilmunya masing-masing. Klo unit itu ada banyak, dan unit merupakan tempat buat penyaluran minat dan bakat, bisa di bidang olahraga, kesenian, diskusi dan kajian, ekonomi, jurnalistik, atau keagamaan, atau yang lainnya. Untuk teman-teman ITB pasti tau lah ya bedanya lingkungan pergaulan di himpunan dan di unit. Pasti beda. Terutama teman-teman yang aktif di keduanya pasti paham.
Nah, di ITB ini kan kita hidup dalam sebuah organisasi yang lebih besar lagi, yaitu KM-ITB. KM-ITB itu mengatasi himpunan-himpunan dan unit-unit. Malahan pada intinya kan KM-ITB itu sebenernya organisasi yang terdiri dari himpunan-himpunan dan unit-unit.
Nah, di setiap kelompok apapun kan diusahain semua anggotanya yang megang peranan dalam menjalankan kelompok tersebut. Contohnya aja waktu rapat RT diusahain semua datang rapat RT kan, biar nggak ada yang keberatan dengan hasilnya. Idealnya sih begitu...
Untuk kelompok yang gede, kan pasti ada yang namanya sistem perwakilan biar semua bisa terwakili. Satu perwakilan mewakili kelompok-kelompok kecil yang ada di kelompok besar itu. Kumpulan perwakilan inilah yang jadi lembaga tertinggi di kelompok itu. Contohnya aja pemerintahan Indonesia yang punya MPR (perwakilan tiap daerah), universitas negeri macam ITB yang punya Majelis Wali Amanat alias MWA (isinya ada perwakilan tiap pihak yg punya kepentingan di ITB: rektorat, mahasiswa, masyarakat, dosen, pegawai, pemerintah). Atau himpunan mahasiswa di ITB macam HIMATEK yang punya Badan Perwakilan Anggota (BPA, yang mewakili angkatan masing-masing).
Nah, sama pula dengan KM-ITB yang terdiri dari himpunan-himpunan dan unit-unit. KM-ITB juga punya kumpulan perwakilan dari lembaga-lembaga di bawahnya (himpunan dan unit). Seperti organisasi lainnya, kumpulan perwakilan ini jadi lembaga tertingginya KM-ITB. Namanya pasti teman-teman sudah kenal baik: Kongres KM-ITB, yang menduduki posisi tertinggi seperti MPR Indonesia, MWA ITB, atau BPA HIMATEK. Isinya Kongres, ya perwakilan himpunan dan unit, satu orang per lembaga, yang namanya senator. Seperti biasa, Kongres dibuat sebagai perwakilan biar klo KM-ITB mengambil kebijakan, semua anggota KM-ITB (himpunan dan unit) terwakili dan nggak ribut atau protes.
Klo mau adil, kan seharusnya dibuat 1 orang mewakili 1 himpunan/unit. Jadi ada 1 senator per himpunan/unit. NAAAAAAH... tapi kita udah bahas tadi, himpunan dan unit memang beda. Suasana di dalamnya agak beda, lingkungan pergaulannya beda, keanggotaannya beda, tujuannya pun juga beda. Himpunan isinya anak2 sejurusan yang punya latar belakang ilmu yang sama, unit isinya anak2 berbagai jurusan yang hobi atau minatnya sama. Kaderisasi di himpunan umumnya lebih 'mengikat', bahkan dalam Rancangan Umum Kaderisasi KM-ITB, semua orang harusnya masuk himpunan. Sementara, unit cenderung lebih 'bebas' karena berdasarkan bakat dan minat.
Dalam dunia kemahasiswaan, rata-rata himpunan lebih menaruh perhatian pada sistem KM-ITB (karena dalam sejarahnya pun, KM-ITB didirikan oleh himpunan-himpunan se-ITB). Makanya, dalam kenyataannya, himpunan-lah yang lebih banyak mengirimkan senatornya ke kongres. Sementara unit, rata-rata hanya memiliki kepentingan terhadap kelangsungan unitnya sendiri saja dalam hubungannya terhadap sistem KM-ITB. Jadi, kepentingan himpunan dan unit berbeda. Maka dari itu, untuk unit tidak bisa diterapkan 1 unit 1 senator seperti di himpunan.
Mengapa? Karena himpunan ada 29 dan unit ada sekitar 79! Dapat dibayangkan klo Kongres yang lembaga tertinggi didominasi oleh perwakilan unit. Makanya itu, unit dibatasi keterwakilannya di kongres menjadi 29 orang juga, sama dengan banyaknya senator himpunan. Bagaimana 79 unit diwakili 29 orang? Caranya adalah dengan membagi-bagi 79 unit itu jadi rumpun (kelompok) unit: ada seni-budaya, kajian-pendidikan, olahraga, dan media. Tiap rumpun diwakili sekitar 1-5 senator tergantung keputusan ketua-ketua unit masing-masing rumpun. Untuk 5 unit agama dikirimkan masing-masing 1 senator karena kepentingan unit agama tidak bisa diserumpunkan.
Namun demikian, tetap saja yang selama ini terlihat adalah partisipasi senator himpunan memang lebih banyak dari senator unit. Senator himpunan masih mendapat pengawasan dan perhatian dari BPA atau lembaga yang mengatasi dia di himpunan, sedangkan di unit seringkali tidak begitu karena masih belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas senator masing-masing rumpun. Ada juga yang merasa bahwa kepentingan tiap unit beda-beda bahkan dalam satu rumpun, jadinya nggak bisa diwakili oleh senator rumpun.
Intinya, di sini lagi ada debat seru: senator unit perlu nggak sih?
Terlebih lagi, klo kita baca RUK, himpunan kan adalah basis massa. Basis massa itu... seperti ini. Klo di Indonesia, propinsi-lah basis massanya. Setiap orang pasti punya wakil di MPR, yaitu dari propinsi tempat dia nyoblos. Seseorang nggak bisa nyoblos di 2 propinsi bukan? Namun pada zaman Pak Harto, diasumsikan ada 'golongan' yang juga punya kepentingan lain dari propinsi. 'Golongan' ini juga harus terwakili di MPR. Makanya ada Fraksi TNI-Polri dan Fraksi Utusan Golongan. Contoh utusan golongan: dari golongan buruh, agamawan, usahawan, seniman, pemuda, kewanitaan, dll. Nah, klo di KM-ITB, golongan ini kita ibaratkan sebagai unit.
Masalahnya di sini, nanti ada yang keterwakilannya dobel donk. Misalkan ada seorang pemuda Jawa Barat, berarti di MPR dia bisa diwakili caleg yang menang pemilu di dapil Jabar DAN utusan golongan pemuda. Biar adil, seharusnya utusan golongan ditiadakan donk? Nggak juga, soalnya utusan golongan harus menyuarakan kepentingan golongannya. Misalnya, si utusan golongan pemuda tau dan harus fokus menyuarakan kepentingan pemuda, yang mungkin anggota MPR dari Jabar nggak tau dan nggak ahli tentang kepentingan pemuda.
Sama kayak di KM-ITB. Misalkan Saudara Ferdie Darmawan dari HIMATEK punya kepentingan tentang KSEP (kgk tau dah, lu masih di KSEP kgk Fer? hahaha... gpp lah, buat contoh aja yah..) dan harus disuarakan di KM-ITB, akan susah bagi Saudara Alfonso selaku Senator HIMATEK untuk memahami seperti apa sih kepentingan KSEP... Namun di satu sisi itu berarti Saudara Ferdie Darmawan punya suara dobel, dari Saudara Alfonso selaku senator himpunan beliau dan dari senator rumpun unit kajian-pendidikan.
Jadi untuk teman-teman, ada satu pertanyaan yang ingin saya ajukan:
Sebenarnya unit perlu senator atau tidak sih?
Dan jelaskan pertimbangannya. Mohon dijawab ya teman-teman, terima kasih. Maaf klo ada salah-salah kata, klo ada tolong dikoreksi dengan sopan dan jelas dan tidak memancing emosi.
Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - merdeka!
.
Begini ceritanya...
Seperti yang teman-teman tahu, di ITB ini ada 2 macam organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan dan unit. Himpunan itu ya isinya mahasiswa di jurusan/fakultas/sekolahnya masing-masing (di ITB ada 29), yang berdasarkan keprofesian di bidang ilmunya masing-masing. Klo unit itu ada banyak, dan unit merupakan tempat buat penyaluran minat dan bakat, bisa di bidang olahraga, kesenian, diskusi dan kajian, ekonomi, jurnalistik, atau keagamaan, atau yang lainnya. Untuk teman-teman ITB pasti tau lah ya bedanya lingkungan pergaulan di himpunan dan di unit. Pasti beda. Terutama teman-teman yang aktif di keduanya pasti paham.
Nah, di ITB ini kan kita hidup dalam sebuah organisasi yang lebih besar lagi, yaitu KM-ITB. KM-ITB itu mengatasi himpunan-himpunan dan unit-unit. Malahan pada intinya kan KM-ITB itu sebenernya organisasi yang terdiri dari himpunan-himpunan dan unit-unit.
Nah, di setiap kelompok apapun kan diusahain semua anggotanya yang megang peranan dalam menjalankan kelompok tersebut. Contohnya aja waktu rapat RT diusahain semua datang rapat RT kan, biar nggak ada yang keberatan dengan hasilnya. Idealnya sih begitu...
Untuk kelompok yang gede, kan pasti ada yang namanya sistem perwakilan biar semua bisa terwakili. Satu perwakilan mewakili kelompok-kelompok kecil yang ada di kelompok besar itu. Kumpulan perwakilan inilah yang jadi lembaga tertinggi di kelompok itu. Contohnya aja pemerintahan Indonesia yang punya MPR (perwakilan tiap daerah), universitas negeri macam ITB yang punya Majelis Wali Amanat alias MWA (isinya ada perwakilan tiap pihak yg punya kepentingan di ITB: rektorat, mahasiswa, masyarakat, dosen, pegawai, pemerintah). Atau himpunan mahasiswa di ITB macam HIMATEK yang punya Badan Perwakilan Anggota (BPA, yang mewakili angkatan masing-masing).
Nah, sama pula dengan KM-ITB yang terdiri dari himpunan-himpunan dan unit-unit. KM-ITB juga punya kumpulan perwakilan dari lembaga-lembaga di bawahnya (himpunan dan unit). Seperti organisasi lainnya, kumpulan perwakilan ini jadi lembaga tertingginya KM-ITB. Namanya pasti teman-teman sudah kenal baik: Kongres KM-ITB, yang menduduki posisi tertinggi seperti MPR Indonesia, MWA ITB, atau BPA HIMATEK. Isinya Kongres, ya perwakilan himpunan dan unit, satu orang per lembaga, yang namanya senator. Seperti biasa, Kongres dibuat sebagai perwakilan biar klo KM-ITB mengambil kebijakan, semua anggota KM-ITB (himpunan dan unit) terwakili dan nggak ribut atau protes.
Klo mau adil, kan seharusnya dibuat 1 orang mewakili 1 himpunan/unit. Jadi ada 1 senator per himpunan/unit. NAAAAAAH... tapi kita udah bahas tadi, himpunan dan unit memang beda. Suasana di dalamnya agak beda, lingkungan pergaulannya beda, keanggotaannya beda, tujuannya pun juga beda. Himpunan isinya anak2 sejurusan yang punya latar belakang ilmu yang sama, unit isinya anak2 berbagai jurusan yang hobi atau minatnya sama. Kaderisasi di himpunan umumnya lebih 'mengikat', bahkan dalam Rancangan Umum Kaderisasi KM-ITB, semua orang harusnya masuk himpunan. Sementara, unit cenderung lebih 'bebas' karena berdasarkan bakat dan minat.
Dalam dunia kemahasiswaan, rata-rata himpunan lebih menaruh perhatian pada sistem KM-ITB (karena dalam sejarahnya pun, KM-ITB didirikan oleh himpunan-himpunan se-ITB). Makanya, dalam kenyataannya, himpunan-lah yang lebih banyak mengirimkan senatornya ke kongres. Sementara unit, rata-rata hanya memiliki kepentingan terhadap kelangsungan unitnya sendiri saja dalam hubungannya terhadap sistem KM-ITB. Jadi, kepentingan himpunan dan unit berbeda. Maka dari itu, untuk unit tidak bisa diterapkan 1 unit 1 senator seperti di himpunan.
Mengapa? Karena himpunan ada 29 dan unit ada sekitar 79! Dapat dibayangkan klo Kongres yang lembaga tertinggi didominasi oleh perwakilan unit. Makanya itu, unit dibatasi keterwakilannya di kongres menjadi 29 orang juga, sama dengan banyaknya senator himpunan. Bagaimana 79 unit diwakili 29 orang? Caranya adalah dengan membagi-bagi 79 unit itu jadi rumpun (kelompok) unit: ada seni-budaya, kajian-pendidikan, olahraga, dan media. Tiap rumpun diwakili sekitar 1-5 senator tergantung keputusan ketua-ketua unit masing-masing rumpun. Untuk 5 unit agama dikirimkan masing-masing 1 senator karena kepentingan unit agama tidak bisa diserumpunkan.
Namun demikian, tetap saja yang selama ini terlihat adalah partisipasi senator himpunan memang lebih banyak dari senator unit. Senator himpunan masih mendapat pengawasan dan perhatian dari BPA atau lembaga yang mengatasi dia di himpunan, sedangkan di unit seringkali tidak begitu karena masih belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas senator masing-masing rumpun. Ada juga yang merasa bahwa kepentingan tiap unit beda-beda bahkan dalam satu rumpun, jadinya nggak bisa diwakili oleh senator rumpun.
Intinya, di sini lagi ada debat seru: senator unit perlu nggak sih?
Terlebih lagi, klo kita baca RUK, himpunan kan adalah basis massa. Basis massa itu... seperti ini. Klo di Indonesia, propinsi-lah basis massanya. Setiap orang pasti punya wakil di MPR, yaitu dari propinsi tempat dia nyoblos. Seseorang nggak bisa nyoblos di 2 propinsi bukan? Namun pada zaman Pak Harto, diasumsikan ada 'golongan' yang juga punya kepentingan lain dari propinsi. 'Golongan' ini juga harus terwakili di MPR. Makanya ada Fraksi TNI-Polri dan Fraksi Utusan Golongan. Contoh utusan golongan: dari golongan buruh, agamawan, usahawan, seniman, pemuda, kewanitaan, dll. Nah, klo di KM-ITB, golongan ini kita ibaratkan sebagai unit.
Masalahnya di sini, nanti ada yang keterwakilannya dobel donk. Misalkan ada seorang pemuda Jawa Barat, berarti di MPR dia bisa diwakili caleg yang menang pemilu di dapil Jabar DAN utusan golongan pemuda. Biar adil, seharusnya utusan golongan ditiadakan donk? Nggak juga, soalnya utusan golongan harus menyuarakan kepentingan golongannya. Misalnya, si utusan golongan pemuda tau dan harus fokus menyuarakan kepentingan pemuda, yang mungkin anggota MPR dari Jabar nggak tau dan nggak ahli tentang kepentingan pemuda.
Sama kayak di KM-ITB. Misalkan Saudara Ferdie Darmawan dari HIMATEK punya kepentingan tentang KSEP (kgk tau dah, lu masih di KSEP kgk Fer? hahaha... gpp lah, buat contoh aja yah..) dan harus disuarakan di KM-ITB, akan susah bagi Saudara Alfonso selaku Senator HIMATEK untuk memahami seperti apa sih kepentingan KSEP... Namun di satu sisi itu berarti Saudara Ferdie Darmawan punya suara dobel, dari Saudara Alfonso selaku senator himpunan beliau dan dari senator rumpun unit kajian-pendidikan.
Jadi untuk teman-teman, ada satu pertanyaan yang ingin saya ajukan:
Sebenarnya unit perlu senator atau tidak sih?
Dan jelaskan pertimbangannya. Mohon dijawab ya teman-teman, terima kasih. Maaf klo ada salah-salah kata, klo ada tolong dikoreksi dengan sopan dan jelas dan tidak memancing emosi.
Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - merdeka!
.
Senin, 27 April 2009
Seorang Nabi Tidak Pernah Dihargai di Negerinya Sendiri
Ini adalah cerita tentang seorang Yesus Kristus, yang ditolak di tempat kelahirannya. Menurut Injil Markus pasal 6 ayat 1-6a...
1 Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.
2 Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
4 Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
5 Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
6a Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.
Dari kutipan Alkitab di atas, kita dapat melihat bahwa Yesus sendiri mengalami dan membenarkan bahwa seorang nabi tidak dihargai di tempat asalnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal bukannya seseorang seharusnya dapat lebih mudah mengharapkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, orang-orang yang dia sudah kenal? Dan seorang nabi, seorang penghubung antara Allah dan manusia, tentunya akan lebih didengar dengan audiens yang dia sudah kenal terlebih dahulu?
Ternyata salah besar.
Penyebab utamanya justru karena hal yang telah diuraikan di atas. Seorang nabi tentunya telah sangat dikenal di tempat asalnya sendiri. Orang sudah tahu bagaimana latar belakangnya, bagaimana kelakuannya, bagaimana baik buruknya, sehingga orang di tempat asalnya cenderung menganggap rendah sang nabi tersebut. Contohnya seperti di atas pada kasus Yesus, di mana Yesus mengajar dan menarik pengikut-pengikut sampai ribuan jumlahnya di seluruh Israel. Untuk sebagian besar rakyat Israel, mungkin Yesus tampak seperti seorang bijak dan penuh kuasa Ilahi. Namun bagi orang-orang Nazaret, Yesus yang mereka kenal adalah seorang Yesus yang mereka kenal sejak Dia masih kecil, yang hanya anak seorang tukang kayu miskin bernama Yusuf, dan yang saudara-saudaranya pun mereka kenal. Injil Yohanes pasal 6 ayat 41-42 mencatat bahwa:
41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga."
42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"
Kasarnya, ketika Yesus berbicara selangit tentang Kerajaan Sorga, respons orang-orang adalah: "Lu pikir lu siapa? Nggak usah ngomong tinggi-tinggi lah, kita-kita juga tau lu benernya cuma anak tukang kayu, ngapain nyebut-nyebut Kerajaan Sorga segala!"
Menyedihkan? Jelas. Sakit? Jelas.
Dampaknya negatif? Jelas. Tahu dari mana?
Sebuah ayat dari kutipan di atas (Markus 6:5) memperlihatkan betapa Yesus, manusia yang paling penuh kuasa Ilahi di muka bumi ini, bahkan 'tidak mampu' mengadakan satu pun mujizat di Nazaret, tanah kelahirannya, kecuali beberapa pekerjaan kecil-kecilan. Seorang Yesus yang kemampuannya berguna untuk membuat mujizat, tidak dapat menggunakan kemampuannya untuk menghasilkan dampak yang baik.
Siapa yang rugi? Yesus? Selain sakit hati dan kecewa, nampaknya tidak ada kerugian lain yang dialami Yesus.
Penduduk Nazaret? Jelas. Mereka kehilangan kesempatan untuk mengalami mujizat yang dibawa oleh Yesus. Jelas sebuah kerugian.
Ataukah mereka sebenarnya tidak membutuhkan mujizat tersebut? Apakah mereka merasa bahwa hidup sehari-hari mereka sudah cukup bisa diusahakan tanpa perlu adanya mujizat yang dibawa Yesus?
Apa memang sudah takdir seorang nabi? Versi lain dari kisah di atas dapat dilihat pada Injil Lukas 4:16-30. Yang menarik, Yesus di sini memaparkan:
24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
Apakah memang untuk orang-orang yang mengenalnya, seorang nabi tak lebih dari manusia biasa sehingga dianggap tidak cocok untuk menjadi penghubung Allah dan manusia?
Saya kembalikan kepada diri kita masing-masing untuk menjawabnya.
Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - merdeka!
.
1 Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.
2 Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
4 Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
5 Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
6a Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.
Dari kutipan Alkitab di atas, kita dapat melihat bahwa Yesus sendiri mengalami dan membenarkan bahwa seorang nabi tidak dihargai di tempat asalnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal bukannya seseorang seharusnya dapat lebih mudah mengharapkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, orang-orang yang dia sudah kenal? Dan seorang nabi, seorang penghubung antara Allah dan manusia, tentunya akan lebih didengar dengan audiens yang dia sudah kenal terlebih dahulu?
Ternyata salah besar.
Penyebab utamanya justru karena hal yang telah diuraikan di atas. Seorang nabi tentunya telah sangat dikenal di tempat asalnya sendiri. Orang sudah tahu bagaimana latar belakangnya, bagaimana kelakuannya, bagaimana baik buruknya, sehingga orang di tempat asalnya cenderung menganggap rendah sang nabi tersebut. Contohnya seperti di atas pada kasus Yesus, di mana Yesus mengajar dan menarik pengikut-pengikut sampai ribuan jumlahnya di seluruh Israel. Untuk sebagian besar rakyat Israel, mungkin Yesus tampak seperti seorang bijak dan penuh kuasa Ilahi. Namun bagi orang-orang Nazaret, Yesus yang mereka kenal adalah seorang Yesus yang mereka kenal sejak Dia masih kecil, yang hanya anak seorang tukang kayu miskin bernama Yusuf, dan yang saudara-saudaranya pun mereka kenal. Injil Yohanes pasal 6 ayat 41-42 mencatat bahwa:
41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga."
42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"
Kasarnya, ketika Yesus berbicara selangit tentang Kerajaan Sorga, respons orang-orang adalah: "Lu pikir lu siapa? Nggak usah ngomong tinggi-tinggi lah, kita-kita juga tau lu benernya cuma anak tukang kayu, ngapain nyebut-nyebut Kerajaan Sorga segala!"
Menyedihkan? Jelas. Sakit? Jelas.
Dampaknya negatif? Jelas. Tahu dari mana?
Sebuah ayat dari kutipan di atas (Markus 6:5) memperlihatkan betapa Yesus, manusia yang paling penuh kuasa Ilahi di muka bumi ini, bahkan 'tidak mampu' mengadakan satu pun mujizat di Nazaret, tanah kelahirannya, kecuali beberapa pekerjaan kecil-kecilan. Seorang Yesus yang kemampuannya berguna untuk membuat mujizat, tidak dapat menggunakan kemampuannya untuk menghasilkan dampak yang baik.
Siapa yang rugi? Yesus? Selain sakit hati dan kecewa, nampaknya tidak ada kerugian lain yang dialami Yesus.
Penduduk Nazaret? Jelas. Mereka kehilangan kesempatan untuk mengalami mujizat yang dibawa oleh Yesus. Jelas sebuah kerugian.
Ataukah mereka sebenarnya tidak membutuhkan mujizat tersebut? Apakah mereka merasa bahwa hidup sehari-hari mereka sudah cukup bisa diusahakan tanpa perlu adanya mujizat yang dibawa Yesus?
Apa memang sudah takdir seorang nabi? Versi lain dari kisah di atas dapat dilihat pada Injil Lukas 4:16-30. Yang menarik, Yesus di sini memaparkan:
24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
Apakah memang untuk orang-orang yang mengenalnya, seorang nabi tak lebih dari manusia biasa sehingga dianggap tidak cocok untuk menjadi penghubung Allah dan manusia?
Saya kembalikan kepada diri kita masing-masing untuk menjawabnya.
Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - merdeka!
.
Keywords:
abstrak,
bacot,
HIMATEK,
kekristenan,
kemahasiswaan,
PdTK,
satir
Rabu, 22 April 2009
Inilah Suara Kami [Penarikan Aspirasi HIMATEK, termasuk Sedikit Aspirasi Pribadi, Kawan...]
Tulisan ini berisi kumpulan pendapat rekan-rekan HIMATEK untuk kerja Kabinet KM-ITB dan Anggota MWA Wakil Mahasiswa ITB setahun ke depan. Bahan diperoleh dari: 1. Wawancara langsung dengan sekitar 30 orang massa HIMATEK. 2. Polling Kongres yang diisi 100 orang. 3. Angket buatan sendiri yang diisi angkatan 2007 HIMATEK. Bersiaplah...
Hal terpenting yang disorot oleh massa HIMATEK adalah informasi. Informasi harus menjadi prioritas utama KM-ITB, ketika keterlibatan seluruh massa secara 100% kurang realistis, minimal 100% mahasiswa ITB mengetahui apa pekerjaan KM-ITB dan ke mana arah geraknya sekarang. Cara paling efektif untuk menyebarkan informasi itu antara lain:
- Sosialisasi dari mulut ke mulut adalah hal yang paling ampuh, menghilangkan kesan kaku, formal, dan eksklusif. Hal ini dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki informasi kepada teman dekat masing-masing.
- Sosialisasi dari mulut ke mulut juga dapat menjadi sarana penyampaian yang bebas 'bahasa dewa' yang berbelit-belit dan monoton, yang selama ini identik dengan kemahasiswaan terpusat di mata beberapa orang.
- Presiden KM dan kabinetnya, juga anggota MWA wakil mahasiswa dan timnya, (alias Ucup-Benny dkk) harus sering-sering mengunjungi himpunan dan mengajak bicara semua orang secara informal, untuk menimbulkan rasa kedekatan dan keterikatan orang. Tak kenal maka tak sayang, toh?
Ada yang mengeluhkan manajemen sumber daya oleh Kabinet KM-ITB yang selalu meminta orang untuk kepanitiaan, satgas, ataupun badan tertentu. Keluhannya adalah job desc pekerjaan yang dimaksud seringkali tidak diberikan sehingga kita hanya mengirim orang dan pada akhirnya terbengkalai sehingga orang tersebut tersia-siakan tenaganya dan malah cenderung berpikiran negatif terhadap kinerja Kabinet KM-ITB. Ada pula yang mengatakan bahwa kegiatan terpusat harus berbeda dengan himpunan, yaitu skala lebih besar, karena potensi KM-ITB khususnya Kabinet terlalu besar untuk mengadakan acara skala himpunan atau unit saja.
Mengenai hubungan kabinet dan himpunan, diharapkan Kabinet dapat mengadakan acara yang merupakan hasil koordinasi antar himpunan (tidak perlu ada pembentukan panitia khusus dari Kabinet). Kegiatan GFD yang diadakan bersama HIMATEK, HMTL, NYMPHAEA, U-GREEN dan GANESHA HIJAU dari Kabinet merupakan contoh yang masih dapat diperbaiki. Mengenai hubungan kabinet dan unit, diharapkan bahwa ketika mengadakan acara bersama diharapkan Kabinet menghilangkan kesan superioritas dan menunjukkan profesionalitas (ini didapat dari keluhan panitia Olimpiade dari unit).
Mengenai hubungan ke rektorat, KM-ITB harus mensinkronkan arah gerak dengan arah gerak ITB, yaitu menjadikan ITB world-class university. Untuk itu, KM-ITB diharuskan sering berdialog dengan pihak ITB agar dapat mengerti, apa bagian yang dapat dikerjakan KM-ITB untuk membantu terwujudnya visi ITB tersebut. Dengan demikian, pergerakan KM-ITB tidak terkesan sporadis dan berubah tiap kepengurusan tanpa arah yang benar-benar jelas, namun memiliki satu visi ke depan yang kuat.
Dari hasil polling ada 4 hal yang menarik:
1. 66% beraktivitas di himpunan dan hanya 9% di kemahasiswaan terpusat. Dari data, dapat disimpulkan bahwa pergerakan KM ITB berpotensi digunakan untuk mengkoordinir acara-acara himpunan dibanding mengadakan acara sendiri (lihat di atas).
2. Diskusi dan kajian merupakan hal yang paling tidak diminati (17%). Untuk mengatasinya, diskusi dan kajian harus dibuat lebih menarik dan mengena.
3. Hanya 1% yang ingin jadi politisi, PNS, dan birokrat; 56% merasa mahasiswa ITB apatis terhadap kepentingan rakyat, bangsa, dan negara. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak tertarik pada politik dan pemerintahan.
4. Kebanyakan merasa mahasiswa ITB eksklusif (58%) dan sebagian besar karena alasan akademis; dan alasan utama kenapa harus berkontribusi terhadap bangsa dan negara adalah peran sebagai insan akademis (46%). Dapat dilihat bahwa keakademisan ini harus dijadikan senjata untuk berjuang, bukan menjadi hambatan.
Mengenai dana kemahasiswaan, yang terutama dituntut adalah transparansi dan publikasi besar-besaran. Kabinet sebagai pemegang dana hendaknya memberi dana lebih besar kepada himpunan atau unit yang berkembang, terutama yang berhasil mengembangkan keprofesiannya. Selain untuk insentif, hal itu juga berguna untuk membiayai pengembangan keprofesian.
INFORMASI, lagi-lagi menjadi hal yang utama untuk isu-isu eksternal. Massa kampus menuntut tahu setiap isu eksternal yang selama ini hanya diketahui jajaran tertentu saja. Bagaimana kita mau menyatakan sikap kepada UU BHP atau memberi saran tentang penyelamatan BakSil kalau yang tahu hanya segelintir orang, dan orang-orang yang sebenarnya dapat memberi masukan malah tidak mendapatkan informasi?
Untuk acara paling vital, yang seringkali dijadikan pangkal segala masalah kemahasiswaan kita: penyambutan mahasiswa baru a.k.a. INKM. HIMATEK berpendapat bahwa tujuan INKM yang paling penting ada 2 dan keduanya WAJIB tercapai:
- Penyadaran mahasiswa baru terhadap wawasan kebangsaan. Sadarkan mereka kalau kita belajar di kampus ini, disubsidi uang rakyat, tidak untuk kepentingan kita secara individual. Kita di sini sebagai orang-orang terpilih memiliki kemampuan dan kewajiban untuk berbakti kepada bangsa dan negara, bukan cuma menikmati pendidikan murah berkualitas lalu kabur. Ilmu yang kita pelajari di kuliah, difokuskan agar kita dapat menghasilkan sesuatu bagi negara kita; melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
- Penyadaran bahwa gerakan kemahasiswaan di kampus kita adalah gerakan mahasiswa yang solutif seperti dideskripsikan di atas. Hal ini untuk mencegah mahasiswa baru ITB terjebak stigma yang berlaku di media massa bahwa gerakan kemahasiswaan seringkali anarkis dan kerjanya demo saja, dan pada akhirnya mau bersama-sama berjalan dalam gerakan kemahasiswaan ITB baik di himpunan, unit, atau skala lain.
INKM mendatang juga harus menjamin bahwa peserta yang ikut adalah sejumlah besar mahasiswa baru ITB. Acara harus dikemas dengan menarik dan tidak membosankan, agar semua peserta memiliki motivasi untuk ikut. Dan yang terakhir, segala bentuk kaderisasi penerimaan mahasiswa baru seperti INKM, kaderisasi fakultas, dan PPAB tiap himpunan (osjur) harus dilegalkan.
Untuk sebuah badan yang bernama Tim Beasiswa, massa menuntut diberitahu secara jelas, makhluk apakah Tim Beasiswa itu? Kerjasama dengan alumni perlu sekali diusahakan, salah satunya berguna untuk memotong jalur birokrasi yang dirasa rumit oleh teman-teman yang pernah berurusan dengan Tim Beasiswa.
Titipan bagi rekan kita di MWA: perbanyak kursi untuk calon-calon mahasiswa yang berkualitas namun tidak mampu secara ekonomi. Dengan kondisi uang masuk USM semahal ini, rasanya cukup beralasan jika massa mengusulkan perbandingan jatah USM vs SPMB sebesar 1:1.
Stimulus untuk iklim keprofesian harus ditingkatkan untuk tiap prodi. Tidak perlu dalam satu proker tersendiri, pendekatan kultural mungkin lebih efektif. Koordinasi dengan dosen dirasa masuk akal dan perlu dicoba, karena merekalah yang lebih mengerti keprofesian.
Perubahan terlalu signifikan dari kepengurusan lama kurang dikehendaki karena akan menyita tenaga. Massa meminta agar poin-poin yang sudah bagus dan tidak terlalu mendesak untuk diubah agar tidak diutak-atik lagi, termasuk Gerakan Kebangkitan Nasional dan jargon KM-ITB Milik Semua!
Poin terakhir, dan salah satu yang paling krusial, adalah bagaimana sang Presiden, anggota MWA, dan para stafnya membawa citra KM-ITB ke massa kampus itu sendiri. Harus disadari bahwa untuk sebagian besar massa kampus, kemahasiswaan terpusat itu identik dengan beberapa hal yang kurang baik, di antaranya: rapat tidak efektif, lama, tidak terfokus pada tujuan, dan selalu berputar di hal yang tidak perlu. Kesemuanya itu harus diakui benar oleh pemegang tampuk kepemimpinan kemahasiswaan terpusat dengan besar hati dan tidak defensif dalam menyikapi opini massa ini. Lebih penting lagi, budaya yang berlawanan dengan hal-hal kurang baik di atas harus dipupuk: rapat efektif, singkat namun jelas, fokus pada inti permasalahan, dan utamakan selesai rapat dengan cepat namun mencapai sasaran. Ingat kawan, waktu adalah sumber daya alam tak terbarukan. Minyak bumi 100 juta tahun lagi masih bisa regenerasi, namun waktu tak dapat diputar kembali. Kalau mahasiswa ITB, garda terdepan kemahasiswaan Indonesia, tidak bisa mengatur waktunya dengan efektif... kapan Indonesia tersenyum? Budayakan tepat waktu untuk segala kegiatan.
Orang juga sering melihat kemahasiswaan terpusat identik dengan ajang pamer perseorangan. Seseorang turut berpartisipasi karena ingin dikenal, karena ingin dianggap hebat. Hal ini yang membuat forum seringkali berlarut-larut karena setiap orang ingin pendapatnya didengar, meskipun tak jarang inti perkataannya sama dengan orang-orang yang berbicara sebelum dirinya. Kembali lagi efisiensi waktu menjadi tanda tanya besar. Maka itu, tuluslah mengabdi. Itu hakikat kita sebagai mahasiswa.
Massa menginginkan KM untuk bersuara lantang ke luar, kalau bisa dengan publikasi bombastis lewat media massa. Hal ini selain memiliki tujuan eksternal, juga sebagai deklarasi ke dalam kampus ITB bahwa ada sebuah wadah persatuan mahasiswa bernama KM-ITB yang mewadahi kita-kita. Yang terakhir, proker sebisa mungkin dibuat yang menarik dan aspiratif. Jangan untuk orang-orang tertentu yang itu-itu saja. Ingat, kita semua KM-ITB, dan sebisa mungkin proker adalah untuk kita semua, untuk KM-ITB.
Terakhir... kami ingin mengucapkan selamat bertugas kepada rekan-rekan kami, Ridwansyah Yusuf Achmad sebagai Presiden KM, dan Benny Nafariza sebagai anggota MWA wakil mahasiswa. Kami percayakan arah gerak kemahasiswaan kami setahun ke depan, jangan sia-siakan itu...
Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - Merdeka!
.

Hal terpenting yang disorot oleh massa HIMATEK adalah informasi. Informasi harus menjadi prioritas utama KM-ITB, ketika keterlibatan seluruh massa secara 100% kurang realistis, minimal 100% mahasiswa ITB mengetahui apa pekerjaan KM-ITB dan ke mana arah geraknya sekarang. Cara paling efektif untuk menyebarkan informasi itu antara lain:
- Sosialisasi dari mulut ke mulut adalah hal yang paling ampuh, menghilangkan kesan kaku, formal, dan eksklusif. Hal ini dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki informasi kepada teman dekat masing-masing.
- Sosialisasi dari mulut ke mulut juga dapat menjadi sarana penyampaian yang bebas 'bahasa dewa' yang berbelit-belit dan monoton, yang selama ini identik dengan kemahasiswaan terpusat di mata beberapa orang.
- Presiden KM dan kabinetnya, juga anggota MWA wakil mahasiswa dan timnya, (alias Ucup-Benny dkk) harus sering-sering mengunjungi himpunan dan mengajak bicara semua orang secara informal, untuk menimbulkan rasa kedekatan dan keterikatan orang. Tak kenal maka tak sayang, toh?
Ada yang mengeluhkan manajemen sumber daya oleh Kabinet KM-ITB yang selalu meminta orang untuk kepanitiaan, satgas, ataupun badan tertentu. Keluhannya adalah job desc pekerjaan yang dimaksud seringkali tidak diberikan sehingga kita hanya mengirim orang dan pada akhirnya terbengkalai sehingga orang tersebut tersia-siakan tenaganya dan malah cenderung berpikiran negatif terhadap kinerja Kabinet KM-ITB. Ada pula yang mengatakan bahwa kegiatan terpusat harus berbeda dengan himpunan, yaitu skala lebih besar, karena potensi KM-ITB khususnya Kabinet terlalu besar untuk mengadakan acara skala himpunan atau unit saja.
Mengenai hubungan kabinet dan himpunan, diharapkan Kabinet dapat mengadakan acara yang merupakan hasil koordinasi antar himpunan (tidak perlu ada pembentukan panitia khusus dari Kabinet). Kegiatan GFD yang diadakan bersama HIMATEK, HMTL, NYMPHAEA, U-GREEN dan GANESHA HIJAU dari Kabinet merupakan contoh yang masih dapat diperbaiki. Mengenai hubungan kabinet dan unit, diharapkan bahwa ketika mengadakan acara bersama diharapkan Kabinet menghilangkan kesan superioritas dan menunjukkan profesionalitas (ini didapat dari keluhan panitia Olimpiade dari unit).
Mengenai hubungan ke rektorat, KM-ITB harus mensinkronkan arah gerak dengan arah gerak ITB, yaitu menjadikan ITB world-class university. Untuk itu, KM-ITB diharuskan sering berdialog dengan pihak ITB agar dapat mengerti, apa bagian yang dapat dikerjakan KM-ITB untuk membantu terwujudnya visi ITB tersebut. Dengan demikian, pergerakan KM-ITB tidak terkesan sporadis dan berubah tiap kepengurusan tanpa arah yang benar-benar jelas, namun memiliki satu visi ke depan yang kuat.
Dari hasil polling ada 4 hal yang menarik:
1. 66% beraktivitas di himpunan dan hanya 9% di kemahasiswaan terpusat. Dari data, dapat disimpulkan bahwa pergerakan KM ITB berpotensi digunakan untuk mengkoordinir acara-acara himpunan dibanding mengadakan acara sendiri (lihat di atas).
2. Diskusi dan kajian merupakan hal yang paling tidak diminati (17%). Untuk mengatasinya, diskusi dan kajian harus dibuat lebih menarik dan mengena.
3. Hanya 1% yang ingin jadi politisi, PNS, dan birokrat; 56% merasa mahasiswa ITB apatis terhadap kepentingan rakyat, bangsa, dan negara. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak tertarik pada politik dan pemerintahan.
4. Kebanyakan merasa mahasiswa ITB eksklusif (58%) dan sebagian besar karena alasan akademis; dan alasan utama kenapa harus berkontribusi terhadap bangsa dan negara adalah peran sebagai insan akademis (46%). Dapat dilihat bahwa keakademisan ini harus dijadikan senjata untuk berjuang, bukan menjadi hambatan.
Mengenai dana kemahasiswaan, yang terutama dituntut adalah transparansi dan publikasi besar-besaran. Kabinet sebagai pemegang dana hendaknya memberi dana lebih besar kepada himpunan atau unit yang berkembang, terutama yang berhasil mengembangkan keprofesiannya. Selain untuk insentif, hal itu juga berguna untuk membiayai pengembangan keprofesian.
INFORMASI, lagi-lagi menjadi hal yang utama untuk isu-isu eksternal. Massa kampus menuntut tahu setiap isu eksternal yang selama ini hanya diketahui jajaran tertentu saja. Bagaimana kita mau menyatakan sikap kepada UU BHP atau memberi saran tentang penyelamatan BakSil kalau yang tahu hanya segelintir orang, dan orang-orang yang sebenarnya dapat memberi masukan malah tidak mendapatkan informasi?
Untuk acara paling vital, yang seringkali dijadikan pangkal segala masalah kemahasiswaan kita: penyambutan mahasiswa baru a.k.a. INKM. HIMATEK berpendapat bahwa tujuan INKM yang paling penting ada 2 dan keduanya WAJIB tercapai:
- Penyadaran mahasiswa baru terhadap wawasan kebangsaan. Sadarkan mereka kalau kita belajar di kampus ini, disubsidi uang rakyat, tidak untuk kepentingan kita secara individual. Kita di sini sebagai orang-orang terpilih memiliki kemampuan dan kewajiban untuk berbakti kepada bangsa dan negara, bukan cuma menikmati pendidikan murah berkualitas lalu kabur. Ilmu yang kita pelajari di kuliah, difokuskan agar kita dapat menghasilkan sesuatu bagi negara kita; melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
- Penyadaran bahwa gerakan kemahasiswaan di kampus kita adalah gerakan mahasiswa yang solutif seperti dideskripsikan di atas. Hal ini untuk mencegah mahasiswa baru ITB terjebak stigma yang berlaku di media massa bahwa gerakan kemahasiswaan seringkali anarkis dan kerjanya demo saja, dan pada akhirnya mau bersama-sama berjalan dalam gerakan kemahasiswaan ITB baik di himpunan, unit, atau skala lain.
INKM mendatang juga harus menjamin bahwa peserta yang ikut adalah sejumlah besar mahasiswa baru ITB. Acara harus dikemas dengan menarik dan tidak membosankan, agar semua peserta memiliki motivasi untuk ikut. Dan yang terakhir, segala bentuk kaderisasi penerimaan mahasiswa baru seperti INKM, kaderisasi fakultas, dan PPAB tiap himpunan (osjur) harus dilegalkan.
Untuk sebuah badan yang bernama Tim Beasiswa, massa menuntut diberitahu secara jelas, makhluk apakah Tim Beasiswa itu? Kerjasama dengan alumni perlu sekali diusahakan, salah satunya berguna untuk memotong jalur birokrasi yang dirasa rumit oleh teman-teman yang pernah berurusan dengan Tim Beasiswa.
Titipan bagi rekan kita di MWA: perbanyak kursi untuk calon-calon mahasiswa yang berkualitas namun tidak mampu secara ekonomi. Dengan kondisi uang masuk USM semahal ini, rasanya cukup beralasan jika massa mengusulkan perbandingan jatah USM vs SPMB sebesar 1:1.
Stimulus untuk iklim keprofesian harus ditingkatkan untuk tiap prodi. Tidak perlu dalam satu proker tersendiri, pendekatan kultural mungkin lebih efektif. Koordinasi dengan dosen dirasa masuk akal dan perlu dicoba, karena merekalah yang lebih mengerti keprofesian.
Perubahan terlalu signifikan dari kepengurusan lama kurang dikehendaki karena akan menyita tenaga. Massa meminta agar poin-poin yang sudah bagus dan tidak terlalu mendesak untuk diubah agar tidak diutak-atik lagi, termasuk Gerakan Kebangkitan Nasional dan jargon KM-ITB Milik Semua!
Poin terakhir, dan salah satu yang paling krusial, adalah bagaimana sang Presiden, anggota MWA, dan para stafnya membawa citra KM-ITB ke massa kampus itu sendiri. Harus disadari bahwa untuk sebagian besar massa kampus, kemahasiswaan terpusat itu identik dengan beberapa hal yang kurang baik, di antaranya: rapat tidak efektif, lama, tidak terfokus pada tujuan, dan selalu berputar di hal yang tidak perlu. Kesemuanya itu harus diakui benar oleh pemegang tampuk kepemimpinan kemahasiswaan terpusat dengan besar hati dan tidak defensif dalam menyikapi opini massa ini. Lebih penting lagi, budaya yang berlawanan dengan hal-hal kurang baik di atas harus dipupuk: rapat efektif, singkat namun jelas, fokus pada inti permasalahan, dan utamakan selesai rapat dengan cepat namun mencapai sasaran. Ingat kawan, waktu adalah sumber daya alam tak terbarukan. Minyak bumi 100 juta tahun lagi masih bisa regenerasi, namun waktu tak dapat diputar kembali. Kalau mahasiswa ITB, garda terdepan kemahasiswaan Indonesia, tidak bisa mengatur waktunya dengan efektif... kapan Indonesia tersenyum? Budayakan tepat waktu untuk segala kegiatan.
Orang juga sering melihat kemahasiswaan terpusat identik dengan ajang pamer perseorangan. Seseorang turut berpartisipasi karena ingin dikenal, karena ingin dianggap hebat. Hal ini yang membuat forum seringkali berlarut-larut karena setiap orang ingin pendapatnya didengar, meskipun tak jarang inti perkataannya sama dengan orang-orang yang berbicara sebelum dirinya. Kembali lagi efisiensi waktu menjadi tanda tanya besar. Maka itu, tuluslah mengabdi. Itu hakikat kita sebagai mahasiswa.
Massa menginginkan KM untuk bersuara lantang ke luar, kalau bisa dengan publikasi bombastis lewat media massa. Hal ini selain memiliki tujuan eksternal, juga sebagai deklarasi ke dalam kampus ITB bahwa ada sebuah wadah persatuan mahasiswa bernama KM-ITB yang mewadahi kita-kita. Yang terakhir, proker sebisa mungkin dibuat yang menarik dan aspiratif. Jangan untuk orang-orang tertentu yang itu-itu saja. Ingat, kita semua KM-ITB, dan sebisa mungkin proker adalah untuk kita semua, untuk KM-ITB.
Terakhir... kami ingin mengucapkan selamat bertugas kepada rekan-rekan kami, Ridwansyah Yusuf Achmad sebagai Presiden KM, dan Benny Nafariza sebagai anggota MWA wakil mahasiswa. Kami percayakan arah gerak kemahasiswaan kami setahun ke depan, jangan sia-siakan itu...
Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - Merdeka!
.
Senin, 23 Maret 2009
Mentari
Sedang terinspirasi beberapa hal...........
Mentari - Iwan Abdurrachman
Mentari menyala di sini
Di sini, di dalam hatiku
Gemuruh apinya di sini
Di sini, di urat darahku
Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri sekitarku
Tak satu pun yang sanggup menghalangimu
Bernyala di dalam hatiku
Hari ini hari milikku
Juga esok masih terbentang
Dan mentari kan tetap bernyala
Di sini, di urat darahku
Jangan biarkan tembok-tembok tinggi dan pagar-pagar berlapis duri di jurusan TK ini menghalangi sang mentari bernyala dalam hati kita, kawan.
Ha ha ha. (duh, padahal besok labtek, malah ngeblog)
Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater
Merdeka!
.
Mentari - Iwan Abdurrachman
Mentari menyala di sini
Di sini, di dalam hatiku
Gemuruh apinya di sini
Di sini, di urat darahku
Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri sekitarku
Tak satu pun yang sanggup menghalangimu
Bernyala di dalam hatiku
Hari ini hari milikku
Juga esok masih terbentang
Dan mentari kan tetap bernyala
Di sini, di urat darahku
Jangan biarkan tembok-tembok tinggi dan pagar-pagar berlapis duri di jurusan TK ini menghalangi sang mentari bernyala dalam hati kita, kawan.
Ha ha ha. (duh, padahal besok labtek, malah ngeblog)
Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater
Merdeka!
.
Senin, 23 Februari 2009
Pride
Gw bangga jadi warga negara Indonesia; negara kepulauan terbesar di dunia, terkenal akan sumber daya alamnya yang melimpah, keanekaragaman budaya, hayati, dan geografi yang termasuk paling tinggi di dunia, dan dasar negaranya yang merupakan ideologi paling ideal di dunia.
Gw bangga dilahirkan di Bogor; sebuah kota yang dekat dengan ibukota namun tidak sebising dan sekotor ibukota, memiliki Kebun Raya yang terlengkap di dunia, dan terkenal dengan hujan campur geledeknya yang aduhai.
Gw bangga pernah bersekolah di Regina Pacis; sekolahan terbaik di kotanya, dengan sejarah yang besar, di mana siswa-siswanya dididik dalam mental disiplin dan kerja keras.
Gw bangga dengan almamater gw, Institut Teknologi Bandung; universitas terbaik di Indonesia, tempat putra-putri terbaik bangsa dihasilkan, tempat putra-putri terbaik bangsa berinteraksi satu sama lain dalam menuntut ilmu dan membina kepribadian yang baik, universitas di mana pola gerakan mahasiswanya tidak semata anarki dan demonstrasi namun lebih kepada solusi.
Gw bangga berada di jurusan Teknik Kimia; salah satu jurusan dengan passing grade dan rata-rata nilai terbaik di kampusnya dan di Indonesia, di mana anak-anaknya bukan saja memiliki prestasi dan orientasi akademis yang tinggi namun juga memiliki mental kerja dan standar keberhasilan yang tinggi.
Gw bangga dengan jalur pilihan gw, Teknologi Bioproses; di mana gw mempelajari bahwa biokatalis melaksanakan reaksi jauh lebih cepat dan lebih spesifik dibanding katalis konvensional, serta industrinya menghasilkan produk dengan kuantitas sedikit namun bernilai tinggi, seperti layaknya mahasiswa-mahasiswanya (;P).
Gw bangga dengan tim bola yang gw dukung sejak umur 9 tahun, A.C. Milan; klub terbaik dunia dengan 18 gelar internasional yang belum ada yang menandingi, dalam sejarahnya memiliki 8 orang peraih Balon d'Or, stadion terbesar di Italia, jiwa kekeluargaannya yang tinggi, ditambah lagi sekarang dalam skuadnya memiliki seorang pemegang rekor caps timnas Italia dan seorang pemain terbaik dunia.
Gw bangga dengan para leluhur gw; manusia-manusia yang telah menempuh perjalanan keras dari tanah airnya ke tanah baru yang tak mereka kenal, kemudian dapat tinggal dan bertahan hidup di tanah baru itu, bahkan memberikan banyak kontribusi terhadap kemajuannya.
Gw bangga dengan keluarga gw; almarhum bokap yang selalu bisa ngasih solusi buat masalah apapun yang gw hadapi, nyokap yang menurut gw nggak ada hal yang nggak bisa dia lakukan, adik lelaki gw yang selalu mengikuti Tuhan dengan sungguh-sungguh, adik perempuan gw yang selalu berpikir dan bertindak lebih dewasa dari teman-teman seusianya, dan gw nggak bakal pernah menukar mereka dengan siapapun.
Gw bangga punya Tuhan seperti DIA; yang rela mati demi dosa-dosa gw dan kalian, yang memberikan keselamatan selama kita mau percaya padaNya, kasihNya yang tak terbatas, kedekatanNya dengan hidup gw, dan semua sifatNya yang nggak bakal muat dituliskan di sini.
Semua uraian di atas bukanlah SEBAB kenapa gw bangga sama hal-hal yang gw sebutkan.
Tetapi justru sebaliknya...
Kebanggaan gw terhadap hal-hal tersebut adalah SEBAB kenapa gw menuliskan semua uraian di atas.
Tentang kenapa gw bisa bangga sama hal-hal tersebut, jawabannya karena mereka adalah identitas gw.
Jika bukan gw yang bangga, lalu siapa lagi?
.
Gw bangga dilahirkan di Bogor; sebuah kota yang dekat dengan ibukota namun tidak sebising dan sekotor ibukota, memiliki Kebun Raya yang terlengkap di dunia, dan terkenal dengan hujan campur geledeknya yang aduhai.
Gw bangga pernah bersekolah di Regina Pacis; sekolahan terbaik di kotanya, dengan sejarah yang besar, di mana siswa-siswanya dididik dalam mental disiplin dan kerja keras.
Gw bangga dengan almamater gw, Institut Teknologi Bandung; universitas terbaik di Indonesia, tempat putra-putri terbaik bangsa dihasilkan, tempat putra-putri terbaik bangsa berinteraksi satu sama lain dalam menuntut ilmu dan membina kepribadian yang baik, universitas di mana pola gerakan mahasiswanya tidak semata anarki dan demonstrasi namun lebih kepada solusi.
Gw bangga berada di jurusan Teknik Kimia; salah satu jurusan dengan passing grade dan rata-rata nilai terbaik di kampusnya dan di Indonesia, di mana anak-anaknya bukan saja memiliki prestasi dan orientasi akademis yang tinggi namun juga memiliki mental kerja dan standar keberhasilan yang tinggi.
Gw bangga dengan jalur pilihan gw, Teknologi Bioproses; di mana gw mempelajari bahwa biokatalis melaksanakan reaksi jauh lebih cepat dan lebih spesifik dibanding katalis konvensional, serta industrinya menghasilkan produk dengan kuantitas sedikit namun bernilai tinggi, seperti layaknya mahasiswa-mahasiswanya (;P).
Gw bangga dengan tim bola yang gw dukung sejak umur 9 tahun, A.C. Milan; klub terbaik dunia dengan 18 gelar internasional yang belum ada yang menandingi, dalam sejarahnya memiliki 8 orang peraih Balon d'Or, stadion terbesar di Italia, jiwa kekeluargaannya yang tinggi, ditambah lagi sekarang dalam skuadnya memiliki seorang pemegang rekor caps timnas Italia dan seorang pemain terbaik dunia.
Gw bangga dengan para leluhur gw; manusia-manusia yang telah menempuh perjalanan keras dari tanah airnya ke tanah baru yang tak mereka kenal, kemudian dapat tinggal dan bertahan hidup di tanah baru itu, bahkan memberikan banyak kontribusi terhadap kemajuannya.
Gw bangga dengan keluarga gw; almarhum bokap yang selalu bisa ngasih solusi buat masalah apapun yang gw hadapi, nyokap yang menurut gw nggak ada hal yang nggak bisa dia lakukan, adik lelaki gw yang selalu mengikuti Tuhan dengan sungguh-sungguh, adik perempuan gw yang selalu berpikir dan bertindak lebih dewasa dari teman-teman seusianya, dan gw nggak bakal pernah menukar mereka dengan siapapun.
Gw bangga punya Tuhan seperti DIA; yang rela mati demi dosa-dosa gw dan kalian, yang memberikan keselamatan selama kita mau percaya padaNya, kasihNya yang tak terbatas, kedekatanNya dengan hidup gw, dan semua sifatNya yang nggak bakal muat dituliskan di sini.
Semua uraian di atas bukanlah SEBAB kenapa gw bangga sama hal-hal yang gw sebutkan.
Tetapi justru sebaliknya...
Kebanggaan gw terhadap hal-hal tersebut adalah SEBAB kenapa gw menuliskan semua uraian di atas.
Tentang kenapa gw bisa bangga sama hal-hal tersebut, jawabannya karena mereka adalah identitas gw.
Jika bukan gw yang bangga, lalu siapa lagi?
.
Selasa, 02 Desember 2008
Curahan Hati Senator: Kepada Massa Kampus yang Merasa Bukan KM, dan Kepada Segelintir Kaum Elit
Ini jam 11 malam. Gw harus beresin slide prosmet sekarang. Dan gw baru pulang rapat internalisasi memorandum I Kongres kepada Kabinet, yang sampai sekarang belum beres. Gw tinggal karena gw merasa bertanggung jawab kepada kedua rekan sekelompok gw yang sekarang lagi mati-matian nginep di labtek atau lagi ngerjain laporan.
Dan jujur gw emosi.
Pangkal masalahnya adalah penilaian LPJ tengah tahun Kabinet oleh Kongres...
Stop. Stop.
Kabinet KM itu : pemerintahan kampus. Presiden KM, menteri-menteri, dan staf-staf menterinya. Yang oleh massa kebanyakan sering dipendekin dengan sebutan 'KM' doank.
Kongres KM itu : badan tertinggi kampus. Anggotanya dinamakan Senator. Dianggap perwakilan seluruh massa kampus. Bertugas utama mengawasi kinerja Kabinet.
Lanjut.
Yang bikin gw kesel...
Tanyakan kepada seorang Menteri atau Senator, apa beda Kabinet dan Kongres. Lancar lah mereka menjelaskan, mungkin dengan sedikit 'tambahan-tambahan' lain.
....
Padahal kita lihat...
B (salah seorang menteri) : pergi dulu ya, mau rapat kementerian.
X (mahasiswa random) : oo, rapat KM.
A (senator) : pergi dulu ya, mau rapat kongres.
X (mahasiswa random) : oo, rapat KM.
Hai orang-orang yang ada di 'atas'...
Buat yang menganggap diri adalah anggota lembaga-lembaga 'tertinggi' kemahasiswaan ITB (paling nggak secara konsepsi, benar lembaga tertinggi), dan itu berarti termasuk gw sebagai Senator...
Tolong jangan dipungkiri kalau tingkat apatisme masyarakat kampus terhadap KITA itu rendah!!!
Dan kalau keadaannya selamanya kayak gini, kalau pola pikir 'elit'nya masih tetap seperti ini, maka KM-ITB hanya tetap akan menjadi milik segelintir orang yang peduli, bukan milik semua anggotanya, yang menurut Konsepsi adalah SELURUH MAHASISWA ITB!!!
Jadi tolong PIKIR saat mengatasnamakan MASSA KAMPUS! Senator ngomong di rapat opini siapa? Opini pribadi? Opini BPA? Opini Kahim? Opini lembaga? Benar opini massa? Atau bisikan gaib?
Kerja samalah. Kerja sama! Rangkul seluruh massa kampus! Tunjukkan kalau kita ini satu KM-ITB! KM-ITB itu kita SEMUA, bukan cuma segelintir 'elit' yang tiap formas ngumpul di basement CC Barat, bukan cuma Presiden KM, Menteri, Senator, Kahim, Ketua Unit, dan konco-konconya!
KM-ITB itu mahasiwa-mahasiswa yang nongkrong di lapangan basket. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa yang main kartu di sekre unit dan himpunan. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa yang mangkal di laboratorium. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa yang ngobrol-ngobrol sambil ngerokok di warung belakang. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa yang kuliah-pulang-kuliah-pulang. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa yang nggak jelas di mana tempatnya dan terancam DO karena sering bolos. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa S1 ITB yang belum gw sebut apa aja kegiatan hariannya seperti di atas.
Untuk saat ini, Kabinet-lah ujung tombaknya! Pendobraknya! Dan Kongres-lah pemegang tombaknya! Mengarahkan ke mana ujung tombak harus dihunjamkan!
Kita ini satu tim! Tombaknya KM-ITB! Dan kalau ada yang salah, harusnya malu bersama! Kabinet dinilai apa, itu tanggung jawab Kongres juga, sudahkah mengawasi dengan optimal?! Jangan ada yang merasa superior di atas yang lain. Kongres jangan, meskipun secara konsepsi ya. Apalagi Kabinet, TIDAK.
Jangan ada gengsi. Kita ini satu tim. Rangkul massa kampus. Tuluslah menjadi aktivis, bukan karena ingin menaikkan citra pribadi. Kalau memang menganggap diri 'elit' atau lebih dari yang lain, mari kita berjuang bersama untuk KM-ITB yang lebih baik. Bakar habis semua birokrasi, masukkan ke incinerator, kerja sama, kerja sama, kerja sama untuk KM-ITB yang lebih baik.
Apa itu KM-ITB yang lebih baik? Tunjukkan kalau KM-ITB memang menjadi milik SEMUA YANG SEHARUSNYA MEMILIKINYA.
Dan kalau ada yang tersinggung atas tulisan gw ini, gw hanya bisa bilang: balik ke massa. Tolong membumi. Lihat apa kata orang tentang KM-ITB. Pikir citra orang tentang KM-ITB.
*kesal mode: ON*
.
Dan jujur gw emosi.
Pangkal masalahnya adalah penilaian LPJ tengah tahun Kabinet oleh Kongres...
Stop. Stop.
Kabinet KM itu : pemerintahan kampus. Presiden KM, menteri-menteri, dan staf-staf menterinya. Yang oleh massa kebanyakan sering dipendekin dengan sebutan 'KM' doank.
Kongres KM itu : badan tertinggi kampus. Anggotanya dinamakan Senator. Dianggap perwakilan seluruh massa kampus. Bertugas utama mengawasi kinerja Kabinet.
Lanjut.
Yang bikin gw kesel...
Tanyakan kepada seorang Menteri atau Senator, apa beda Kabinet dan Kongres. Lancar lah mereka menjelaskan, mungkin dengan sedikit 'tambahan-tambahan' lain.
....
Padahal kita lihat...
B (salah seorang menteri) : pergi dulu ya, mau rapat kementerian.
X (mahasiswa random) : oo, rapat KM.
A (senator) : pergi dulu ya, mau rapat kongres.
X (mahasiswa random) : oo, rapat KM.
Hai orang-orang yang ada di 'atas'...
Buat yang menganggap diri adalah anggota lembaga-lembaga 'tertinggi' kemahasiswaan ITB (paling nggak secara konsepsi, benar lembaga tertinggi), dan itu berarti termasuk gw sebagai Senator...
Tolong jangan dipungkiri kalau tingkat apatisme masyarakat kampus terhadap KITA itu rendah!!!
Dan kalau keadaannya selamanya kayak gini, kalau pola pikir 'elit'nya masih tetap seperti ini, maka KM-ITB hanya tetap akan menjadi milik segelintir orang yang peduli, bukan milik semua anggotanya, yang menurut Konsepsi adalah SELURUH MAHASISWA ITB!!!
Jadi tolong PIKIR saat mengatasnamakan MASSA KAMPUS! Senator ngomong di rapat opini siapa? Opini pribadi? Opini BPA? Opini Kahim? Opini lembaga? Benar opini massa? Atau bisikan gaib?
Kerja samalah. Kerja sama! Rangkul seluruh massa kampus! Tunjukkan kalau kita ini satu KM-ITB! KM-ITB itu kita SEMUA, bukan cuma segelintir 'elit' yang tiap formas ngumpul di basement CC Barat, bukan cuma Presiden KM, Menteri, Senator, Kahim, Ketua Unit, dan konco-konconya!
KM-ITB itu mahasiwa-mahasiswa yang nongkrong di lapangan basket. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa yang main kartu di sekre unit dan himpunan. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa yang mangkal di laboratorium. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa yang ngobrol-ngobrol sambil ngerokok di warung belakang. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa yang kuliah-pulang-kuliah-pulang. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa yang nggak jelas di mana tempatnya dan terancam DO karena sering bolos. KM-ITB itu mahasiswa-mahasiswa S1 ITB yang belum gw sebut apa aja kegiatan hariannya seperti di atas.
Untuk saat ini, Kabinet-lah ujung tombaknya! Pendobraknya! Dan Kongres-lah pemegang tombaknya! Mengarahkan ke mana ujung tombak harus dihunjamkan!
Kita ini satu tim! Tombaknya KM-ITB! Dan kalau ada yang salah, harusnya malu bersama! Kabinet dinilai apa, itu tanggung jawab Kongres juga, sudahkah mengawasi dengan optimal?! Jangan ada yang merasa superior di atas yang lain. Kongres jangan, meskipun secara konsepsi ya. Apalagi Kabinet, TIDAK.
Jangan ada gengsi. Kita ini satu tim. Rangkul massa kampus. Tuluslah menjadi aktivis, bukan karena ingin menaikkan citra pribadi. Kalau memang menganggap diri 'elit' atau lebih dari yang lain, mari kita berjuang bersama untuk KM-ITB yang lebih baik. Bakar habis semua birokrasi, masukkan ke incinerator, kerja sama, kerja sama, kerja sama untuk KM-ITB yang lebih baik.
Apa itu KM-ITB yang lebih baik? Tunjukkan kalau KM-ITB memang menjadi milik SEMUA YANG SEHARUSNYA MEMILIKINYA.
Dan kalau ada yang tersinggung atas tulisan gw ini, gw hanya bisa bilang: balik ke massa. Tolong membumi. Lihat apa kata orang tentang KM-ITB. Pikir citra orang tentang KM-ITB.
*kesal mode: ON*
.
Langganan:
Postingan (Atom)