Senin, 27 Oktober 2008

n Reasons to Treasure Your Friends

Sedikit tulisan yg pernah gw buat untuk PDTK tanggal 5 Oktober 2007 yang lalu. Gw pas sekali menemukan tulisan ini di arsip gw saat gw merasa sendirian dan sedang berpikir sebenarnya apakah gw punya sahabat sejati, malah apakah gw sebenarnya pernah mengalami arti persahabatan itu sendiri.
_____________________________________________________________________

Apakah ada yang pernah mendengar atau mengetahui, apa sebenarnya arti ‘sahabat’ dalam konteks Kristiani? Jika hubungan kita dengan Tuhan sudah baik, masih perlukah ‘sahabat’? Dalam karya keselamatan Yesus Kristus, adakah tempat untuk ‘sahabat’? Jika ada, ‘sahabat’ yang seperti apa?

Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, friend is “person, not a relation, whom one knows and likes well.”. Pada intinya, syarat seorang ‘sahabat’ adalah orang yang dikenal baik dan disukai oleh diri kita. Ini berarti, setiap orang bisa menjadi ‘sahabat’ kita, tergantung pilihan kita sendiri. Tetapi, berapa banyak yang merupakan sahabat yang baik, sahabat sejati, sahabat tanpa tanda kutip?

Alkitab mencatat banyak kisah persahabatan yang erat, salah satu yang terkenal adalah Daud dan Yonatan. Namun, banyak kata ‘sahabat’ dipakai dalam Alkitab untuk konteks yang negatif. Contohnya saja, ‘sahabat’ yang hanya dekat saat keadaan senang saja (Amsal 14:20, 19:4-7), ‘sahabat’ yang suka menusuk dari belakang (Mazmur 41:10), dan yang paling terkenal adalah ‘sahabat’ yang justru membujuk kita untuk jauh dari Allah, yaitu 3 orang ‘sahabat’ Ayub. Dalam kehidupan keseharian kita, banyak orang yang ngakunya ‘sahabat’ tapi sering sekali berbuat begitu, kan?

Ada yang bilang, sulit sekali menemukan sahabat yang baik. Inilah sebabnya, mengapa sahabat yang baik itu penting. Ada beberapa kriteria sahabat yang baik dalam Alkitab. Amsal 17:17 mengatakan “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Inilah gunanya sahabat. Saat kita tertimpa masalah, ada sahabat yang mendampingi dan membantu. Di sini, sahabat merupakan alat Tuhan untuk memberikan pertolongan dalam kesusahan dan kelegaan dalam kesesakan.

Yesus Kristus dalam Yohanes 15:15 mengatakan “...Aku menyebut kamu sahabat, karena aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu.”. Sahabat adalah tempat kita menaruh kepercayaan, dalam kehidupan kita sehari-hari sahabat adalah tempat kita untuk ‘curhat’. Sahabat yang baik tentu tidak akan menceritakan rahasia temannya itu kepada orang-orang lain. Sudah lumrah, manusia membutuhkan tempat untuk berbagi cerita dalam keadaan apapun. Beberapa orang menyalurkannya melalui diary, blog, dll, tetapi kebanyakan orang memilih untuk menceritakan kepada orang yang dianggapnya sahabat. Keuntungannya, sahabat dapat mendengarkan, dan juga dapat memberi saran.

Sahabat adalah tempat kita berbagi kasih. Kasih adalah sesuatu yang unik. Jika dibagi-bagikan ke orang lain, kasih tidak berkurang tetapi malah bertambah. Berbagi kasih bersama sahabat, bersenang-senang di kala suka dan saling membantu di kala duka, akan membuat kita hidup dalam kasih, sebuah hidup yang lebih indah. Pada prinsipnya, itulah guna sahabat, yaitu pendamping di kala suka dan duka.

Yang paling indah, sahabat itu adalah orang yang rela berkorban bagi kita. Sebuah ayat terkenal, Yohanes 15:13 berkata “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”. Betapa indah dan hebatnya kasih seorang sahabat. Tentu saja, ayat ini merujuk kepada Yesus Kristus, Sahabat yang Agung, yang rela memberikan nyawaNya bagi kita. Namun, ayat ini secara implisit dapat berlaku juga bagi manusia. Sahabat sejati yang rela berkorban. Mengapa perumpamaan yang dipakai adalah ‘nyawa’? ‘Nyawa’ di sini dipakai untuk menggambarkan pengorbanan yang tulus dan tanpa pamrih, tidak mengharapkan balasan. Jikalau kita berkorban nyawa, sudah jelas kita tidak mengharapkan balasan, kan? Balasan apa yang kita harapkan diberikan kepada kita, kalau kita sudah mati? Nah, pengorbanan sahabat sejati pun harus seperti itu, yaitu tidak memperhitungkan balasan, tetapi semata-mata karena ingin memberi yang terbaik kepada sahabatnya.

Masih banyak lagi alasan-alasan mengapa sahabat itu penting (coba pikirkan lagi...). Dari beberapa uraian di atas, kita sudah sadar kan apa saja pentingnya sahabat? Enak sekali kan kalau punya sahabat, apalagi kalau punya banyak sahabat? Terlebih lagi pada bagian ‘rela berkorban’ tadi. Wow... enak sekali kalau banyak orang yang rela berkorban untuk kita... iya kan? Tetapi ada hal lain yang lebih penting dari itu.

Ada yang bilang, sahabat yang baik susah dicari, maka itu berbahagialah orang yang telah MENDAPAT sahabat yang baik. TETAPI, lebih berbahagia lagi orang yang telah MENJADI sahabat yang baik! Mungkin teman-teman sudah memiliki sahabat-sahabat yang baik, yang siap mendengarkan cerita teman-teman, yang mau berkorban untuk teman-teman, yang membantu teman-teman saat dalam masalah... tetapi, sudahkah teman-teman menjadi sahabat yang baik untuk mereka? Apakah teman-teman sudah mau mendengarkan cerita-cerita mereka, membantu mereka saat mereka dalam masalah, mau berkorban untuk mereka...? Sepantasnyalah teman-teman juga menjadi sahabat yang baik. Jika teman-teman belum merasa memiliki sahabat baik, mulailah dengan menjadi sahabat yang baik bagi orang lain. Teman-teman sudah mengetahui apa pentingnya seorang sahabat, dan merasakan kebutuhan akan seorang sahabat. Orang lain pasti juga merasakannya. Maka itu, tema-teman pasti mengerti, mengapa kita harus menjadi sahabat yang baik.

Jadi, sudahkah teman-teman mengetahui berapa nilai ‘n’ yang kita dapat hari ini?

_____________________________________________________________________

Well, who am I to talk like this? A Greek philosopher once said "It is easier to die for your friends; the harder part is to find a friend that is worthy to die for". Still, in this untrustworthy, full-of-treacherous-friends real world, God will never leave me.

Ein feste burg is unser Gott, ein gutte wehr und waffen.

Tidak ada komentar: