Rabu, 16 September 2009

Pertemuan dengan Sang HIMATEK Ideal

DISCLAIMER: Tokoh-tokoh yang ada di cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jikalau ada kesamaan nama, sifat, maupun apapun dengan seseorang, hal itu di luar kehendak sang pengarang.

"Wah, apa ini? HIMATEK Notes Attack?"

Alfonso melihat layar laptopnya dengan tertarik. Saat itu ia sedang menjelajah group HIMATEK di Facebook, dan tiba-tiba saja ia masuk ke sebuah diskusi tentang HIMATEK Notes Attack.

"Lomba nulis notes fesbuk... Tema:... 3. Kutemukan cinta di HIMATEK... Pemenang favorit... voucher warung HIMATEK sebesar 60rb rupiah... WOW."

Alfonso pun langsung membuka MS Word 2007-nya, dan mulai mengetik. Jari-jarinya meluncur cepat di keyboard laptopnya, melahirkan kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf. Mudah sekali ide mengalir dari hati ke otak, dari otak ke jari, dari jari ke keyboard, dari keyboard ke layar... Di layar bermunculan ungkapan-ungkapan tentang HIMATEK, tentang tujuan HIMATEK, tentang apa gunanya HIMATEK bagi mahasiswa, tentang apa hebatnya HIMATEK sehingga pantas untuk dicintai, tak lupa kritikan bagi mereka yang seakan sudah melupakan apa arti berhimpunan dan tentu saja ajakan bagi semua orang untuk lebih mencintai HIMATEK. Alfonso tidak berhenti begitu saja. Dentang jam tengah malam berkumandang mengiringi suara hantaman jari ke keyboard yang tanpa henti. Dan Alfonso terus mengetik. Sambil menyeka peluh yang bercucuran di dahi, dan cileuh yang bermunculan di kelopak mata.

Dan akhirnya jadilah sudah notes dari Alfonso. "Aku Cinta HIMATEK".

"Ctrl+C... Masuk ke facebook, notes... Ctrl+V... POST. Tag si ini, si itu, si anu, dll..."

Selesai sudah, pikir Alfonso, dan ia pun tersenyum puas dengan hasil kerjanya. Tombol Turn-Off di layar laptopnya pun telah ia klik. Alfonso pun bangkit dari kursinya, hendak melemparkan badannya ke kasurnya yang empuk. Namun perhatiannya segera tertuju pada pintu kamarnya, Ada sesosok tubuh sedang berdiri di muka pintu kamarnya, membelakangi dirinya.

Sosok itu seperti seseorang yang sudah dikenalnya, namun Alfonso tidak bisa mengingat siapa dia. Orang itu memakai jaket hitam yang amat dikenali Alfonso: jaket Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia, dengan dua strip putih di lengan kanan.

"Selamat malam, Alfonso." katanya dingin. Alfonso merasakan ada nada sinis dalam salam orang asing ini.

"Siapa kau? Mau apa kau di sini?" tanya Alfonso tajam.

"Kau boleh memanggilku apa saja yang kau mau, tapi orang-orang biasa memanggilku Sang HIMATEK Ideal..." jawab sosok itu. "... meskipun aku sendiri tidak terlalu suka dipanggil dengan nama itu. Aku belum menyumbang banyak untuk HIMATEK... namun setidaknya lebih banyak dari kebanyakan 'anggota'nya... Kau boleh menganggapku personifikasi dari orang-orang seperti itu."

"Lalu mau apa kau kemari?" Alfonso mengulangi pertanyaannya dengan nada yang lebih hati-hati.

"Mengomentari notes yang kau tulis untuk HIMATEK Notes Attack." jawab Sang HIMATEK Ideal. Tegas, tajam, dan dingin. Alfonso hanya bisa terdiam, terkejut dan tak bisa memikirkan respon apapun atas pernyataan yang tiba-tiba ini. Sang HIMATEK Ideal melanjutkan kata-katanya.

"Merasa layakkah kau menulis hal-hal yang kau telah tulis di notes itu, Alfonso?" ucap Sang HIMATEK Ideal, diiringi tawa pendek yang jelas mengejek. "Kau terlalu banyak bermimpi."

Alfonso menjawab dengan sengit. "Setiap orang boleh dan berhak bahkan wajib punya mimpi!"

"TIDAK jika mimpi itu TIDAK untuk dijalankan!" bentak Sang HIMATEK Ideal. Alfonso terhenyak.

"Selama ini kau terlalu banyak berteori, Alfonso. Kau punya harapan yang seabrek untuk HIMATEK yang kau cintai ini, tapi mana kapabilitasmu untuk membuktikannya? Mana kemampuanmu untuk menjadikan HIMATEK yang kau cintai ini sesuai dengan harapanmu? Tidak ada kan? Nihil? Nol? Harapanmu itu harapan palsu, harapan kosong!!!"

Alfonso terdiam.

"Retorika, Alfonso, retorika. Berapa banyak argumenmu tentang HIMATEK yang kau ungkapkan kepada orang-orang namun gagal kau realisasikan, atau kau tidak tahu cara merealisasikannya. Aku tidak pernah berkoar-koar tentang harapanku untuk HIMATEK, aku MELAKUKANNYA. Dan jika aku melakukannya pasti aku MEWUJUDKANNYA. Aku kerja nyata, Alfonso, tidak seperti kamu."

"Kamu tidak pernah berbuat apa-apa untuk HIMATEK. Tidak pernah menyumbangkan sesuatu apapun yang berarti untuk HIMATEK. Sekarang kamu ingin menguliahi teman-temanmu tentang kecintaan terhadap HIMATEK? Sedangkan aku yang telah berbuat ini itu, jauh lebih banyak darimu di HIMATEK, tidak pernah sebegitunya melakukan hal itu? Sejauh apa kau cinta HIMATEK, sejauh apa kontribusimu di HIMATEK, Alfonso?"

Untuk hal ini, Alfonso tidak bisa berdiam diri.

"Aku representasi HIMATEK di badan tertinggi KM-ITB! Sebagai seorang HIMATEK ideal tentunya kau tahu bahwa jabatan itu tidak main-main!"

"Selevel Kahim, eh?" balas Sang HIMATEK Ideal dengan cepat dan menyayat. "Ya, jika ini sistem KM-ITB yang ideal, Alfonso. Kau diharapkan menyangga beban berat untuk menyampaikan aspirasi 300an anggota HIMATEK yang peduli akan kinerja Kabinet dan Tim MWA. Namun sayangnya, massa HIMATEK tidak banyak yang peduli akan hal-hal itu. Kinerjamu jadi terabaikan. Dapat kukatakan, kerjamu mudah sekali sebagai Senator sekarang ini. Datang, duduk, diam, pulang. Persis anggota DPR."

"Tapi aku tidak seperti itu!!!" teriak Alfonso.

"Tapi lihatlah betapa mudahnya. Yang penting daftar absen penuh, karena massa HIMATEK hanya dapat mengukur itu dari kinerja Senator. Hanya daftar hadir. Tidak ada yang marah karena aspirasi mereka bertentangan dengan apa yang Kabinet kerjakan. Tidak ada yang menyalahkanmu karena gagal menyampaikan aspirasi mereka, yang bertentangan dengan apa yang Kabinet kerjakan. Tidak ada yang peduli jika kau datang rapat dengan pandangan kosong dan hanya diam termangu."

"Dan kau gagal di masa jabatan pertamamu, Alfonso. Gagal. Nama HIMATEK tercoreng karena kau bolos rapat hingga sebulan. Karena kau malas. Dan tidak siap menerima amanah sebesar Senator."

"Dan sayangnya, kontribusi 'besar'mu di HIMATEK hanya sebagai Senator, Alfonso. Untuk keadaan HIMATEK seperti ini, Senator yang baik haruslah mampu memasyarakatkan KM-ITB kepada anggota-anggotanya. Apa kontribusimu dalam hal itu, Alfonso?"

"Tidak semuanya itu salahku!" protes Alfonso.

"Tapi itu bagian kesalahanmu juga, dan porsimu tidak kecil." balas Sang HIMATEK Ideal. "Itu sebagian saja dari kesalahanmu, Alfonso. Masih ada banyak. Akan kuuraikan."

"Kau berkata-kata tentang tujuan HIMATEK. Beranikah kau mengakui bahwa sebenarnya kau baru mendengar dan mengetahui tujuan HIMATEK itu waktu Kahim berorasi di depan calon angkatan termuda di lapangan basket saat kaderisasi?"

"Kau mengajak teman-temanmu datang ke forum-forum HIMATEK dan tidak melakukan apa-apa selain ngobrol. Aku tidak mengajak teman-temanku di muka umum, namun aku DATANG dan BERKONTRIBUSI. Tidak seperti kamu, Alfonso."

"Kau berkata-kata tentang bagaimana seharusnya anggota HIMATEK bersikap. Aku tidak pernah berkoar-koar tentang bagaimana anggota HIMATEK harus bersikap. Tapi aku terlibat aktif di semua kepanitiaan yang kuikuti. Tidak seperti kamu Alfonso. Tiap rapat anggota, rapat divisi, bahkan kuliah, aku datang tepat waktu. Tidak seperti kamu Alfonso. Tiap kuliah aku tidak pernah titip absen. Tiap labtek aku tidak pernah rekdat. Tugas kuliah kubuat sendiri, tidak menyalin. Tidak seperti kamu Alfonso. Jika HIMATEK butuh solusi, aku beri solusi konkrit dan aplikatif. Tidak seperti kamu Alfonso. IPKku masih jauh di atas cukup untuk Cum Laude, tidak seperti kamu Alfonso."

Alfonso hanya menunduk. Semua yang dikatakan Sang HIMATEK Ideal itu benar adanya.

"Tahu orang Farisi, Alfonso? Kaum munafik di negeri Israel zaman dahulu kala. Kaum yang selalu menekuni kitab Taurat tapi tidak pernah melakukannya. Kaum omdo. Omong doang. Itulah kau, Alfonso."

"CUKUP!!!!!!" teriak Alfonso. Sang HIMATEK Ideal terus melanjutkan pidatonya tanpa mempedulikan protes Alfonso.

"Kau terlalu banyak bicara. Aktiflah bergerak membangun HIMATEK jika kau mencintainya. Seperti aku yang telah memberikan ini itu untuk HIMATEK. Aku terbukti menjadi orang yang bisa HIMATEK andalkan. Karena aku cinta HIMATEK. Kau, mau mengaku cinta HIMATEK? Hanya dengan mulutmu saja, Alfonso. Cintamu itu cinta palsu. Omong kosong."

Alfonso tertunduk. Tersungkur. Gemetar. Menangis.

"Itu memang benar adanya, wahai Sang HIMATEK Ideal..." desis Alfonso dengan lirih. "Kau sempurna. Kontribusiku untuk HIMATEK memang tidak seberapa. Sifatku sebagai kader HIMATEK pun jauh dari sempurna. Bahkan bukan termasuk golongan yang terbaik. Dibandingkan denganmu, aku bukan apa-apa. Meskipun begitu..."

Hening sejenak.

"Meskipun begitu, untuk mengatakan bahwa cintaku terhadap HIMATEK adalah palsu... KAU TELAH MELEWATI BATAS!!!" teriak Alfonso sambil bangkit berdiri tegak. Tatapan matanya yang marah menghunjam jaket HIMATEK di punggung Sang HIMATEK Ideal.

"Kau tidak berhak." gumam Alfonso, pelan. "Kau tidak berhak mendefinisikan CINTA!" teriak Alfonso ke arah punggung Sang HIMATEK Ideal.

"Aku memang bukan HIMATEK Ideal. Aku HIMATEK Ampas. IPKku tidak cum laude. Kelakuanku buruk. Pemikiranku tidak semaju rekan-rekanku yang lain. Aku tidak rajin, tidak ulet, tidak jujur, tidak teliti, aku punya banyak kekurangan. Aku iri padamu, Sang HIMATEK Ideal. Aku ingin berkontribusi lebih sepertimu. Ingin bisa membagi waktu sebaik kau. Ingin bisa belajar dan berorganisasi seiringan dengan hasil baik bagi keduanya. Aku ingin memiliki pemikiran-pemikiranmu yang jitu. Kharismamu yang membuat engkau mudah mengendalikan teman-temanmu menuju HIMATEK ideal versi dirimu."

"Tapi apakah aku tidak boleh mengekspresikan kecintaanku dengan kata-kata? Aku memang tidak mampu berbuat lebih dari kata-kata. Tapi inilah caraku untuk mengungkapkan kecintaanku bagi HIMATEK. Dan dengan kata-kata pula aku mengajak teman-temanku untuk mencintai HIMATEK. Karena aku sendiri pun cinta akan HIMATEK."

"HIMATEK, yang telah memberikan kepadaku kepercayaan pertama seumur hidupku sebagai Penanggung Jawab sesuatu. Meskipun itu hanyalah PJ name tag saat kaderisasi."

"HIMATEK, yang membuat aku merasa bisa menyelesaikan pekerjaan dalam sebuah organisasi untuk pertama kalinya dalam hidupku. Meskipun itu hanyalah sebuah Analisis SWOT Angkatan."

"HIMATEK, yang telah memberikan kepadaku jabatan struktural pertama pada sebuah kepanitiaan. Meskipun itu hanyalah Koordiv Lapangan pada sebuah wisudaan, dengan anggota divisi tidak lebih dari 5 orang."

"HIMATEK, yang mengenalkanku dengan rekan-rekan, kakak-kakak, dan adik-adik tingkat yang merupakan manusia-manusia berkualitas. Meskipun itu diawali hanya dalam bentuk KINKAT, MEKFLU, EKSPANDER, dan BURNER."

"HIMATEK, yang telah memberikan pengalaman pertama dalam hidupku untuk berbicara di depan umum dalam tekanan, pada saat hearing calon Senator 2008/09."

"HIMATEK, yang menyerahkan kepadaku mandat terbesar yang pernah kuterima dalam 21 tahun hidupku: membawa suara dan pikiran 300an jiwa manusia ke Kongres KM-ITB."

"HIMATEK, yang mengajarkan efisiensi dan efektivitas rapat. Etos kerja. Kejujuran."

"HIMATEK, yang mengubah orientasiku masuk kampus ini dari sekadar cari jurusan bergengsi yang murah, menjadi semangat untuk membalas budi pada rakyat Indonesia dengan memajukan negara."

"HIMATEK telah memberi terlalu banyak untukku. Apa yang telah kuberikan kepadanya? Tapi kau lupa, hai Sang HIMATEK Ideal, bahwa HIMATEK pada hakekatnya adalah sebuah wadah. Wadah yang tidak bisa memberi, tapi bisa menjadi alat bagi kita untuk berkembang."

"Tanpa HIMATEK aku bukanlah apa-apa, hai Sang HIMATEK Ideal. Berbeda denganmu. Mungkin tanpa HIMATEK IPKmu masih akan cum laude. Mungkin tanpa HIMATEK skill organisasimu akan tetap tinggi. Mungkin tanpa HIMATEK kau akan tetap bisa bergaul. Mungkin tanpa HIMATEK kau akan tetap hebat. Akan tetap kritis. Akan tetap cerdas. Akan tetap ideal."

"Tapi aku, aku yang bukan apa-apa. HIMATEK telah memberi terlalu banyak. Dan itulah yang akan terus kukejar. Aku cinta HIMATEK sebagai wadah. Maka akan kuberdayakan ia sebagai wadah. Aku akan terus belajar di dalamnya. Dibentuk di dalamnya. Dan sebagai bukti kecintaanku, akan kuumumkan kepada dunia nanti jika aku telah menjadi manusia yang berguna dan berandil untuk orang lain: bahwa di TEKNIK KIMIA ITB ada sebuah wadah bernama HIMATEK, yang dapat mengubah bukan siapa-siapa seperti aku menjadi seorang siapa-siapa!!!"

Sang HIMATEK ideal melangkah mundur, mendekati Alfonso. "Alfonso, sayang sekali..."

"Aku tahu kau masih memiliki sejuta protes untuk argumenku." potong Alfonso. "Lagipula kau adalah Sang HIMATEK Ideal. Argumenku tadi tentu mudah kaulawan. Maka akan kupertegas. Aku akan meningkatkan aktivitas dan kontribusiku di HIMATEK, aku akan menjadi kader yang HIMATEK banggakan, dan selagi aku melakukannya, kau boleh diam dan lakukan bagianmu. Dan ini salam perpisahan untukmu, sekaligus ucapan terima kasih..."

Alfonso mengayunkan tinjunya ke arah kepala Sang HIMATEK Ideal. Sang HIMATEK Ideal menghindar. Alfonso secara refleks kemudian menarik jahim Sang HIMATEK Ideal.

GUBRAK.

Alfonso terbanting. Ia jatuh dari kursi. Tangan kanannya teracung ke atas, memegang jahim dengan namanya sendiri. Ia segera bangkit dan membetulkan letak kursinya. Matanya terarah ke layar laptopnya yang masih menyala. Di sana ada jendela MS Word 2007 yang masih terbuka, di dalamnya ada sebaris tulisan "Karangan untuk HIMATEK Notes Attack" dan selebihnya kosong. Jam di dinding menunjukkan pukul satu malam.

"Rupanya aku ketiduran sebelum sempat mulai menulis." gumam Alfonso.

Ia menggosok-gosok kepalanya yang terbentur tadi, kemudian mematikan laptopnya. Ia memutuskan untuk menunda penulisan notes itu untuk saat dia bangun pagi nanti. Lagipula, ia sudah tahu pasti apa yang akan ia tulis.


.

Tidak ada komentar: