Jumat, 19 Desember 2008

HIMATEK yang Jaya

Ini adalah cerita tentang suatu masa di mana HIMATEK jaya.

Ini adalah cerita saat semua anggota HIMATEK merasa memiliki dan dimiliki oleh himpunannya, dan dekat satu sama lain terlepas dari asal-usul dan angkatannya. Saat semua anggotanya merasa sebagai satu kesatuan dan satu keluarga, yang bangga akan identitasnya.

Anggota BPA saat itu adalah orang-orang yang paling dekat dengan rekan-rekan seangkatannya, sehingga jika orang-orang memiliki saran dan keluhan tentang himpunan, tidak ada seorang pun yang sungkan bercerita kepada anggota BPA. Jika anggota BPA sedang memiliki waktu kosong di luar kesibukan akademik, mereka akan selalu mengajak ngobrol rekan-rekan seangkatannya yang mereka jumpai, untuk menyampaikan informasi maupun bertanya tentang semua isu yang ada. Ngobrol bisa di mana saja; di meja himpunan, di sela-sela kegiatan bergosip, di kos teman saat belajar bareng, di lab saat waktu luang, di kantin, di kendaraan umum, saat main futsal, saat lari pagi, di mana saja, kapan saja.

Dan hal ini dimungkinkan karena semua anggota BPA tidak ada yang menjabat dalam bentuk apapun pada acara-acara himpunan sehingga memiliki banyak waktu untuk berkonsentrasi dalam bagian terpenting pekerjaannya, yaitu mewakili angkatannya.

Kemauan semua anggota himpunan ditampung dan disampaikan BPA kepada sang Kahim, yang memang dekat dengan semua massa HIMATEK; dikenal angkatan bawah sebagai figur yang tidak sombong dan mau berbagi nilai-nilai, dicintai angkatan sendiri sebagai rekan yang dekat di hati dan selalu bisa mengajak teman-temannya untuk bekerja bersama, dan dihormati angkatan atas sebagai pemimpin muda yang terbuka terhadap saran dan kritik namun tetap tegas dan visioner.

Antara sang Kahim dan BPA tidak ada batasan formal; BPA berperan sebagai rekan sekerja Kahim. Nasihat-nasihat yang diberikan tidak melulu formal; keluhan seorang anggota saja dapat langsung diberitakan BPA kepada Kahim, sehingga sang Kahim tahu benar concern dari tiap-tiap anggota himpunannya yang berjumlah 300-an itu, orang per orang.

Sang Kahim bekerja bersama-sama timnya, yaitu Badan Pengurus. Istilah Kadiv menjadi kurang populer, digantikan oleh Koordiv; karena semua anggota divisinya ikut berperan, ikut bekerja, dan ikut berpikir dalam menentukan dan menjalankan proker-prokernya sehingga tugas sang Koordiv hanya me-manage ide-ide dan pekerjaan-pekerjaan anggotanya, bukan lagi menjadi sumber tunggal ide-ide dan penentu tunggal kebijakan seperti yang sering terjadi. Meskipun tanggung jawab atas divisinya dipegang oleh Koordiv, namun sang Kahim atau siapapun tidak perlu bertanya pada Koordiv jika ingin mengetahui progress divisinya. Cukup tanyakan kepada salah satu anggotanya, karena semua anggota divisi mengenal divisinya sebaik Koordivnya.

Semua anggota himpunan selalu tahu segala perkembangan terkini tentang himpunan. Selain karena anggota-anggota BPA yang tiap hari tak kenal lelah menyampaikan info-info kepada semua orang yang mereka temui, juga karena Divisi Kominfo yang tiap hari rutin menerbitkan selebaran tentang isu apapun yang terkini di kelas-kelas.

Acara-acara rutin himpunan disambut baik oleh semua anggota. Semua mau berpartisipasi, semua mau memiliki. Form-form oprec kepanitiaan selalu terisi penuh; dan semua yang mengisi tidak hanya ikut-ikutan namun sungguh ingin bekerja. Tidak ada batasan angkatan. Anggota yang sudah Tingkat 3 dan 4 ikut bekerja di lapangan saat acara-acara Syukuran Wisuda dan acara-acara lainnya.

Karena banyaknya sumber daya anggota untuk kepanitiaan, tidak ada lagi orang yang terpaksa mengorbankan prestasi akademik untuk bekerja total di kepanitiaan sementara ada orang lain yang enak-enakan belajar. Semua kegiatan di tiap divisi dan tiap acara dilakukan dengan pembagian kerja yang baik sehingga semua orang memiliki waktu belajar yang sama dan juga waktu berorganisasi yang sama.

Dengan demikian prestasi akademis setiap anggota pun terjaga, apalagi Divisi Akademik rajin menggelar kegiatan responsi maupun belajar bersama tidak hanya menjelang ujian, tetapi rutin. Dan kegiatan ini tidak membuat alergi orang-orang, karena dijalankan secara informal dan menyenangkan, sama halnya seperti belajar bareng saja. Orang-orang yang mengadakan responsi ini memang orang-orang yang bisa menerangkan pelajaran dengan baik sehingga penjelasannya mudah dan enak dimengerti. Tujuan kegiatan belajar bersama ini bukan saja untuk memperoleh nilai bagus, namun juga menumbuhkan minat dan pemahaman terhadap mata kuliah yang diajarkan dan aplikasinya.

Tumbuhnya minat kepada bidang keilmuan, diiringi bagusnya prestasi akademik, membuat anggota himpunan tertarik untuk terjun langsung dalam aplikasi. Program-program pengabdian masyarakat yang dimotori Divisi Workshop kebanjiran peminat. Sumber daya manusia HIMATEK yang luas membuat program-program pengabdian masyarakat HIMATEK pun beragam lingkupnya, mulai dari skala lokal kampus, regional, hingga nasional. Nama HIMATEK pun jadi mashyur karena setiap anggotanya yang mengobrol dengan rekan-rekan mahasiswa dari jurusan lain semuanya dapat bercerita panjang lebar dan detail mengenai program-program pengabdian masyarakat yang sukses, karena mereka sendiri telah terlibat di dalamnya.

Apalagi jika melihat acara-acara HIMATEK yang selalu ramai, karena semua anggotanya terlibat. Setiap pertandingan olahraga, basket, voli, futsal, yang melibatkan HIMATEK, selalu dipenuhi penonton. Setiap himpunan yang akan tanding melawan HIMATEK harus datang untuk menjaga tempat duduk minimal satu setengah jam sebelum pertandingan, kalau tidak mereka tidak akan kebagian tempat duduk, kalah melawan lautan jaket hitam berisi 200an massa HIMATEK yang sangat antusias mendukung timnya dengan yel-yel khas yang pasti dikenali seluruh mahasiswa ITB karena begitu sering dan kerasnya dikumandangkan, baik saat timnya menang atau kalah.

Makrab-makrab himpunan yang digelar setidaknya dua kali satu semester, tidak bisa lagi digelar di selasar Labtek X karena anggotanya yang datang pasti melebihi 250 orang. Wisudawan-wisudawan HIMATEK meninggalkan kampusnya dengan perasaan bangga karena diiringi oleh 200an junior-juniornya yang mengarak mereka dari SABUGA menuju sekre HIMATEK yang baru, tempat berlangsungnya acara syukuran.

Sekre baru ini diperoleh setelah sang Kahim beserta seluruh massa melobi Program Studi untuk memberikan sekre yang baru, yang lebih luas, yang lebih nyaman. Hubungan Program Studi dan himpunan begitu baik berkat citra himpunan yang bersih dan profesional. Sekre baru segera diberikan kepada himpunan, di salah satu ruangan Labtek X yang tak ragu dikorbankan Prodi untuk himpunan kebanggaannya ini. Sekre lama digunakan sebagai tempat usaha untuk menjual makanan, minuman, buku-buku, suvenir, dan produk-produk lain khas HIMATEK. Juga digunakan sebagai pusat informasi tentang segala kegiatan HIMATEK yang ditujukan untuk mahasiswa luar HIMATEK, termasuk untuk penjualan majalah bulanan HIMATEK yang diterbitkan Divisi Kominfo. Semua itu di bawah pengelolaan Divisi Dana Usaha, yang segera saja menjadi mesin pencetak uang untuk HIMATEK.

Divisi Konservator segera saja menjadi salah satu divisi paling sibuk berhubung sekre himpunan yang harus dijaganya bertambah besar dan orang yang datang ke sana setiap hari ratusan jumlahnya. Buku-buku bacaan bertebaran untuk dibaca anggota yang sedang santai-santai tiduran di kasur sambil menonton televisi atau minum-minum kopi atau teh bikinan sendiri. Komputer himpunan yang berjumlah tiga selalu terpakai; satu untuk mendengarkan musik, satu untuk internet maupun ngeprint, dan satu lagi untuk main PES. Televisi pun ada dua; satu untuk menonton siaran televisi, satu untuk menonton DVD. Semua itu berkat keuntungan usaha yang besar, yang bahkan masih ada sisanya untuk membantu rekan-rekan anggota himpunan yang kurang mampu. Dalam menangani sekre himpunan, untunglah Konservator tidak kelabakan karena bersih-bersih himpunan yang diadakan sebulan sekali selalu dibantu oleh anggota-anggota lain yang banyak jumlahnya.

Sekre himpunan menjadi pusat kekeluargaan anggota, dan selalu ramai. Tapi kekeluargaan tidak hanya terbatas di sekre. Jika ada yang sakit atau kecelakaan, dalam waktu 1x24 jam pasti telah terkumpul uang sumbangan yang cukup untuk biaya pengobatannya, yang diserahkan langsung oleh perwakilan himpunan yang datang menjenguk. Tidak ada cerita tentang DO gara-gara keuangan, tidak mampu membeli buku, atau bahkan sepatu. Semua ditanggung himpunan lewat iuran bersama yang dengan senang hati diberikan rekan-rekannya yang lebih mampu. Setiap hari di sekre himpunan selalu ramai karena yang berulang tahun hari itu pasti dikerjain dan dirayakan ulang tahunnya di sekre himpunan.

Segera saja HIMATEK menjadi salah satu himpunan yang disegani di ITB. Apalagi Divisi Ekstern rutin mengadakan kajian strategis mengenai isu-isu terkini di kampus dan Indonesia, tak jarang mengundang anggota divisi lain, dan selalu diikuti sang Kahim. Hasil kajian inilah yang disuarakan pada forum-forum massa ITB, yang selalu mendapat aplaus dari mahasiswa-mahasiswa lainnya karena kajiannya yang berbobot, mendalam, dan tepat sasaran. Isu-isu tersebut selalu dikomunikasikan Divisi Kominfo kepada semua anggota himpunan lewat baik selebaran hariannya, majalah bulanannya, maupun media-media lainnya. BPA pun rajin memberitakan lewat obrolan-obrolan informal keseharian. Semua anggota pun paham tentang isu-isu yang ada di kampus dan di Indonesia, dan paham serta mendukung sikap himpunannya mengenai isu tersebut. Maka di forum-forum, omongan orang berjaket hitam dengan dua garis putih di lengan kanan selalu disimak dengan baik, siapapun dia.

Hal ini sangat mempermudah tugas Senator HIMATEK dalam menarik dan menyuarakan aspirasi; Senator HIMATEK yang adalah seorang yang sangat dekat dengan semua kalangan di himpunan, dipercaya dan dicintai semua golongan, bekerja secara total, dan menghabiskan waktunya untuk memahami suara himpunan serta menyuarakannya dengan diplomatis dan mengena di Kongres KM-ITB. Tugasnya menjadi jauh lebih mudah karena dia tidak perlu menggali lagi untuk mendapatkan aspirasi anggota; aspirasi tersebut sudah bermunculan di atas tanah dan tinggal dikeruk saja.

Pendapat Senator HIMATEK selaku perwakilan himpunan yang maju pun selalu mendapat perhatian khusus dari himpunan-himpunan lainnya. Ditambah lagi berhasilnya penanaman nilai-nilai di atas telah membuat anggota HIMATEK sadar apa artinya berKM-ITB sehingga banyak kader-kader HIMATEK aktif berkegiatan di Kabinet KM-ITB dan kegiatan-kegiatan terpusat lainnya. Nilai-nilai yang mereka dapat di HIMATEK ditularkan kepada rekan-rekan mahasiswa sehingga kemahasiswaan ITB cepat atau lambat menjadi kemahasiswaan yang kuat dan dekat dengan semua mahasiswanya, dan HIMATEK memegang peranan penting di dalam gerakan itu.

Saat sang Kahim beserta Badan Pengurusnya akan mengakhiri masa jabatan, mereka pun tersenyum. Bangga akan prestasi-prestasi yang telah dicapai himpunannya, namun terlebih lagi bangga karena memiliki HIMATEK sebagai himpunannya. Ditambah, mereka yakin bahwa pengganti-pengganti mereka adalah orang-orang yang tak kalah hebat, yaitu junior-junior mereka, hasil kaderisasi HIMATEK yang cerdas dan efisien. Kaderisasi yang membuat putra-putri terbaik bangsa yang baru memasuki gerbang perkuliahan sadar bahwa himpunan bukanlah beban, himpunan bukanlah pilihan, himpunan bukanlah kewajiban, namun himpunan adalah kebutuhan. Tidak ada lagi him dan nonhim; seluruh peserta kaderisasi paham betul apa arti berhimpun dan tidak ada orang yang sebodoh itu melepaskan kesempatan emas untuk berkarya dan berkeluarga dalam sebuah himpunan yang jaya.



Mengutip kata-kata sang presiden terpilih Amerika Serikat, Barack Obama:
"Yes we can."




.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

himatek ga akan pernah jaya selama senatornya masih jarang menghadiri rapat kongres.

himatek juga ga akan pernah jaya selama orang" di dalamnya terlalu sibuk bermimpi kondisi ideal, tanpa ada usaha signifikan menuju keidealan itu.

jadi kalau pgn himatek jaya bangun dong!!!

Alfonso Rodriguez mengatakan...

kenapa harus anonim? tinggalkan nama dong biar kita bisa berdiskusi lebih dalam lagi...

ni dunia bebas bung, anda nggak bakal ditembak mati cuma gara-gara nulis nama... berani dikit donk...

kenapa harus takut bermimpi? ingat, segalanya dimulai dari mimpi...

kritik diterima, tapi kurang dihargai karena disampaikan secara anonim...

gw ngomong ini bukan sebagai senator, tetapi dari sisi rakyat biasa yang nggak punya kekuasaan dan nggak berdaya melihat keadaan... dan cuma bisa bermimpi, menunggu teman-teman gw untuk mewujudkannya.

Anonim mengatakan...

yah,... sebetulna semua tdk bs disalahkan k satu org saja..
krn kita smua bertanggung jawab atas himpunan yg kita cintai ini...
btul bukan?
jd mari kita bangkit sama2.

bwt yg anonim..
gw memank sering mendapatkan komentar anonim.. dan menurut gw jg sama.. kurang lebih mau dipercaya ato engga.. org lbih tersinggung kalo dikritik sama orang anonim.. krn justru dgn kita tahu sapa yg mengkritik orang tsb bisa tau kenapa orang bersangkutan sampe mengkritik orang tsb..

Alfonso Rodriguez mengatakan...

'sibuk bermimpi kondisi ideal'???

jangan salah! justru selama ini orang-orang di dalamnya terlalu sibuk sampai bahkan untuk 'bermimpi kondisi ideal' saja tidak sempat!!!

untuk bung marco... memang begini... yah, welcome to HIMATEK dah...

Unknown mengatakan...

mau ikut nimbrung dong (lumayan panas soalnya)

gw bisa ngerti kegerahan pemilik blog ini gara" dicomment kaya gitu, tapi gw juga ngerti kalo bung anonim mungkin sedang kesal ke HIMATEK (mungkin) gara" sesuatu hal.

tapi salah satu hal yang emg harus kita perbaiki tuh menurut gw adalah cara kita menghargai kontribusi/pemikiran orang lain, gw liat kita tuh sering ga nangkep esensi dari suatu hal gara" kita terlalu sibuk mikirin kulitnya. akhirnya jarang kita menghargai masukan/kritikan orang gara" penyampaiannya.

btw, himatek jaya itu bukan cuma mimpi, dan memang lebih dari sekedar mimpi untuk mewujudkan itu. setau gw kita tuh lagi tidur kalo kerjanya mimpi terus, padahal kenyataan yang sebenernya ada ketika kita udh membuka mata..

Alfonso Rodriguez mengatakan...

buat bung anggit, terutama sekali terima kasih...


selanjutnya tanggapan.


1. mungkin juga jaman sekarang orang udah ga bisa bedain, mana esensi mana kulitnya. bisa juga esensi ama kulit menurut tiap-tiap orang tuh beda, ketuker-tuker. anyway, pemikiran bung anggit tepat.

tambahan lagi, sifat orang2 yang kayak gitu itu datang dari ego diri sendiri yang masih tinggi, dan sebagian besar manusia emang egois, gw akuin itu termasuk gw.


2. gw agak sedikit kecewa karena dari post gw yang 1600an kata, sebagian besar cuma mengomentari satu kata yang gw cuma tulis sekali, yaitu "mimpi".

untuk bung anggit yang bilang klo mimpi tuh kerjaan orang tidur (dan secara implisit mengatakan gw kerjanya tidur karena bermimpi panjang sebanyak 1600an kata tentang HIMATEK), bagaimana kalau kata 'mimpi' diganti dengan 'harapan'? mungkin pemilihan diksi gw pada awalnya kurang tepat, karena dua kalimat penutup terakhir gw ambil dari terjemahan langsung sebuah lagu inggris.

jadi mungkin akan lebih tepatnya klo kita sebut post ini bukanlah 'mimpi' gw yang gw dapet pas gw lagi tidur, tetapi 'harapan' gw untuk HIMATEK ke depannya yang pasti akan terjadi entah kapan. 'entah kapan' ini bisa berarti 30 tahun lagi, 20 tahun, 10 tahun, 5 tahun, atau bahkan tahun ini. dan, bukankah 'harapan' itu adalah salah satu motivator? bagaimana orang bekerja keras untuk mencapai 'harapan'nya?


3. soal bung anonim yang mengeluh senatornya (eh tunggu, bung anonim ini HIMATEK bukan ya? kurang tau soalnya, maap klo ternyata bukan) jarang datang rapat, saya sebagai senator HIMATEK merasa berterimakasih karena ternyata saya masih diperhatikan massa, namun akan lebih baik lagi klo bung anonim beserta massa HIMATEK lainnya men-supply saya dengan aspirasi-aspirasi yang akhirnya bisa saya bawa dalam rapat-rapat tersebut.

sekali lagi, senator adalah representasi massa. senator bukan apa-apa tanpa massa. maaf klo selama ini saya jarang datang rapat, saya nggak bisa jadi representasi HIMATEK yang baik, saya benar-benar minta maaf.

tapi, apakah karena seorang senator (seandainya benar) jarang datang rapat (btw, cek, benarkah saya jarang datang rapat?), haknya untuk menuliskan harapan-harapan untuk himpunannya tercinta di BLOGNYA SENDIRI jadi hilang? sampai-sampai dia harus diberi kata-kata berkonotasi negatif 'sibuk bermimpi', 'tidak ada usaha signifikan', 'bangun' seolah-olah dia kerjanya tidur terus??? apakah jika seorang senator jarang datang rapat, dia akan kehilangan hak asasinya sebagai manusia???

klo seorang supir mobilnya mogok di jalan dan bikin macet, siapa yang disalahin? supirnya kan? terus apa yang harus supirnya lakukan kepada mobilnya? digebukin atau diisiin bensin?....

anyway itu off topic. maaf klo gw jadi ngelantur kemana-mana. harap nggak usah disinggung2 lagi... anyway, it's my blog. my rules do here. hehehe.