Minggu, 27 Oktober 2013

Positive Sum Game

Di suatu sore yang berhujan, setelah terkurung dalam kamar membaca sekilas apa yang tampak di beberapa social network saya, tiba-tiba muncullah urgensi untuk mengosongkan pikiran dengan menumpahkan isinya ke dalam suatu tulisan singkat saja... tentang transaksi, uang, dan manfaat. Selamat membaca.

=======================

Tulisan ini berbicara soal transaksi. Pertukaran sumber daya. Transaksi pada mulanya memiliki tujuan untuk pemenuhan kebutuhan. Prinsipnya, transaksi dilakukan untuk saling memenuhi kebutuhan dengan cara saling menukar sumber daya yang dimiliki sehingga pihak-pihak yang bertransaksi saling terpenuhi kebutuhannya. Si A punya X dan butuh Y, si B punya Y dan butuh X, jadilah si A dan si B bertransaksi menukar X dan Y, sehingga keduanya mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Kebutuhan mereka terpenuhi.

Pertukaran semacam itu terjadi pada apa yang kita sebut sekarang sebagai zaman barter. Lalu dunia berkembang, jumlah dan jenis kebutuhan hidup orang semakin banyak, pasar pun semakin rumit, dan muncullah uang untuk mempermudah transaksi.
Pada hakikatnya, yang terjadi tetaplah pertukaran untuk pemenuhan kebutuhan, dengan sesuatu bernama uang sebagai perantara untuk menyederhanakannya. Ya, begitulah, dengan uang ataupun tanpa uang, bagi saya prinsip transaksi tetaplah sama: saling memenuhi kebutuhan. Apa arti dan konsekuensinya?

Ini berarti, ketika saya mendapatkan sesuatu, saya harus memberikan manfaat, yang setara dengan manfaat yang saya dapatkan. Ini berarti, ketika saya menjual barang dengan harga mahal, barang itu harusnya memang sebegitu bermanfaatnya hingga harga barang itu memang cocok dengan nilai kontribusinya bagi dunia ini. Ini berarti, ketika saya digaji dengan mahal, kemampuan yang saya berikan harusnya memang sebegitu bermanfaatnya hingga nilai gaji itu memang cocok dengan nilai kontribusi saya bagi dunia ini.

Maka, arti dari prinsip ekonomi "memperoleh untung sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya", adalah bagaimana kita mencari jalan yang mudah untuk mendapatkan barang atau jasa yang sebenarnya bernilai tinggi, untuk kemudian kita jual dengan nilai yang tinggi, sehingga kita memperoleh keuntungan darinya.

Tapi BUKAN, sama sekali BUKAN dengan hanya mengemas barang/jasa yang aslinya memang tidak ada nilainya, menjadi seolah-olah bermanfaat dan pada akhirnya membuat orang menjadi membayar (se)mahal (itu) untuk sesuatu yang tidak (se)bermanfaat (itu).

Ketika saya mendapatkan sesuatu jauh lebih banyak daripada nilai manfaat yang saya berikan kepada orang lain, itu bukan berdagang. Itu namanya pencurian, perampokan, penipuan.

Dengan demikian, sebenarnya kita sudah menyalahi hakikat dari transaksi itu sendiri ketika kita melakukan hal-hal seperti berdagang kucing dalam karung (berusaha menipu pembeli dengan menjual barang yang sebenarnya nilai manfaatnya jauh di bawah harga jualnya) atau makan gaji buta (dibayar jauh lebih tinggi daripada manfaat yang diberikan kepada orang yang membayar anda)... atau contoh-contoh lainnya yang lebih luas dari itu, seperti menjual barang yang malah memiliki efek destruktif atau bekerja pada pekerjaan yang malah membawa keburukan bagi masyarakat.

Ketika kita berbicara soal uang dan manfaat, akan ada lebih banyak referensi yang membahas soal apa manfaat uang kita, alias manfaat apa yang bisa kita dapatkan dengan sekian jumlah uang. Tetapi jarang yang membahas soal sisi satunya lagi: apakah ketika kita mendapatkan sekian jumlah uang itu kita sudah memberi manfaat? Mungkin inilah kesalahan dunia yang pragmatis dan mengesahkan sikap egosentris; hanya berpikir tentang apa manfaat yang bisa kita peroleh, tanpa berpikir manfaat apa yang bisa kita berikan. Padahal dalam transaksi, ada dua pihak yang saling bertukar sumber daya. Dan seharusnya ada dua pihak yang mendapat manfaat. Ada dua pihak yang saling terpenuhi kebutuhannya.

Transaksi adalah pertukaran manfaat, bukan sarana penipuan. Janganlah bangga hanya karena bisa mendapatkan uang banyak. Atas setiap uang yang kita dapatkan, pertanyakanlah, apa saja yang sudah saya berikan sehingga saya pantas menerima uang ini? Dan mungkin beberapa dari kita akan tersenyum puas atas tumpukan uang yang kita peroleh, karena itu menggambarkan besarnya manfaat kita untuk dunia ini.

Karena kita hidup di dunia ini bukan untuk menumpuk harta, tapi untuk memberi manfaat, membuat dunia menjadi lebih baik.



Seberapa besar manfaat yang dapat anda berikan bagi dunia?




"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."
- Filipi 1:22a -





Regenstadt, 27 Oktober 2013
ditulis setelah minum Jawara - Jahe Warisan Nusantara
(tidak dibayar dengan uang untuk mengiklankan)


.

Tidak ada komentar: