Senin, 10 November 2008

No Need For A Reason

"Itu hanya bonus."

Apapun yang seseorang lakukan seharusnya tanpa pamrih, tanpa mengharap apa-apa, dan itulah yang gw sedang coba lakukan. Kadang kita melakukan sesuatu dengan terbeban target sehingga kita lupa apa esensi dari hal yang kita lakukan. Kita menjadi budak target, menjadi budak sasaran yang kita ataupun orang lain tetapkan.

Jangan. Jangan. Kemurnian hati, ketulusan dalam melakukan apapun, itulah yang akan membuat hidup kita ringan, bebas, dan lega.

Bahkan untuk hal yang sederhana. Seseorang memakai baju tertentu bukan karena warnanya bagus, bukan karena ingin dilihat keren, bukan apa-apa; tetapi karena dia senang dengan memakai baju itu.

Seseorang tertawa bukan karena ada yang lucu, bukan karena ingin menghina orang lain, bukan karena dipaksa tertawa; dia tertawa karena dia senang tertawa.

Seorang mahasiswa belajar bukan karena ingin dibilang pintar, ingin nilai bagus, ingin dianggap rajin, ingin cepat lulus, dan sebagainya; melainkan karena dia senang belajar. Soal anggapan orang bahwa dia pintar dan rajin, nilai bagus, dan cepat lulus; itu hanya bonus.

Seorang penulis menulis bukan karena dia ingin dianggap hebat, bukan karena ingin diperhatikan, bukan karena ingin menarik simpati, bukan karena ingin mendapat laba, bukan karena dia ingin mempengaruhi orang lain lewat tulisannya; melainkan karena dia senang menulis. Perhatian, pujian, materi, simpati, dan ketenaran; itu hanya bonus.

Seorang pesepakbola bermain bola tidak untuk mengincar gaji besar, tidak untuk memperoleh nama besar, tidak untuk mendapat gelar, bahkan tidak untuk menang; melainkan karena dia senang bermain sepak bola. Gaji, nama besar, gelar, kemenangan; itu hanya bonus.

Seorang anggota DPR melakukan pekerjaannya bukan karena ingin mencari uang, mencari popularitas, mencari kekuasaan, bukan; tetapi karena dia senang dengan pekerjaannya sebagai anggota DPR, yaitu mewakili rakyat banyak yang menaruh harapan padanya. Uang, popularitas, kekuasaan; itu hanya bonus.

Seorang ibu mencintai anaknya tidak untuk mengharap balas jasa, tidak untuk mengharap pujian, bahkan tidak untuk mengharap agar anaknya kelak menjadi orang yang berguna; dia mencintai anaknya karena dia bahagia dengan mencintai anaknya. Jika anaknya kelak menjadi orang yang berguna dan berbakti pada ibunya, itu hanya bonus.

Seorang manusia hina mencintai Tuhannya, bukan untuk mengharap berkat melimpah, tidak pula karena takut masuk neraka; namun tiada lain selain karena dia memang mencintai Tuhannya. Soal berkat dan keselamatan, itu hanya bonus.




Dan seorang pria mencintai seorang wanita, bukan karena wanita itu cantik, baik, pintar, kaya, atau apapun. Bukan juga karena sang pria membutuhkan perhatian. Bukan juga karena gengsi. Bukan karena ingin sang wanita balas mencintainya. Dan bahkan bukan karena sang pria menginginkan sang wanita menjadi kekasihnya atau pasangan hidupnya.

Bukan. Bukan.

Seorang pria mencintai seorang wanita karena dia senang mencintainya.

Tak perlu alasan lain.

Soal yang lain-lain, itu hanya bonus.




.

1 komentar:

dyt7788 mengatakan...

jadi asisten thu kudu seneng jadi asisten, seneng nolongin orang, senang menggasist, senang memberikan pengarahan...kalo ntar diperhatiin, nambah temen, dapet gebetan, dipuji dosen, itu bonus...

kalo jadi asusten sih tsera aje dhe maw ngapain...

(pengen nonjok asusten abis beres modul ini, cuma berharap si asisten gak baca ini kecepetan ato dy jadi asusten lain di kemudian hari,hahaha)