Kamis, 13 Agustus 2009

Apatisme Kemerdekaan, Bukan Sebuah Puisi

Kalau kita sudah merdeka
kita bisa bilang dengan bangga, katanya
kalau kita ini warga negara Indonesia
Nyatanya setelah merdeka
waktu tujuhbelasan masih saja ada
warga yang malas pasang bendera
Nyatanya setelah merdeka
tetap pula kudengar berita
pemuda-pemuda negeri kita
yang melancong di belahan dunia sana
tertunduk malu jika ditanya,
kamu dari mana
Salahkah mereka?
Salahkanlah tikus-tikus durjana
yang berkeliaran makan uang negara
dan membuat anak-anak bangsa
tak berani mengangkat kepala
dan dengan lantang berkata-kata
Aku orang Indonesia
Jika kita tak bisa berseru dengan bangga
tentang jati diri bangsa dan tanah air kita
pantaskah kita bilang kita sudah merdeka?


Kalau kita sudah merdeka
semua orang, katanya
punya hak yang sama
tak memandang apa suku bangsanya
maupun agama dan bahasanya
Nyatanya setelah merdeka
atlet yang mengharumkan nama bangsa
masih perlu minta surat pertanda
kalau mereka betul orang Indonesia
persis seperti jaman Belanda
di mana aturannya berbeda
untuk pribumi, Timur Asing, dan Eropa
Nyatanya setelah merdeka
orang mau menyembah Tuhannya
masih harus minta izin penguasa
yang bahkan waktu zaman penjajahan saja
tak perlu harus begitu adanya
Jika tak semua manusia sama di mata negara
bahkan di mata rekan-rekan sebangsa
pantaskah kita bilang kita sudah merdeka?


Kalau kita sudah merdeka
negara kita, katanya
yang ngurus ya kita-kita
sumber daya ya buat kita
dari kita, oleh kita, untuk kita
orang asing punya hak apa
Nyatanya setelah merdeka
hutanku digunduli Malaysia
pasirku diangkut Singapura
Amerika mengeruk emas dan tembaga
Thailand menjaring ikan di laut kita
Salahnya siapa? Salah mereka?
Nyatanya setelah merdeka
banyak Yamaha dan Honda di jalan raya
di rumah nonton Sony dan Toshiba
minumnya PEPSI dan Coca-cola
Salah siapa?
Apakah salah sarjana-sarjana kita
yang masih belum bisa
produksi motor, TV, dan minuman bersoda
Jika negara kita yang ngurus masih bukan kita
yang berkedaulatan masih bukan bangsa kita
pantaskah kita bilang kita sudah merdeka?


Kalau kita sudah merdeka
rakyat kita, katanya
bisa menuntut ilmu sepuasnya
tak dibatasi sampai sekolah menengah saja
dan kaum terpelajar akan jadi senjata
untuk Indonesia menggemparkan dunia
Nyatanya setelah merdeka
dukun dan peramal masih saja dipercaya
di sekolahan, nyontek masih jadi hal biasa
sekali keluar gosip, orang langsung percaya
mahasiswa yang demo, anarkisnya ke mana-mana
apakah itu semua tindak-tanduk kaum cendekia?
Sementara rakyat butuh lapangan kerja
perlindungan hukum dan kredit lunak untuk usaha
air bersih, internet, dan listrik masuk desa
flu burung dan flu babi merajalela
macet luar biasa berkat semrawutnya tata kota
dan berjuta masalah lainnya
di manakah para pemuda, para mahasiswa?
Di jalan-jalan raya ibukota, sibuk bergaya?
Atau berlagak sok jagoan di forum-forum kampusnya?
Di mana yang dulunya pernah jadi mahasiswa?
Mungkin sudah kenyang dengan harta
sehingga idealisme yang di kampus dulu dibawa-bawa
telah dicampakkan entah ke mana
Jika begitu kelakuan kaum cendekia
pantaskah kita bilang kita sudah merdeka?


Kalau kita sudah merdeka
semua orang, katanya
bisa bebas bicara apa saja
tak perlu takut diringkus penguasa
Mungkin inilah yang paling benar adanya
karena setelah kita merdeka
infotainment yang jadi raja
kehidupan orang serasa milik bersama
tanpa ada daya untuk menahannya
Dalam hal ini, benar kita merdeka


Blütenburg, 17 Agustus 2009
Sang Anonim

Tidak ada komentar: