Rabu, 22 April 2009

Inilah Suara Kami [Penarikan Aspirasi HIMATEK, termasuk Sedikit Aspirasi Pribadi, Kawan...]

Tulisan ini berisi kumpulan pendapat rekan-rekan HIMATEK untuk kerja Kabinet KM-ITB dan Anggota MWA Wakil Mahasiswa ITB setahun ke depan. Bahan diperoleh dari: 1. Wawancara langsung dengan sekitar 30 orang massa HIMATEK. 2. Polling Kongres yang diisi 100 orang. 3. Angket buatan sendiri yang diisi angkatan 2007 HIMATEK. Bersiaplah...



Hal terpenting yang disorot oleh massa HIMATEK adalah informasi. Informasi harus menjadi prioritas utama KM-ITB, ketika keterlibatan seluruh massa secara 100% kurang realistis, minimal 100% mahasiswa ITB mengetahui apa pekerjaan KM-ITB dan ke mana arah geraknya sekarang. Cara paling efektif untuk menyebarkan informasi itu antara lain:
- Sosialisasi dari mulut ke mulut adalah hal yang paling ampuh, menghilangkan kesan kaku, formal, dan eksklusif. Hal ini dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki informasi kepada teman dekat masing-masing.
- Sosialisasi dari mulut ke mulut juga dapat menjadi sarana penyampaian yang bebas 'bahasa dewa' yang berbelit-belit dan monoton, yang selama ini identik dengan kemahasiswaan terpusat di mata beberapa orang.
- Presiden KM dan kabinetnya, juga anggota MWA wakil mahasiswa dan timnya, (alias Ucup-Benny dkk) harus sering-sering mengunjungi himpunan dan mengajak bicara semua orang secara informal, untuk menimbulkan rasa kedekatan dan keterikatan orang. Tak kenal maka tak sayang, toh?

Ada yang mengeluhkan manajemen sumber daya oleh Kabinet KM-ITB yang selalu meminta orang untuk kepanitiaan, satgas, ataupun badan tertentu. Keluhannya adalah job desc pekerjaan yang dimaksud seringkali tidak diberikan sehingga kita hanya mengirim orang dan pada akhirnya terbengkalai sehingga orang tersebut tersia-siakan tenaganya dan malah cenderung berpikiran negatif terhadap kinerja Kabinet KM-ITB. Ada pula yang mengatakan bahwa kegiatan terpusat harus berbeda dengan himpunan, yaitu skala lebih besar, karena potensi KM-ITB khususnya Kabinet terlalu besar untuk mengadakan acara skala himpunan atau unit saja.

Mengenai hubungan kabinet dan himpunan, diharapkan Kabinet dapat mengadakan acara yang merupakan hasil koordinasi antar himpunan (tidak perlu ada pembentukan panitia khusus dari Kabinet). Kegiatan GFD yang diadakan bersama HIMATEK, HMTL, NYMPHAEA, U-GREEN dan GANESHA HIJAU dari Kabinet merupakan contoh yang masih dapat diperbaiki. Mengenai hubungan kabinet dan unit, diharapkan bahwa ketika mengadakan acara bersama diharapkan Kabinet menghilangkan kesan superioritas dan menunjukkan profesionalitas (ini didapat dari keluhan panitia Olimpiade dari unit).

Mengenai hubungan ke rektorat, KM-ITB harus mensinkronkan arah gerak dengan arah gerak ITB, yaitu menjadikan ITB world-class university. Untuk itu, KM-ITB diharuskan sering berdialog dengan pihak ITB agar dapat mengerti, apa bagian yang dapat dikerjakan KM-ITB untuk membantu terwujudnya visi ITB tersebut. Dengan demikian, pergerakan KM-ITB tidak terkesan sporadis dan berubah tiap kepengurusan tanpa arah yang benar-benar jelas, namun memiliki satu visi ke depan yang kuat.

Dari hasil polling ada 4 hal yang menarik:
1. 66% beraktivitas di himpunan dan hanya 9% di kemahasiswaan terpusat. Dari data, dapat disimpulkan bahwa pergerakan KM ITB berpotensi digunakan untuk mengkoordinir acara-acara himpunan dibanding mengadakan acara sendiri (lihat di atas).
2. Diskusi dan kajian merupakan hal yang paling tidak diminati (17%). Untuk mengatasinya, diskusi dan kajian harus dibuat lebih menarik dan mengena.
3. Hanya 1% yang ingin jadi politisi, PNS, dan birokrat; 56% merasa mahasiswa ITB apatis terhadap kepentingan rakyat, bangsa, dan negara. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak tertarik pada politik dan pemerintahan.
4. Kebanyakan merasa mahasiswa ITB eksklusif (58%) dan sebagian besar karena alasan akademis; dan alasan utama kenapa harus berkontribusi terhadap bangsa dan negara adalah peran sebagai insan akademis (46%). Dapat dilihat bahwa keakademisan ini harus dijadikan senjata untuk berjuang, bukan menjadi hambatan.

Mengenai dana kemahasiswaan, yang terutama dituntut adalah transparansi dan publikasi besar-besaran. Kabinet sebagai pemegang dana hendaknya memberi dana lebih besar kepada himpunan atau unit yang berkembang, terutama yang berhasil mengembangkan keprofesiannya. Selain untuk insentif, hal itu juga berguna untuk membiayai pengembangan keprofesian.

INFORMASI, lagi-lagi menjadi hal yang utama untuk isu-isu eksternal. Massa kampus menuntut tahu setiap isu eksternal yang selama ini hanya diketahui jajaran tertentu saja. Bagaimana kita mau menyatakan sikap kepada UU BHP atau memberi saran tentang penyelamatan BakSil kalau yang tahu hanya segelintir orang, dan orang-orang yang sebenarnya dapat memberi masukan malah tidak mendapatkan informasi?

Untuk acara paling vital, yang seringkali dijadikan pangkal segala masalah kemahasiswaan kita: penyambutan mahasiswa baru a.k.a. INKM. HIMATEK berpendapat bahwa tujuan INKM yang paling penting ada 2 dan keduanya WAJIB tercapai:
- Penyadaran mahasiswa baru terhadap wawasan kebangsaan. Sadarkan mereka kalau kita belajar di kampus ini, disubsidi uang rakyat, tidak untuk kepentingan kita secara individual. Kita di sini sebagai orang-orang terpilih memiliki kemampuan dan kewajiban untuk berbakti kepada bangsa dan negara, bukan cuma menikmati pendidikan murah berkualitas lalu kabur. Ilmu yang kita pelajari di kuliah, difokuskan agar kita dapat menghasilkan sesuatu bagi negara kita; melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
- Penyadaran bahwa gerakan kemahasiswaan di kampus kita adalah gerakan mahasiswa yang solutif seperti dideskripsikan di atas. Hal ini untuk mencegah mahasiswa baru ITB terjebak stigma yang berlaku di media massa bahwa gerakan kemahasiswaan seringkali anarkis dan kerjanya demo saja, dan pada akhirnya mau bersama-sama berjalan dalam gerakan kemahasiswaan ITB baik di himpunan, unit, atau skala lain.

INKM mendatang juga harus menjamin bahwa peserta yang ikut adalah sejumlah besar mahasiswa baru ITB. Acara harus dikemas dengan menarik dan tidak membosankan, agar semua peserta memiliki motivasi untuk ikut. Dan yang terakhir, segala bentuk kaderisasi penerimaan mahasiswa baru seperti INKM, kaderisasi fakultas, dan PPAB tiap himpunan (osjur) harus dilegalkan.

Untuk sebuah badan yang bernama Tim Beasiswa, massa menuntut diberitahu secara jelas, makhluk apakah Tim Beasiswa itu? Kerjasama dengan alumni perlu sekali diusahakan, salah satunya berguna untuk memotong jalur birokrasi yang dirasa rumit oleh teman-teman yang pernah berurusan dengan Tim Beasiswa.

Titipan bagi rekan kita di MWA: perbanyak kursi untuk calon-calon mahasiswa yang berkualitas namun tidak mampu secara ekonomi. Dengan kondisi uang masuk USM semahal ini, rasanya cukup beralasan jika massa mengusulkan perbandingan jatah USM vs SPMB sebesar 1:1.

Stimulus untuk iklim keprofesian harus ditingkatkan untuk tiap prodi. Tidak perlu dalam satu proker tersendiri, pendekatan kultural mungkin lebih efektif. Koordinasi dengan dosen dirasa masuk akal dan perlu dicoba, karena merekalah yang lebih mengerti keprofesian.

Perubahan terlalu signifikan dari kepengurusan lama kurang dikehendaki karena akan menyita tenaga. Massa meminta agar poin-poin yang sudah bagus dan tidak terlalu mendesak untuk diubah agar tidak diutak-atik lagi, termasuk Gerakan Kebangkitan Nasional dan jargon KM-ITB Milik Semua!

Poin terakhir, dan salah satu yang paling krusial, adalah bagaimana sang Presiden, anggota MWA, dan para stafnya membawa citra KM-ITB ke massa kampus itu sendiri. Harus disadari bahwa untuk sebagian besar massa kampus, kemahasiswaan terpusat itu identik dengan beberapa hal yang kurang baik, di antaranya: rapat tidak efektif, lama, tidak terfokus pada tujuan, dan selalu berputar di hal yang tidak perlu. Kesemuanya itu harus diakui benar oleh pemegang tampuk kepemimpinan kemahasiswaan terpusat dengan besar hati dan tidak defensif dalam menyikapi opini massa ini. Lebih penting lagi, budaya yang berlawanan dengan hal-hal kurang baik di atas harus dipupuk: rapat efektif, singkat namun jelas, fokus pada inti permasalahan, dan utamakan selesai rapat dengan cepat namun mencapai sasaran. Ingat kawan, waktu adalah sumber daya alam tak terbarukan. Minyak bumi 100 juta tahun lagi masih bisa regenerasi, namun waktu tak dapat diputar kembali. Kalau mahasiswa ITB, garda terdepan kemahasiswaan Indonesia, tidak bisa mengatur waktunya dengan efektif... kapan Indonesia tersenyum? Budayakan tepat waktu untuk segala kegiatan.

Orang juga sering melihat kemahasiswaan terpusat identik dengan ajang pamer perseorangan. Seseorang turut berpartisipasi karena ingin dikenal, karena ingin dianggap hebat. Hal ini yang membuat forum seringkali berlarut-larut karena setiap orang ingin pendapatnya didengar, meskipun tak jarang inti perkataannya sama dengan orang-orang yang berbicara sebelum dirinya. Kembali lagi efisiensi waktu menjadi tanda tanya besar. Maka itu, tuluslah mengabdi. Itu hakikat kita sebagai mahasiswa.

Massa menginginkan KM untuk bersuara lantang ke luar, kalau bisa dengan publikasi bombastis lewat media massa. Hal ini selain memiliki tujuan eksternal, juga sebagai deklarasi ke dalam kampus ITB bahwa ada sebuah wadah persatuan mahasiswa bernama KM-ITB yang mewadahi kita-kita. Yang terakhir, proker sebisa mungkin dibuat yang menarik dan aspiratif. Jangan untuk orang-orang tertentu yang itu-itu saja. Ingat, kita semua KM-ITB, dan sebisa mungkin proker adalah untuk kita semua, untuk KM-ITB.

Terakhir... kami ingin mengucapkan selamat bertugas kepada rekan-rekan kami, Ridwansyah Yusuf Achmad sebagai Presiden KM, dan Benny Nafariza sebagai anggota MWA wakil mahasiswa. Kami percayakan arah gerak kemahasiswaan kami setahun ke depan, jangan sia-siakan itu...

Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - Merdeka!



.

Tidak ada komentar: