Senin, 27 April 2009

Seorang Nabi Tidak Pernah Dihargai di Negerinya Sendiri

Ini adalah cerita tentang seorang Yesus Kristus, yang ditolak di tempat kelahirannya. Menurut Injil Markus pasal 6 ayat 1-6a...

1 Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.
2 Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
4 Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
5 Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
6a Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.


Dari kutipan Alkitab di atas, kita dapat melihat bahwa Yesus sendiri mengalami dan membenarkan bahwa seorang nabi tidak dihargai di tempat asalnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal bukannya seseorang seharusnya dapat lebih mudah mengharapkan dukungan dari orang-orang terdekatnya, orang-orang yang dia sudah kenal? Dan seorang nabi, seorang penghubung antara Allah dan manusia, tentunya akan lebih didengar dengan audiens yang dia sudah kenal terlebih dahulu?

Ternyata salah besar.

Penyebab utamanya justru karena hal yang telah diuraikan di atas. Seorang nabi tentunya telah sangat dikenal di tempat asalnya sendiri. Orang sudah tahu bagaimana latar belakangnya, bagaimana kelakuannya, bagaimana baik buruknya, sehingga orang di tempat asalnya cenderung menganggap rendah sang nabi tersebut. Contohnya seperti di atas pada kasus Yesus, di mana Yesus mengajar dan menarik pengikut-pengikut sampai ribuan jumlahnya di seluruh Israel. Untuk sebagian besar rakyat Israel, mungkin Yesus tampak seperti seorang bijak dan penuh kuasa Ilahi. Namun bagi orang-orang Nazaret, Yesus yang mereka kenal adalah seorang Yesus yang mereka kenal sejak Dia masih kecil, yang hanya anak seorang tukang kayu miskin bernama Yusuf, dan yang saudara-saudaranya pun mereka kenal. Injil Yohanes pasal 6 ayat 41-42 mencatat bahwa:

41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga."
42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"


Kasarnya, ketika Yesus berbicara selangit tentang Kerajaan Sorga, respons orang-orang adalah: "Lu pikir lu siapa? Nggak usah ngomong tinggi-tinggi lah, kita-kita juga tau lu benernya cuma anak tukang kayu, ngapain nyebut-nyebut Kerajaan Sorga segala!"

Menyedihkan? Jelas. Sakit? Jelas.

Dampaknya negatif? Jelas. Tahu dari mana?

Sebuah ayat dari kutipan di atas (Markus 6:5) memperlihatkan betapa Yesus, manusia yang paling penuh kuasa Ilahi di muka bumi ini, bahkan 'tidak mampu' mengadakan satu pun mujizat di Nazaret, tanah kelahirannya, kecuali beberapa pekerjaan kecil-kecilan. Seorang Yesus yang kemampuannya berguna untuk membuat mujizat, tidak dapat menggunakan kemampuannya untuk menghasilkan dampak yang baik.

Siapa yang rugi? Yesus? Selain sakit hati dan kecewa, nampaknya tidak ada kerugian lain yang dialami Yesus.

Penduduk Nazaret? Jelas. Mereka kehilangan kesempatan untuk mengalami mujizat yang dibawa oleh Yesus. Jelas sebuah kerugian.

Ataukah mereka sebenarnya tidak membutuhkan mujizat tersebut? Apakah mereka merasa bahwa hidup sehari-hari mereka sudah cukup bisa diusahakan tanpa perlu adanya mujizat yang dibawa Yesus?

Apa memang sudah takdir seorang nabi? Versi lain dari kisah di atas dapat dilihat pada Injil Lukas 4:16-30. Yang menarik, Yesus di sini memaparkan:

24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."


Apakah memang untuk orang-orang yang mengenalnya, seorang nabi tak lebih dari manusia biasa sehingga dianggap tidak cocok untuk menjadi penghubung Allah dan manusia?

Saya kembalikan kepada diri kita masing-masing untuk menjawabnya.

Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - merdeka!



.

Rabu, 22 April 2009

Inilah Suara Kami [Penarikan Aspirasi HIMATEK, termasuk Sedikit Aspirasi Pribadi, Kawan...]

Tulisan ini berisi kumpulan pendapat rekan-rekan HIMATEK untuk kerja Kabinet KM-ITB dan Anggota MWA Wakil Mahasiswa ITB setahun ke depan. Bahan diperoleh dari: 1. Wawancara langsung dengan sekitar 30 orang massa HIMATEK. 2. Polling Kongres yang diisi 100 orang. 3. Angket buatan sendiri yang diisi angkatan 2007 HIMATEK. Bersiaplah...



Hal terpenting yang disorot oleh massa HIMATEK adalah informasi. Informasi harus menjadi prioritas utama KM-ITB, ketika keterlibatan seluruh massa secara 100% kurang realistis, minimal 100% mahasiswa ITB mengetahui apa pekerjaan KM-ITB dan ke mana arah geraknya sekarang. Cara paling efektif untuk menyebarkan informasi itu antara lain:
- Sosialisasi dari mulut ke mulut adalah hal yang paling ampuh, menghilangkan kesan kaku, formal, dan eksklusif. Hal ini dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki informasi kepada teman dekat masing-masing.
- Sosialisasi dari mulut ke mulut juga dapat menjadi sarana penyampaian yang bebas 'bahasa dewa' yang berbelit-belit dan monoton, yang selama ini identik dengan kemahasiswaan terpusat di mata beberapa orang.
- Presiden KM dan kabinetnya, juga anggota MWA wakil mahasiswa dan timnya, (alias Ucup-Benny dkk) harus sering-sering mengunjungi himpunan dan mengajak bicara semua orang secara informal, untuk menimbulkan rasa kedekatan dan keterikatan orang. Tak kenal maka tak sayang, toh?

Ada yang mengeluhkan manajemen sumber daya oleh Kabinet KM-ITB yang selalu meminta orang untuk kepanitiaan, satgas, ataupun badan tertentu. Keluhannya adalah job desc pekerjaan yang dimaksud seringkali tidak diberikan sehingga kita hanya mengirim orang dan pada akhirnya terbengkalai sehingga orang tersebut tersia-siakan tenaganya dan malah cenderung berpikiran negatif terhadap kinerja Kabinet KM-ITB. Ada pula yang mengatakan bahwa kegiatan terpusat harus berbeda dengan himpunan, yaitu skala lebih besar, karena potensi KM-ITB khususnya Kabinet terlalu besar untuk mengadakan acara skala himpunan atau unit saja.

Mengenai hubungan kabinet dan himpunan, diharapkan Kabinet dapat mengadakan acara yang merupakan hasil koordinasi antar himpunan (tidak perlu ada pembentukan panitia khusus dari Kabinet). Kegiatan GFD yang diadakan bersama HIMATEK, HMTL, NYMPHAEA, U-GREEN dan GANESHA HIJAU dari Kabinet merupakan contoh yang masih dapat diperbaiki. Mengenai hubungan kabinet dan unit, diharapkan bahwa ketika mengadakan acara bersama diharapkan Kabinet menghilangkan kesan superioritas dan menunjukkan profesionalitas (ini didapat dari keluhan panitia Olimpiade dari unit).

Mengenai hubungan ke rektorat, KM-ITB harus mensinkronkan arah gerak dengan arah gerak ITB, yaitu menjadikan ITB world-class university. Untuk itu, KM-ITB diharuskan sering berdialog dengan pihak ITB agar dapat mengerti, apa bagian yang dapat dikerjakan KM-ITB untuk membantu terwujudnya visi ITB tersebut. Dengan demikian, pergerakan KM-ITB tidak terkesan sporadis dan berubah tiap kepengurusan tanpa arah yang benar-benar jelas, namun memiliki satu visi ke depan yang kuat.

Dari hasil polling ada 4 hal yang menarik:
1. 66% beraktivitas di himpunan dan hanya 9% di kemahasiswaan terpusat. Dari data, dapat disimpulkan bahwa pergerakan KM ITB berpotensi digunakan untuk mengkoordinir acara-acara himpunan dibanding mengadakan acara sendiri (lihat di atas).
2. Diskusi dan kajian merupakan hal yang paling tidak diminati (17%). Untuk mengatasinya, diskusi dan kajian harus dibuat lebih menarik dan mengena.
3. Hanya 1% yang ingin jadi politisi, PNS, dan birokrat; 56% merasa mahasiswa ITB apatis terhadap kepentingan rakyat, bangsa, dan negara. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak tertarik pada politik dan pemerintahan.
4. Kebanyakan merasa mahasiswa ITB eksklusif (58%) dan sebagian besar karena alasan akademis; dan alasan utama kenapa harus berkontribusi terhadap bangsa dan negara adalah peran sebagai insan akademis (46%). Dapat dilihat bahwa keakademisan ini harus dijadikan senjata untuk berjuang, bukan menjadi hambatan.

Mengenai dana kemahasiswaan, yang terutama dituntut adalah transparansi dan publikasi besar-besaran. Kabinet sebagai pemegang dana hendaknya memberi dana lebih besar kepada himpunan atau unit yang berkembang, terutama yang berhasil mengembangkan keprofesiannya. Selain untuk insentif, hal itu juga berguna untuk membiayai pengembangan keprofesian.

INFORMASI, lagi-lagi menjadi hal yang utama untuk isu-isu eksternal. Massa kampus menuntut tahu setiap isu eksternal yang selama ini hanya diketahui jajaran tertentu saja. Bagaimana kita mau menyatakan sikap kepada UU BHP atau memberi saran tentang penyelamatan BakSil kalau yang tahu hanya segelintir orang, dan orang-orang yang sebenarnya dapat memberi masukan malah tidak mendapatkan informasi?

Untuk acara paling vital, yang seringkali dijadikan pangkal segala masalah kemahasiswaan kita: penyambutan mahasiswa baru a.k.a. INKM. HIMATEK berpendapat bahwa tujuan INKM yang paling penting ada 2 dan keduanya WAJIB tercapai:
- Penyadaran mahasiswa baru terhadap wawasan kebangsaan. Sadarkan mereka kalau kita belajar di kampus ini, disubsidi uang rakyat, tidak untuk kepentingan kita secara individual. Kita di sini sebagai orang-orang terpilih memiliki kemampuan dan kewajiban untuk berbakti kepada bangsa dan negara, bukan cuma menikmati pendidikan murah berkualitas lalu kabur. Ilmu yang kita pelajari di kuliah, difokuskan agar kita dapat menghasilkan sesuatu bagi negara kita; melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
- Penyadaran bahwa gerakan kemahasiswaan di kampus kita adalah gerakan mahasiswa yang solutif seperti dideskripsikan di atas. Hal ini untuk mencegah mahasiswa baru ITB terjebak stigma yang berlaku di media massa bahwa gerakan kemahasiswaan seringkali anarkis dan kerjanya demo saja, dan pada akhirnya mau bersama-sama berjalan dalam gerakan kemahasiswaan ITB baik di himpunan, unit, atau skala lain.

INKM mendatang juga harus menjamin bahwa peserta yang ikut adalah sejumlah besar mahasiswa baru ITB. Acara harus dikemas dengan menarik dan tidak membosankan, agar semua peserta memiliki motivasi untuk ikut. Dan yang terakhir, segala bentuk kaderisasi penerimaan mahasiswa baru seperti INKM, kaderisasi fakultas, dan PPAB tiap himpunan (osjur) harus dilegalkan.

Untuk sebuah badan yang bernama Tim Beasiswa, massa menuntut diberitahu secara jelas, makhluk apakah Tim Beasiswa itu? Kerjasama dengan alumni perlu sekali diusahakan, salah satunya berguna untuk memotong jalur birokrasi yang dirasa rumit oleh teman-teman yang pernah berurusan dengan Tim Beasiswa.

Titipan bagi rekan kita di MWA: perbanyak kursi untuk calon-calon mahasiswa yang berkualitas namun tidak mampu secara ekonomi. Dengan kondisi uang masuk USM semahal ini, rasanya cukup beralasan jika massa mengusulkan perbandingan jatah USM vs SPMB sebesar 1:1.

Stimulus untuk iklim keprofesian harus ditingkatkan untuk tiap prodi. Tidak perlu dalam satu proker tersendiri, pendekatan kultural mungkin lebih efektif. Koordinasi dengan dosen dirasa masuk akal dan perlu dicoba, karena merekalah yang lebih mengerti keprofesian.

Perubahan terlalu signifikan dari kepengurusan lama kurang dikehendaki karena akan menyita tenaga. Massa meminta agar poin-poin yang sudah bagus dan tidak terlalu mendesak untuk diubah agar tidak diutak-atik lagi, termasuk Gerakan Kebangkitan Nasional dan jargon KM-ITB Milik Semua!

Poin terakhir, dan salah satu yang paling krusial, adalah bagaimana sang Presiden, anggota MWA, dan para stafnya membawa citra KM-ITB ke massa kampus itu sendiri. Harus disadari bahwa untuk sebagian besar massa kampus, kemahasiswaan terpusat itu identik dengan beberapa hal yang kurang baik, di antaranya: rapat tidak efektif, lama, tidak terfokus pada tujuan, dan selalu berputar di hal yang tidak perlu. Kesemuanya itu harus diakui benar oleh pemegang tampuk kepemimpinan kemahasiswaan terpusat dengan besar hati dan tidak defensif dalam menyikapi opini massa ini. Lebih penting lagi, budaya yang berlawanan dengan hal-hal kurang baik di atas harus dipupuk: rapat efektif, singkat namun jelas, fokus pada inti permasalahan, dan utamakan selesai rapat dengan cepat namun mencapai sasaran. Ingat kawan, waktu adalah sumber daya alam tak terbarukan. Minyak bumi 100 juta tahun lagi masih bisa regenerasi, namun waktu tak dapat diputar kembali. Kalau mahasiswa ITB, garda terdepan kemahasiswaan Indonesia, tidak bisa mengatur waktunya dengan efektif... kapan Indonesia tersenyum? Budayakan tepat waktu untuk segala kegiatan.

Orang juga sering melihat kemahasiswaan terpusat identik dengan ajang pamer perseorangan. Seseorang turut berpartisipasi karena ingin dikenal, karena ingin dianggap hebat. Hal ini yang membuat forum seringkali berlarut-larut karena setiap orang ingin pendapatnya didengar, meskipun tak jarang inti perkataannya sama dengan orang-orang yang berbicara sebelum dirinya. Kembali lagi efisiensi waktu menjadi tanda tanya besar. Maka itu, tuluslah mengabdi. Itu hakikat kita sebagai mahasiswa.

Massa menginginkan KM untuk bersuara lantang ke luar, kalau bisa dengan publikasi bombastis lewat media massa. Hal ini selain memiliki tujuan eksternal, juga sebagai deklarasi ke dalam kampus ITB bahwa ada sebuah wadah persatuan mahasiswa bernama KM-ITB yang mewadahi kita-kita. Yang terakhir, proker sebisa mungkin dibuat yang menarik dan aspiratif. Jangan untuk orang-orang tertentu yang itu-itu saja. Ingat, kita semua KM-ITB, dan sebisa mungkin proker adalah untuk kita semua, untuk KM-ITB.

Terakhir... kami ingin mengucapkan selamat bertugas kepada rekan-rekan kami, Ridwansyah Yusuf Achmad sebagai Presiden KM, dan Benny Nafariza sebagai anggota MWA wakil mahasiswa. Kami percayakan arah gerak kemahasiswaan kami setahun ke depan, jangan sia-siakan itu...

Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - Merdeka!



.

Minggu, 12 April 2009

Celebrate, The Resurrection of Our Lord!

Natal adalah perayaan kelahiran Tuhan kita ke dunia.
Setiap orang juga pasti pernah dilahirkan.

Jumat Agung adalah peringatan kematian Tuhan kita.
Setiap orang juga pasti akan mati.

Tapi hari ini, Minggu Paskah, kita merayakan Tuhan kita yang melawan maut, dan menang!

Bagi semua pembaca setia Bacotan Orang Terbuang, Si Pembacot a.k.a. Alfonso Rodriguez Peña del Castillo mengucapkan:


Happy Easter! Christ is risen, indeed He is risen!Joyeuses Pâques! Christ est ressuscite , en verite il est ressuscite!
Frohe Ostern! Christus ist auferstanden, wahrhaft auferstanden!Buona Pasqua! Cristo č risorto, č veramente risorto!
Felices Pascuas! Cristo esta resucitado, en verdad esta resucitado!
Zalig Pasen! Christus is opgestaan, Hij is waarlijk opgestaan!
Feliz Páscoa! Christo ressuscitou, em verdade ressuscitou!
Glad Påsk! Kristus ar upstanden, sannerligen upstanden!
Cáisc Shona Dhaoibh! Tá Críosd ar éirigh, go deimhin tá e ar éirigh!
Paşte fericit! Hristos a inviat, adeverat ca a inviat!
καλό Πάσχα! χριστοσ ανεστι, αλιθοσ ανεστι!
Светлой Пасхи! Христос воскресе, воистину воскресе!
よい復活祭を! キリスト復活,実に復活!
Surrexit Dominus vere! Christus resurrexit, vere resurrexit!

Selamat Paskah! Kristus bangkit, Ia sungguh bangkit!


Christ The Lord is Risen

Christ the Lord is ris'n indeed, Hallelujah!
He has met His people's need, Hallelujah!
Raise your joys and triumphs high, Hallelujah!
Sing, ye heav'ns and earth, reply, Hallelujah!

Lives again our glorious King, Hallelujah!
Where, O Death, is now thy sting? Hallelujah!
Dying once He all doth save, Hallelujah!
Where thy victory, O grave? Hallelujah!

Love's redeeming work is done, Hallelujah!
Fought the fight, the battle won, Hallelujah!
Death in vain forbade Him rise, Hallelujah!
Christ ascended o'er the skies, Hallelujah!

Soar we now where Christ hath led, Hallelujah!
Following our exalted Head, Hallelujah!
Made like Him, like Him we rise, Hallelujah!
Free from all the earthly ties, Hallelujah!




.

Jumat, 10 April 2009

Karena Kita...

Nichole Nordeman - Why

We rode into town the other day
Just me and my Daddy
He said I'd finally reached that age
And I could ride next to him on a horse
That of course was not quite as wide

We heard a crowd of people shouting
And so we stopped to find out why
And there was that man
That my dad said he loved
But today there was fear in his eyes

So I said "Daddy, why are they screaming?
Why are the faces of some of them beaming?
Why is He dressed in that bright purple robe?
I'll bet that crown hurts Him more than He shows

Daddy, please can't you do something?
He looks as though He's gonna cry
you said he was stronger than all of those guys
Daddy, please tell me why
Why does everyone want him to die?"


Later that day the sky grew cloudy
And Daddy said I should go inside
Somehow he knew things would get stormy
Boy was he right
But I could not keep from wondering
If there was something he had to hide

So after he left I had to find out
I was not afraid of getting lost
So I followed the crowds
To a hill where I knew men had been killed
And I heard a voice come from the cross

And it said, "Father, why are they screaming?
Why are the faces of some of them beaming?
Why are they casting their lots for My robe?
This crown of thorns hurts Me more than it shows

Father, please can't You do something?
I know that You must hear My cry
I thought I could handle the cross of this size
Father, remind Me why
Why does everyone want Me to die?
When will I understand why?"



"My precious Son, I hear them screaming
I'm watching the face of the enemy beaming
But soon I will clothe You in robes of My own
Jesus, this hurts Me much more than You know

But this dark hour I must do nothing
Though I've heard Your unbearable cry
The power in Your blood destroys all of the lies
Soon You'll see past their unmerciful eyes
Look there below, see the child
Trembling by her father's side
Now I can tell You why
She is why You must die
"




Siapakah yang menyebabkan Yesus mati?

Bukan Pilatus, bukan Yudas Iskariot, bukan orang Yahudi, tapi... yah, kita sudah cukup pintar untuk menjawabnya.

Apakah kita tega menyalibkanNya untuk kedua kalinya dengan dosa-dosa kita lagi?



Enak ya, nggak usah repot-repot ngapa-ngapain, cukup percaya aja, dosa-dosa kita udah ditebus oleh Tuhan kita sendiri dengan kematianNya???

Tapi setidaknya tahu diri dikit lah...!






.

Minggu, 05 April 2009

Perang Dingin: Amerika Serikat vs Uni Soviet

Setelah lama nggak ngepost sebuah tulisan orisinil dari pemikiran gw, akhirnya gw persembahkan sebuah tulisan mengenai 'sejarah' dunia. Tentang dua negara superpower, Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang selama 40 tahun lebih bertempur memperebutkan supremasi atas planet ini. Dan tentang negara kita tercinta, Indonesia. Tentang dunia ini.


Mari kita mulai.

Pada awalnya Amerika Serikat dan Uni Soviet bukanlah negara superpower. Mereka hanyalah negara biasa yang baru berkembang sedari terbentuk. Amerika Serikat memerdekakan diri dari jajahan Inggris dan kemudian berkembang sebagai sebuah negara yang mengandalkan industri, bisnis, dan ekonomi; namun menerapkan politik isolasi alias menutup diri dari luar. Sementara Uni Soviet dikuasai kaum komunis Bolshevik yang baru merebut pemerintahan dari keluarga Tsar Rusia, dan kaum Bolshevik yang belum pernah berkuasa itu lantas terfokus untuk menikmati kekuasaan yang sekarang mereka raih setelah sebelumnya tak berdaya di bawah pemerintahan Tsar.

Begitulah kedua negara ini tak pernah benar-benar berinteraksi satu sama lain, apalagi punya pikiran saling membenci, sampai ketika zaman modern datang.

Kedua negara ini bersama-sama memasuki zaman modern menghadapi musuh baru, musuh seluruh dunia: Nazi Jerman dan kelompok Axisnya. Adanya musuh bersama ini membuat keduanya 'terpaksa' bersatu, atau bisa-bisa keduanya tidak dapat melewati zaman modern ini (dengan kata lain hancur total oleh Nazi Jerman). Memang keduanya bertempur di front yang berbeda (Amerika di front barat dan Pasifik, Soviet di front timur) dan punya motivasi yang bebeda pula, namun musuh yang satu ini tidak dapat dikalahkan sendirian. Amerika Serikat dan Uni Soviet, bersama seluruh negara dunia, bahu-membahu mengalahkan Nazi Jerman dan antek-anteknya, dan akhirnya pada musim panas 1945 setelah hampir 5 tahun berperang bersama, tentara Amerika Serikat dan Uni Soviet memenangkan perang.

Sekarang kita beralih ke negara kita tercinta, Indonesia. Di manakah dia saat Amerika Serikat dan Uni Soviet bertempur melawan Nazi Jerman dan antek-anteknya?

Ternyata Indonesia pun tak beda dari negara-negara lain di dunia: ia menderita di bawah antek-antek Nazi Jerman, dan ikut pula angkat senjata menentangnya. Mungkin motifnya tidak se'wah' dan se'visioner' Amerika Serikat dan Uni Soviet yang menganggap perang ini sebagai Perang Dunia II, dan dengan demikian setiap tindakan mereka dalam perang ini ditujukan berdasarkan visi untuk posisi mereka ke depannya di peta politik dunia setelah perang usai.

Tidak. Motivasi Indonesia dalam perang ini hanyalah sebatas merdeka, seperti wajarnya sebuah negara, yang harusnya merdeka. Hanya itu. Sama seperti negara-negara lain di seluruh dunia yang juga ingin merdeka: Austria, Ceko, Ukraina, Serbia, Albania, Filipina, India, Mesir, Irak...

Singkat cerita, perang pun usai; Nazi Jerman kalah, Indonesia merdeka, dan runtuhlah persekutuan yang dibangun Amerika Serikat dan Uni Soviet. Memang mereka memiliki kesamaan: negara dengan latar belakang kebudayaan Barat-Kristen, ras Kaukasoid, secara ekonomi termasuk negara industri maju, secara ilmu pengetahuan merupakan gudangnya ilmuwan di dunia... tapi karena ideologi yang berbeda, mereka tidak dapat disatukan dan tanpa terelakkan lagi terjadilah perseteruan. Dan dimulailah masa-masa yang dinamakan Perang Dingin.

Sekarang mari kita tinjau arti frase Perang Dingin. Perang, artinya kedua belah pihak bermusuhan. Dingin, karena tidak menyatakannya secara terus terang. Kalau dikonfirmasi, apakah kalian sedang perang? Tentu pihak-pihak terkait akan menjawab: tidak.

Masa Perang Dingin adalah masa mencari aliansi. Kedua belah pihak mulai mencari negara-negara lain untuk dijadikan sekutu atau bawahan. Mulailah Amerika Serikat dengan NATOnya, pakta pertahanan negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara. Uni Soviet pun membentuk Pakta Warsawa dengan anggotanya negara-negara Eropa Timur.

Pada mulanya, Amerika Serikat berhasil membentuk jaringan luas. Sekutu-sekutunya ada mulai dari seluruh Eropa Barat, Kanada, negara-negara Amerika Latin, Afrika, Israel di Timur Tengah, Jepang di Asia, Australia, dan lain-lain. Sementara Uni Soviet hanya bisa menjaring negara-negara tetangga yang dekat dengan dia di Eropa Timur. Pengecualian untuk beberapa negara macam Kuba di Karibia dan Kongo di Afrika, tapi itu pun baru menjadi sekutu setelah Perang Dingin lama berlangsung.

Amerika Serikat pun lebih menarik bagi negara-negara netral karena sifatnya yang lebih liberal, bebas, dan terbuka. Sementara Uni Soviet lebih eksklusif dengan paham komunismenya, dan lebih subjektif.

Sementara Indonesia dengan gagah beraninya memproklamirkan lewat kata-kata Bung Hatta: mendayung di antara dua karang. Diterjemahkan oleh Bang Alex dengan POLITIK BEBAS AKTIF. Bebas bergaul dengan Blok Barat (Amerika Serikat cs) dan Blok Timur (Uni Soviet cs); namun aktif dalam artian tidak disetir oleh keduanya dalam mengambil keputusan, malahan seharusnya mengambil inisiatif dalam memperjuangkan kepentingannya agar nggak diinjak-injak kedua kubu.

Namun dalam kenyataannya, rakyat Indonesia lebih enak bergaul dengan Blok Barat karena bebas dan secara budaya lebih terbuka, jadi enak diajak bergaul. Apalagi paham komunisme Blok Timur tergolong aneh bagi rakyat Indonesia yang Pancasilais. Demikianlah Indonesia berusaha untuk bebas aktif, namun kesehariannya lebih banyak berinteraksi dengan Barat. Contoh nyatanya: ekspor-impor sebagian besar dengan Blok Barat, menerapkan sistem ekonomi pasar seperti Blok Barat, rakyatnya lebih gemar budaya populer Blok Barat, dan militernya pun disuplai Blok Barat. Jadilah Indonesia negara yang ngomongnya saja nonblok, tapi pada kenyataannya menjadi anggota tak resmi Blok Barat.

Waktu pun berlalu...

Uni Soviet dan Blok Timurnya tak dapat bertahan lama menghadapi perkembangan zaman. Mereka pun akhirnya sadar bahwa paham komunisme tidak bisa lagi mereka pegang lebih lama, dan mulai mengadopsi cara-cara Blok Barat: membuka diri terhadap dunia luar dan mengikuti sistemnya Blok Barat: liberalisme en kapitalisme en tentunya budaya populer.

Nah, yang terjadi pada Amerika Serikat justru sebaliknya. Makin lama dia makin arogan dan kelihatan tidak memikirkan kepentingan dunia, tapi malah mengutamakan kepentingan diri sendiri. Pamer bala tentara dan sekutu di mana-mana, bertindak seolah-olah merekalah balatentara penguasa dunia, membuat negara-negara netral menjadi malas mendukung Amerika Serikat. Apalagi perilakunya yang tidak bersahabat membuat musuh-musuh bermunculan di mana-mana. Negara-negara Islam mengecam invasi Irak dan Afghanistan. Di Amerika Latin, Venezuela dipimpin Hugo Chavez menantang dan mempertanyakan arogansi Amerika. Iran dan Mahmoud Ahmadinejad menjadi contoh bagus sebuah negara yang berani berdiri sendiri tanpa tergantung Amerika Serikat. India, sekutu dekat Amerika, mulai menunjukkan perkembangan pesat ke arah kemandirian. RRC bahkan berkembang menjadi superpower baru yang siap menantang.

Amerika Serikat bahkan melakukan salah satu hal yang membuat Uni Soviet tidak disukai dulu: pembatasan hak berkomunikasi, dan eksklusivitas. PATRIOT ACT yang mengekang kebebasan sipil diterapkan di Amerika. Eksklusivitas Amerika ditegaskan lagi oleh statement George W. Bush yang tidak menghargai keberagaman dan perbedaan: "Either you're with us, or against us". Intinya, sekarang Amerika Serikat dan sekutu-sekutunyalah yang jadi eksklusif dan arogan!

Melihat hal ini, sekutu-sekutu lama Amerika Serikat mulai menjauhkan diri. Mereka mulai bisa berkomunikasi dengan Rusia, suksesor Uni Soviet, yang sekarang mulai terbuka dan tidak lagi membatasi pergaulan dengan sesama penganut komunisme. Perancis dan Jerman, anggota NATO, beraliansi dengan Rusia menentang Amerika dalam kasus invasi Irak. Hugo Chavez dan Rusia mulai bekerjasama. Ahmadinejad bahkan memperoleh bantuan Rusia untuk pengembangan teknologi nuklirnya; sesuatu yang pasti bikin gerah Amerika. Venezuela dan Iran jelas meminta bantuan Rusia karena Amerika Serikat sekarang sudah lagi tak nyaman diajak bergaul. Hanya negara-negara miskinlah yang tidak berani angkat suara karena masih mengharap bantuan ekonomi Amerika Serikat.

Salah satu keunggulan Amerika Serikat adalah pada kebebasan persnya, yang membuatnya menjadi media propaganda yang tangguh. Selama bertahun-tahun tersebar informasi ke seluruh dunia bahwa Blok Timur adalah tempatnya diktator-diktator komunis yang kejam, di mana kebebasan dibelenggu, bla bla bla semua yang jelek-jelek. Apakah itu benar? Entahlah. Yang pasti Uni Soviet nggak pernah melempar balik tentang kejelekan Blok Barat kepada dunia netral. Namun sejak Rusia mulai membuka diri dan arogansi Amerika naik, propaganda ini mulai kehilangan artinya sebab orang sudah mulai tidak percaya dan berani mempertanyakan Amerika yang arogan.

Indonesia? 'Anggota tak resmi' Blok Barat ini mendapatkan embargo senjata dari Blok Barat karena kasus Timor Timur. Tak tahan dengan sikap Blok Barat yang sok kepo, preman, dan seakan menggerecoki urusan internal negeri orang, negara kita tercinta pun beralih pada Rusia, yang sekarang sudah tidak lagi disebut sebagai Blok Timur. Tak hanya itu, Indonesia pun bergaul dengan negara-negara mantan Blok Timur lainnya, ataupun negara-negara netral. Cina adalah salah satu negara dengan siapa kita paling sering berinteraksi sekarang. Volume ekspor-impor kita dengan Jepang masih tinggi. Dengan sekutu-sekutu Amerika ataupun Amerika Serikat sendiri, kita masih sering bergaul untuk urusan-urusan yang kita rasa perlu.

Negara kita benar-benar menerapkan politik bebas aktif; bergaul dengan siapa saja tergantung kepentingannya, dan diam-diam menyimpan visi untuk menjadi pemain besar dunia. Terlepas dari kekurangan-kekurangan internal seperti masih buruknya mental rakyatnya, Indonesia sedang membangun dan bersiap untuk masa depan.

Ada statement: jadi setelah sekarang Indonesia memusuhi Blok Barat, kita menjadi anggota Blok Timur di bawah Rusia?

Ini sebuah statement yang 100% salah total. Pertama, Indonesia tidak pernah memusuhi negara-negara Blok Barat, bahkan masih berinteraksi dengan baik; bisa dilihat dalam budaya, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Kedua, Blok Timur sudah tidak ada lagi; dikotomi Blok Barat-Timur hanyalah sisa masa lalu sekarang. Ketiga, Indonesia bukan anak buah Rusia, karena yang ada sekarang bukanlah Blok Amerika vs Blok Rusia, tapi Blok Amerika vs sisa dunia: negara-negara lain yang tak mau lagi terjebak blok-blokan. Sisa dunia ini berinteraksi satu sama lain layaknya negara sederajat, bukan atas dasar aliansi atau dasar bos-anakbuah.

Itulah keadaannya sekarang...

Ke depannya, Indonesia akan berusaha untuk tidak tergantung kepada negara apapun. Indonesia akan berinteraksi dengan negara manapun tanpa syarat. Tidak ada lagi "boleh beli senjata asal jauhi negara X". No way saudara, basi. Globalisasi sudah menyebar sekarang. Udah nggak jaman main blok-blokan. Tidak ada lagi "dapat pinjaman lunak asal Presidennya si XYZ". Cuih. Presidennya siapa, itu urusan dalam negeri. Lagian, siapa butuh pinjaman klo udah mapan?

Indonesia akan berusaha untuk jadi negara superpower juga, tanpa kekerasan, betul-betul bermodalkan kemampuan. Indonesia tidak akan punya anak buah; semua negara akan diperlakukan setara. Indonesia tidak akan punya musuh; Indonesia akan berinteraksi dengan semua negara sesuai kepentingan. Indonesia akan punya banyak sekutu, yang tidak eksklusif, yang bergerak untuk kepentingan dunia dan bukan untuk kepentingan golongan.

Ada amin saudara? Amin!

Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - merdeka!


.

Rabu, 01 April 2009

Buah-Buah Roh

“Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” (Mat. 7:20)

Bulan ini kita akan melanjutkan mengenal buah-buah roh lebih dalam. Masih ingat kan apa saja buah-buah roh itu? Buah-buah roh itu adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23).

Ayat di atas menyebutkan bahwa orang dikenal dari buah yang dihasilkannya. Kita sebagai orang percaya, dikenal dan dibedakan dari orang-orang dari buah yang kita hasilkan di dalam Tuhan. Buah-buah roh tersebut adalah karya Roh Kudus dalam diri kita masing-masing.

Dalam khotbahNya mengenai pengajar-pengajar sesat (Matius 7:15-23), Yesus memaparkan bahwa anak-anak Terang dapat dibedakan dari penyesat-penyesat melalui buah yang dihasilkannya. Apabila anak-anak Terang menghasilkan buah-buah roh, maka anak-anak dunia ini menghasilkan perbuatan-perbuatan daging: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya (Galatia 5:19-21).

Bagaimana dengan kita, manusia-manusia yang menjadi saksi Kristus di TK ITB ini? Buah-buah apa sajakah yang sudah kita hasilkan?

Sudahkah kita memancarkan kebaikan yang dari Tuhan untuk dibagikan kepada teman-teman kita? Ataukah malah teman-teman kita melihat kita sebagai biang perselisihan dan pemecah belah?

Sudahkah kita tetap setia mengikut dan melayani Tuhan dalam segala keterbatasan kita, dan setia menjalani tiap-tiap perkara-perkara besar dan kecil dalam kehidupan kita? Ataukah kita masih mementingkan diri sendiri, jatuh dalam percabulan dan kecemaran, sehingga menomorduakan Tuhan?

Sudahkah kita menjadi orang yang menyikapi masalah dengan lemah lembut dan sabar hati? Ataukah keseharian kita masih penuh dengan amarah dan perseteruan kepada tiap pihak yang bermasalah dengan kita?

Sudahkah kita senantiasa mengendalikan hawa nafsu dan emosi kita dalam keseharian kita? Ataukah kita masih seringkali terlepas dan membiarkan kedengkian dan iri hati kita tak terkontrol kepada teman-teman kita?

“Seberapa jauh kita sebagai pengikut Kristus berhasil dikenal di lingkungan kita sebagai anak Terang, dilihat dari buah-buah yang kita hasilkan? Ataukah orang yang memetik buah-buah yang kita hasilkan justru mengidentifikasi kita sebagai penyesat???”

“Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” (Filipi 1:22)


Pacem in terris!



.