Kamis, 06 Juni 2013

Hidup Itu Hanya Sekali

Banyak yang bilang, hidup itu hanya sekali.

Banyak yang bilang, karena hidup hanya sekali, puaskanlah diri.

Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, tidak usah peduli apa yang orang lain katakan atau apa yang orang lain harapkan dari dirimu.

Pragmatisme abad postmodern ini bergema di segenap pelosok dunia dalam wujud-wujud yang paling halus dan manis. Be yourself. We cannot please everybody. Living life to the fullest. I have my way, you have yours, let's respect that. Yang mudah sekali dibengkokkan menjadi bersenang-senanglah dengan hidupmu, persetan dengan orang lain.

Namun ketika kita diberi anugerah Tuhan, baik itu bakat maupun kesempatan, untuk berbuat lebih, apakah pantas kita meninggalkannya? Anugerah yang diberikan agar kita dapat menjadi saluran berkat. Bermanfaat bagi orang lain, orang banyak, bagi dunia.Yang oleh filosofi pragmatisme kerap dicap sebagai "being somebody you don't want to be, living a life of someone else".

Ingin menjadi bermanfaat bagi orang lain, seharusnya memang bukan hanya dari paksaan publik. "Jadilah diri sendiri", "lakukan apa yang kau senangi", tidak harus selalu berarti mengejar kebahagiaan material ataupun hura-hura yang egoistis. Orang tidak berbuat baik atau produktif bagi orang banyak hanya karena disuruh, dipaksa, ditekan, atau dibayar dengan uang seperti budaya saat ini.

Ingin menjadi bermanfaat bagi orang lain, tumbuh dari kesadaran diri, rasa syukur atas anugerah yang diberikan Tuhan sebagai kehormatan untuk berbuat lebih, dan rasa belas kasih pada sesama yang mendorong kita untuk bermanfaat bagi orang lain dan dunia.

------------

Adalah seorang Koesno Sosrodihardjo yang di kemudian hari terkenal dengan nama Soekarno. Keturunan bangsawan. Insinyur sipil pada umur 25 dari sekolah tinggi teknik pertama di negerinya, dan salah satu insinyur pertama yang dimiliki bangsanya. Dikenal sebagai pemuda yang dianugerahi otak jenius dan memori fotografik. Menguasai enam bahasa asing dan beberapa bahasa daerah. Pendeknya, jalan terbuka lebar baginya untuk mulai mengejar kesenangan dunia saat itu.

Pada umur 27 dia dijebloskan ke penjara oleh pemerintah.

Sejak itu hingga umurnya yang ke-40, 11 dari 13 tahun hidupnya dihabiskan dalam penjara dan pengasingan.

Apakah saat itu ia dicap sebagai orang gagal? Si jenius yang menghabiskan hampir seluruh masa-masa emasnya sebagai terpidana? Dianggap sebagai orang yang menyia-nyiakan hidupnya?

Orang ini, di kemudian hari, dengan perjuangannya, dengan pengorbanannya, telah berkontribusi pada kemerdekaan suatu bangsa yang besar, yang terbentang dari barat ke timur lima ribu kilometer lebarnya, dua juta kilometer persegi daratannya pada tujuh belas ribu pulaunya, dengan ratusan juta orang penduduknya.

Orang inilah satu dari sekian banyak orang yang 'mengorbankan'... tidak, mendayagunakan! Ya, mendayagunakan hidupnya bagi hidup orang lain, bukan satu dua orang lain, tapi satu bangsa, bangsanya yang kemudian merdeka. Dan setelah 11 tahun bangsanya itu merdeka, 11 tahun di mana akhirnya dia duduk di puncak sebagai pemimpin bangsanya, pada umurnya yang ke-55 dia berkata:




"Sungguh Tuhan hanya memberi hidup satu kepadaku,
tidak ada manusia mempunyai hidup dua atau hidup tiga.
Tetapi hidup satunya akan kuberikan,
insya Allah Subhanahuwata'ala, seratus persen
kepada pembangunan tanah air dan bangsa.
 

Dan... dan jikalau aku misalnya
diberikan dua hidup oleh Tuhan,
dua hidup ini pun akan aku persembahkan
kepada tanah air dan bangsa
.
"

Orang lain punya hidup hanya satu saja disayang-sayang, lah orang ini mau-maunya memberikan hidupnya satu-satunya kepada bangsanya, bahkan jika punya dua hidup, dua-duanya pun akan diberikan! Mengapa? Karena dia menjawab panggilan. Panggilan untuk mendayagunakan anugerah kelebihan yang diberikan, untuk bermanfaat bagi sesamanya, seluas-luasnya.

------------

Bung, dengan 69 tahun usiamu, engkau telah mengubah nasib hidup ratusan juta rakyat Indonesia; rakyat yang mungkin hingga saat ini berandai-andai atau bahkan berharap, bagaimana misalnya Bung Karno boleh memiliki dua hidup? Berikanlah ia hidup yang kedua saat ini, karena hidupnya yang kedua pun akan dipersembahkannya pada tanah air, dan tanah air ini masih butuh orang-orang sepertinya!

Tidak. Seperti diucapkannya, tidak ada orang diberi hidup dua atau tiga. Pembangunan hari ini bukan lagi tanggung jawab Soekarno. Pembangunan hari ini adalah tanggung jawab pemuda-pemuda hari ini, Soekarno-Soekarno zaman baru; pemuda-pemuda yang akan mendayagunakan umurnya, hidupnya, talenta dan kesempatan yang dimilikinya untuk orang-orang selain dirinya, untuk orang banyak, untuk kemajuan bangsanya.



Bogor, 6 Juni 2013
Selamat ulang tahun ke-112 wahai Putra Sang Fajar, Proklamator Tercinta, Presiden Pertama Republik Indonesia, Pahlawan Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.


Tidak ada komentar: