Rabu, 23 Desember 2009

Sungguh, Tidak Ada Ibu Seperti Ibuku

Tujuan pembuatan tulisan ini sebenarnya untuk mensukseskan program HIMATEK yang kebetulan jadi tanggung jawab divisi saya a.k.a. PSDA yaitu lomba dalam memperingati Hari Ibu... namun yang terutama, tulisan ini didedikasikan kepada sesosok makhluk mulia yang merupakan orang terpenting dalam hidup saya. Tulisan yang mengandung segenap kata-kata yang tidak pernah saya berani sampaikan ke hadapan beliau.

Tulisan yang meskipun dibuat untuk lomba, tidak dibuat untuk menang... namun dibuat untuk beliau. Untuk ibuku tercinta.

-------------------------------------------

Dari gubuk-gubuk Kibera hingga villa-villa Monte Carlo
Dari pedalaman Amazon hingga pencakar-pencakar langit Manhattan
Dari sengatan matahari Sahara hingga putihnya alam Siberia
Di seluruh tempat yang ada di dunia
Sungguh untukku, tidak ada ibu seperti ibuku

........

Ibuku, ibu yang serba bisa
Dari memasak sampai menjahitkan kancing
Dari membetulkan keran air sampai mengecat dinding
Bagi beliau, tidak ada yang tidak bisa dilakukan

Ibuku, yang kepadaku tidak pernah marah sekalipun
Tidak pernah, meskipun salahku bermacam-macam
Bahkan ketika aku berkali-kali meminta ampun
Beliau hanya bilang "Tidak apa-apa" lalu diam

Dan dalam diam itulah aku dibuat merasa bersalah

Ibuku, yang tidak pernah sekalipun berkata
"Besar uang sekolah adik-adikmu makin hari makin menggila
Sebaiknya kamu cepat selesaikan studi, langsung bekerja"
Meskipun aku tahu, itulah keadaan yang sesungguhnya
Malah ketika kuputuskan ingin mengambil program pascasarjana
Beliau hanya tersenyum dan berkata "Silakan saja"

Ibuku, yang selalu menghindar ketika kutanya besarnya penghasilan
Beliau hanya menyuruhku diam, dan berkata pelan
"Bukan urusanmu, yang penting kamu masih bisa makan"

Ibuku, yang jam lima pagi sudah berangkat ke kantor
Mengejar bus di terminal, tiap pagi dari Senin sampai Jumat
Tiga jam di jalanan ibukota, menghirup udara kotor
Dan hebatnya selalu sampai tujuan, dengan selamat

Ibuku, yang delapan jam bekerja berjerih payah
Hingga makan dan tidur pun seringkali terlupa
Tapi beliau juga ibuku, yang tak pernah lengah
Menjawab dengan cepat ketika aku meneleponnya

Ibuku, yang jam tujuh malam baru sampai di rumah
Terkadang malah jam sembilan atau sepuluh
Jarang sekali wajahnya tak terlihat lelah
Bahkan seringkali beliau pulang bermandi peluh

Ibuku, yang kuceritakan tentang beratnya duniaku kuliah
Dan kukeluhkan betapa lelah aku menjalaninya
Ibuku, yang kemudian hanya bisa tersenyum pasrah
Dan menunjuk setumpuk kertas kerja yang dibawanya

Sementara aku sampai larut malam asyik bermain internet
Dan ketika jam tiga dini hari aku pergi ke toilet
Kulihat ibuku di kamarnya, masih saja terjaga
Di hadapannya masih terhampar kertas-kertas kerja

Anak seperti apa yang takkan menangis melihatnya?
Anak seperti apa yang akan sampai hati tega
Melihat orangtuanya tidur tak sampai sejam sehari
Demi anak-anaknya bisa makan sesuap nasi
Dan itu terjadi hampir setiap hari!

Aku ingin, ingin sekali meminta
Agar ibuku berhenti saja bekerja
Agar aku yang menanggung beban keluarga
Agar aku yang kerja dengan gaji berpuluh-puluh juta
Agar ibuku bisa istirahat sepanjang hidupnya

Dan jangan kira tak pernah kusampaikan kepadanya
Dan jangan kira aku tak pernah menemukan jawabnya
Dan jawabnya hanya satu kalimat, kalimat retorika
Kalau beliau sekarang tak bekerja, aku mau makan apa?

Lemahnya aku, tidak berdaya, dan tidak berguna
Ah, aku ini anak macam apa...
Tuhan, jangan jadikan aku anak durhaka...

........

Sejak Alexander naik kuda hingga Neil Armstrong mengangkasa
Sejak hidupnya dinosaurus hingga majunya teknologi
Sejak zaman para dewa hingga zaman band Dewa
Sejak dahulu kala, sampai berjuta tahun lagi

Sungguh untukku...

tidak ada ibu seperti ibuku.




Buitenzorg, 23 Desember 2009
Alfonso

Selamat Hari Ibu...


.

Tidak ada komentar: