Sabtu, 29 November 2008

Gengsi Doooong....!

Ini adalah cerita tentang teman terdekat gw.

Untuk kerahasiaan, mari kita panggil dia Denmas Aria Kendor.

Belakangan ini, Denmas Aria Kendor merasa membutuhkan mobil untuk dibawa-bawa di kota tempatnya kuliah. Sebenarnya jarak yang dia tempuh tidak terlalu jauh, bisa saja dia jalan kaki atau naik angkutan umum. Yah, tapi kan kalau ada mobil minimal jadi lebih enak juga, nggak terlalu capek, begitu kata Denmas Aria Kendor kepada gw.

Apalagi di rumah sebenarnya Denmas Aria Kendor sudah biasa membawa mobil. Masalahnya, dalam setahun kan dia cuma sebentar tinggal di rumah. Lebih sering berada di kampus. Dan kenyataannya, mobil yang dia pakai di rumah itu juga bukan mobil pribadinya; itu pun sering ngadat dan sudah bobrok. Dan pemilik aslinya juga sudah merencanakan untuk cepat-cepat menjual mobil ini. Denmas Aria Kendor pun terancam tidak memiliki mobil lagi.

Jadilah Denmas Aria Kendor merencanakan untuk membeli mobil pribadi. Untuk dibawa saat kuliah, untuk mempermudah transportasi, dan syukur-syukur awet sehingga tidak perlu beli lagi saat sudah lulus kuliah nanti.

Dan Denmas Aria Kendor pun bertanya pada gw: menurut gw, perlukah dia membeli mobil?

Menurut pandangan objektif gw, Denmas Aria Kendor sebenarnya tidak terlalu membutuhkan mobil. Jarak yang dia tempuh tiap hari masih cukup dekat untuk ditempuh dengan jalan kaki dan cukup murah kalau mau ngangkot (menurut gw nih). Tapi itu menurut gw. Nggak tau mungkin jarak segitu udah kejauhan menurut Denmas Aria Kendor. Dan yang pasti, gw liat dia (maaf) sebenarnya uangnya bisa dipakai untuk hal-hal lain yang lebih berguna. Kasian ortunya sih kalau harus mengeluarkan uang untuk hal-hal yang belum perlu. Saran gw kepada Denmas Aria Kendor: tunggulah sampai lulus, kerja, baru beli mobil kalau benar-benar sudah butuh (secara jarak yang harus ditempuh pasti lebih jauh) dan benar-benar sudah punya cukup uang.

Tapi, terserah Denmas Aria Kendor lah. Dia udah gede ini.

Lantas Denmas Aria Kendor melanjutkan bertanya pada gw: tolong bantu pilih mobil yang tepat, katanya.

Kebetulan gw baru saja menonton ulang salah satu film jadul Warkop DKI favorit gw. Ceritanya, tiga sekawan itu jadi mahasiswa di salah satu universitas di Jakarta. Dan kebetulan ketiga-tiganya memiliki keunikan dalam hal memilih mobil.

Yang pertama adalah Slamet (diperankan Dono), seorang mahasiswa perantauan dari desa, anak juragan perkebunan tembakau. Anaknya memang agak-agak koplok, katro, dan masih bego. Dulu zaman dia masih sekolah di desa, dia tidak merasakan kebutuhan untuk bermobil karena memang lingkungannya mengkondisikan seperti itu. Setelah kuliah dan melihat teman-temannya rata-rata punya mobil, lumrah lah kalau dia ingin juga.

Tapi memang dasar udik dan tidak punya pengalaman, dia malah asal membeli mobil... dan mobilnya benar-benar koplok dah. Bayangin aja, mobilnya memiliki warna metal norak dan bemper depannya berbentuk mulut dengan gigi besar-besar bertaring. Ya, GIGI. Mungkin biar mirip dengan muka Slamet yang menurut film bagaikan Hanoman.

Astaga.

Dikira keren kali. Sayangnya, konsep 'keren' menurut Slamet dan 'keren' menurut sebagian besar temannya itu berbeda. Beginilah kalau orang melakukan sesuatu tanpa mengerti dahulu, sebenarnya dia harus melakukan hal itu untuk apa.

Yang kedua adalah Paijo alias Joe (diperankan Indro), anak raja minyak ibukota. Duitnya banyak. Di kampus terkenal berandalan. Dari dulu suka sekali ganti-ganti mobil. Di film, mobil yang dia bawa adalah jip hitam besar kayak jip tentara. Emang keliatan gahar sih, ke kampus bawa-bawa jip yang rodanya segede-gede gaban. Makin klop lah dengan citra preman si Joe ini.

Tapi kalau dipikir-pikir, sebenarnya nyusahin juga bawa mobil seperti itu. Pertama, bensinnya boros. Kedua, makan banyak tempat baik waktu di jalan maupun di parkiran. Gw sih nggak kebayang klo gw bawa mobil kayak gitu di jalanan. Pasti banyak protes dari pengguna jalan yang lain. Pokoknya, selain buat gaya-gayaan, nggak ada untungnya deh. Palingan si Paijo alias Joe ini cuma ingin membuktikan kalau dia itu benar-benar preman dan bisa membawa mobil seberat itu ke kampus tanpa masalah.

Yang terakhir adalah Sanwani (diperankan Kasino), pemuda asli ibukota. Ini orang paling bangsat dari ketiga tokoh kita. Licik. Oportunis. Makan temen pula. Waktu berebut cewek dengan Slamet dan Joe, dia dengan sukses mengadu domba keduanya sehingga dia bisa enak-enakan dengan Cindy anak Pak Dosen sementara Joe dan Slamet berantem sengit.

Sanwani ini penipu sejati. Ingin dilihat orang sebagai orang kaya dan sukses. Ngakunya tinggal di perumahan mewah di Menteng di mana bapaknya punya usaha besar. Ke kampus pun mobilnya hampir tiap hari ganti. Orang pun kagum, menyangka Sanwani sedemikian kaya sehingga mampu membeli mobil segitu banyak.

Padahal kenyataannya, bapaknya itu pemilik bengkel di kawasan dekat Menteng. Mobil-mobil yang dibawa Sanwani tiap hari ke kampus dan diaku miliknya semua itu sebenarnya nggak ada SATU PUN yang benar-benar punyanya. Semua dicomot dari mobil-mobil yang baru beres direparasi bapaknya. Pokoknya ada mobil nganggur, comot. Sedikit aja bapaknya meleng, comot. Intinya, asal itu mobil nggak ada yang ngawasin, comot. Belagak seakan semua mobil itu punyanya. Bahkan ada suatu adegan di mana seorang pemilik mobil sudah mau mengambil mobilnya dan marah-marah pada bapak Sanwani, namun Sanwani yang sedang menyetir mobil tersebut lewat situ dan hanya bilang "Ntar dulu deh, nanti juga saya balikin! Mau kencan nih!".

Gimana nggak minta digebukin?

Tapi itulah Sanwani. Dia nggak peduli. Yang penting orang liat dia mobilnya banyak, keluarganya kaya.

Saat Denmas Aria Kendor bertanya pada gw, maka gw pun hanya bisa menjawab: jangan pilih mobil yang aneh-aneh dah, sesuaikan dengan kebutuhan. Jangan pilih mobil kalau cuma buat gaya-gayaan. Biayanya mahal, kasian orang tua lu. Jangan beli sekalian lah kalau emang ternyata nggak butuh pula. Jalan kaki tuh sehat kok. Kalau udah kerja mana bisa pulang jalan kaki?

Pokoknya; jangan pilih mobil ngikutin gaya Slamet, Paijo, maupun Sanwani. Apalagi ngeliat judul filmnya. Tau kan judul film Warkop yang gw maksud? Sama kayak judul post ini.

Gw harap Denmas Aria Kendor bisa mencerna saran gw yang sederhana ini.

Bagaimana kelanjutan kisah Denmas Aria Kendor, teman gw yang hebat ini? Gw akan ceritakan lain kali kalau Denmas Aria Kendor nggak marah waktu membaca post gw ini dan setelahnya mengizinkan gw untuk melanjutkan kisahnya. Peace friend...

Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater - merdeka!




.

Minggu, 23 November 2008

What A HI-TECH Day... I Still Carry On

Hari ini bukan hari yang terbaik dalam hidup gw sepertinya.

Bahkan termasuk ke dalam salah satu hari yang paling wasteful dan nggak produktif. Dari pagi sampe malam, belum ada apapun yang gw lakukan. Padahal tugas TK5058 dari Tuan Besar Axis Trianto belum gw sentuh sama sekali.

Yah, ngepost di sini, biarpun akhir-akhir ini blog gw isinya ga jelas berhubung kemandekan otak pemiliknya, mungkin bisa menghilangkan stres dan mungkin bisa dihitung sebagai sesuatu yang berguna juga.

Selamat menikmati song of the day dari gw hari ini...



I Still Carry On - MLTR

Im lying in the sun
Longing for a place in the shadow
Im lying in the snow
Longing for a place by the fire

And when I beg you for water
You just drink the water yourself
And when I reach my hand to you
You just turn your face away

But even though the cold from your still beating heart
Already killed me twice
And even though the cold in your eyes
Makes me freeze all the time


Chorus:
I still carry on and
I still walk around and
I still feel the warming glow
Shining somewhere in the future
Shining not so far away

I'm climbing up the mountain
Mountain of society
But every time I reach the top
You just push me down again

And when I look around me
I can see I'm not alone
There are a lot of people around
Climbing mountains next to me


But even though the cold from your still beating heart
Already killed me twice
And even though the cold in your eyes
Makes me freeze all the time


Chorus:
I still carry on and
I still walk around and
I still feel the warming glow
Shining somewhere in the future
Shining not so far away....




.

Jumat, 14 November 2008

Hasil Polling: Pemilik Blog Ini...

Yak. Polling sudah ditutup...

15 orang memberikan suaranya pada polling tersebut.

Hasilnya:
3 orang (20%) menganggap bahwa pemilik blog ini ganteng.
0 orang (0%) menganggap bahwa pemilik blog ini biasa-biasa saja.
12 orang (80%) menganggap bahwa pemilik blog ini jelek.

Dari hasil yang ada, kita mendapat kesimpulan bahwa:
1. Pemilik blog ini luar biasa, karena tidak ada yang menjawab bahwa pemilik blog ini biasa-biasa saja.
2. 80% orang yang membaca blog ini pembohong.

Nantikan polling kedua di Bacotan Orang Terbuang... Dengan tema yang tidak kalah absurd dari yang pertama.





.

Senin, 10 November 2008

No Need For A Reason

"Itu hanya bonus."

Apapun yang seseorang lakukan seharusnya tanpa pamrih, tanpa mengharap apa-apa, dan itulah yang gw sedang coba lakukan. Kadang kita melakukan sesuatu dengan terbeban target sehingga kita lupa apa esensi dari hal yang kita lakukan. Kita menjadi budak target, menjadi budak sasaran yang kita ataupun orang lain tetapkan.

Jangan. Jangan. Kemurnian hati, ketulusan dalam melakukan apapun, itulah yang akan membuat hidup kita ringan, bebas, dan lega.

Bahkan untuk hal yang sederhana. Seseorang memakai baju tertentu bukan karena warnanya bagus, bukan karena ingin dilihat keren, bukan apa-apa; tetapi karena dia senang dengan memakai baju itu.

Seseorang tertawa bukan karena ada yang lucu, bukan karena ingin menghina orang lain, bukan karena dipaksa tertawa; dia tertawa karena dia senang tertawa.

Seorang mahasiswa belajar bukan karena ingin dibilang pintar, ingin nilai bagus, ingin dianggap rajin, ingin cepat lulus, dan sebagainya; melainkan karena dia senang belajar. Soal anggapan orang bahwa dia pintar dan rajin, nilai bagus, dan cepat lulus; itu hanya bonus.

Seorang penulis menulis bukan karena dia ingin dianggap hebat, bukan karena ingin diperhatikan, bukan karena ingin menarik simpati, bukan karena ingin mendapat laba, bukan karena dia ingin mempengaruhi orang lain lewat tulisannya; melainkan karena dia senang menulis. Perhatian, pujian, materi, simpati, dan ketenaran; itu hanya bonus.

Seorang pesepakbola bermain bola tidak untuk mengincar gaji besar, tidak untuk memperoleh nama besar, tidak untuk mendapat gelar, bahkan tidak untuk menang; melainkan karena dia senang bermain sepak bola. Gaji, nama besar, gelar, kemenangan; itu hanya bonus.

Seorang anggota DPR melakukan pekerjaannya bukan karena ingin mencari uang, mencari popularitas, mencari kekuasaan, bukan; tetapi karena dia senang dengan pekerjaannya sebagai anggota DPR, yaitu mewakili rakyat banyak yang menaruh harapan padanya. Uang, popularitas, kekuasaan; itu hanya bonus.

Seorang ibu mencintai anaknya tidak untuk mengharap balas jasa, tidak untuk mengharap pujian, bahkan tidak untuk mengharap agar anaknya kelak menjadi orang yang berguna; dia mencintai anaknya karena dia bahagia dengan mencintai anaknya. Jika anaknya kelak menjadi orang yang berguna dan berbakti pada ibunya, itu hanya bonus.

Seorang manusia hina mencintai Tuhannya, bukan untuk mengharap berkat melimpah, tidak pula karena takut masuk neraka; namun tiada lain selain karena dia memang mencintai Tuhannya. Soal berkat dan keselamatan, itu hanya bonus.




Dan seorang pria mencintai seorang wanita, bukan karena wanita itu cantik, baik, pintar, kaya, atau apapun. Bukan juga karena sang pria membutuhkan perhatian. Bukan juga karena gengsi. Bukan karena ingin sang wanita balas mencintainya. Dan bahkan bukan karena sang pria menginginkan sang wanita menjadi kekasihnya atau pasangan hidupnya.

Bukan. Bukan.

Seorang pria mencintai seorang wanita karena dia senang mencintainya.

Tak perlu alasan lain.

Soal yang lain-lain, itu hanya bonus.




.

Kamis, 06 November 2008

The Joy of The LORD is Your Strength

Ada apa pekan ini?

Pekan Para Insinyur a.k.a Engineers' Week.

Paling nggak, buat sebagian teman-teman gw yg mengikuti kepanitian dua acara besarnya Teknik Kimia ITB yang bernama Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo dan Lomba Rancang Pabrik Tingkat Nasional, itu yang terjadi. Sibuk ngurus kedua acara yang dirangkai dalam nama Engineers' Week alias Pekan Para Insinyur. Secara gw ga ikutan dan ga sibuk, dan gw juga ga bisa merasa memiliki acara ini sesuai himbauan orang-orang yang terlibat di dalamnya (ngerasa sih, cuma mungkin ga sebesar rasa memiliki dari orang-orang yang terlibat di dalamnya)... pertanyaannya kita ganti.

Ada apa dengan gw pekan ini?

Buat gw pribadi, pekan ini jelas bukan pekan yang sepi masalah.

Pertama, PLN sialan yang memutuskan aliran listrik KEBETULAN tiap SELASA dan membuat gw olahraga naik-turun tangga Labtek X dari atas ke bawah dan ke atas lagi selama 10 putaran lebih membawa berbagai jenis peralatan laboratorium.

Kedua, kuliah, tugas, dan ujian sialan yang membuat gw terpaksa bolos rapat Kongres dan roadshow sehingga kehadiran gw bulan ini masih nol persen (setelah bulan kemarin cuma 35%)... Massa HIMATEK yang terhormat, maafkan saya... Hukum saja saya kalau perlu... *kyk di film2 silat, "Hamba bersalah, hamba pantas mati", wekz lebay, extreme dah*

Ketiga, merasa mengalami kemunduran dalam hal-hal tertentu yang nggak perlu gw sebutkan... Mestinya makin lama makin maju, eh ini... kalau ada istilah mundur ke depan, nah itu cocok bener dah buat gw.

Keempat, merasa kesal dengan tingkah beberapa orang teman gw yang sok eksklusif... Sok merendahkan gw... Gw ga mau dan ga suka direndahkan... Sebenernya udah dari dulu sih... Please dah berhenti melihat gw dari sisi negatif, klo cara pandang kalian diubah maka gw pun nggak akan menjadi kayak gitu... Gw tuh nggak kayak gitu, cuma persepsi kalian aja emang dari sananya udah kayak sampah... mending pake kacamata baru deh...

Cukup buat bikin otak gw berhenti kerja dan membuat minggu ini gw mengalami disfungsi akademis. Untungnya banyak kuliah yang dibatalkan dan ga ada ujian kecuali labtek doank, yang (terlepas dari SP yang nyaris keluar dan rekdat yang nampaknya kurang berhasil) untungnya lancar-lancar aja.

Tapi yang jelas, nggak semua hal dalam pekan ini berupa barang sial buat gw. Ada beberapa momen yang membawa berkat.

Pertama, Tuhan udah berbaik hati buat membiarkan gw hidup sampai sekarang dan seperti sekarang ini, dan Tuhan juga udah berbaik hati mengingatkan gw bahwa gw dalam hidup ini tuh nggak sendirian dan ada tujuannya gw masih dibiarkan hidup. Dan gw disadarkan bahwa hidup gw semata-mata hanya untuk kemuliaan Tuhan, meskipun gw menghadapi tantangan dari saudara-saudara seiman sendiri, baik secara sadar maupun tidak.

Kedua, il club piu titolato al mundo a.k.a. A.C. Milan terus memperpanjang rentetan kemenangannya baik di Serie A maupun Piala UEFA nan agung. Teruslah semangat, buat Kaka dan kawan-kawan, sebab satu kemenangan dapat berarti secercah senyum di wajah jutaan orang yang tiap harinya menjalani hidup yang berat ini, dan itu berarti banyak.

Ketiga, Barack Hussein Obama II memenangkan Pilpres AS. Secara seluruh dunia sepertinya mendukung beliau, kemenangan beliau gw harapkan dapat mengubah dunia menjadi lebih baik dan lebih damai, sesedikit apapun perubahan itu.

Keempat, meskipun gw bukan panitia Engineers' Week, gw mau mengucapkan:
- selamat kepada rekan-rekan gw yang udah berusaha menjadikan acara ini sukses (secara skala nasional);
- sekalian minta maaf karena nggak bisa bantu apa-apa bahkan dalam doa sekalipun, juga karena sempat jengkel gara-gara merasa tidak dilibatkan (sebenernya bego);
- dan TERIMA KASIH atas MAKAN SIANGNYA yang benar-benar lezat... sampai-sampai gw sempat-sempatkan lari pas istirahat labtek ke Aula Barat buat mengejar makan siang tepat pada waktunya... hahaha. Top abis dah teman-teman... Makanan itu penyelamat perut dan kantong saya... hahaha. Maaf juga klo gara-gara itu ada tamu undangan yang nggak kebagian makanan (mudah-mudahan nggak ada, ngerasa dosa juga nih). Intinya sih, makasih ya... I LOVE ENGINEERS' WEEK.

Intinya, terima kasih buat penyertaan Tuhan yang luar biasa, yang memampukan gw dan setiap orang yang percaya kepadaNya untuk tetap bersukacita. Kalau kata seorang teman gw yang anonim: siapapun makanannya, tetap minum Teh Botol Sosro. Versi gw: apapun masalahnya, tetap bersukacita.

Diingatkan kembali untuk gw sendiri tentang materi PDTK Jumat ini (secara gw yang giliran bikin): sukacita. "Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!" Makasih, gw udah boleh menikmati sukacita di tengah hidup yang berwarna-warni ini.

Oh iya, post gw kali ini lain dari yang lain loh... Hampir sepenuhnya berisi curhat dan masalah gw. Hampir nggak ada materi lain. Jadi maaf-maaf aja ya klo kurang enjoy bacanya... atau malah lebih suka yang begini?



GIGI - Jalan Kebenaran

Ingatkah aku menghitung waktu
Perjalananku di dunia ini
Yang penuh dengan kesalahanku
Salah yang telah menjadi biasa

Aku selalu merasa benar
Karena merasa makhluk sempurna
Semua pikiran dan perasaan
Kadang menjadi kekuranganku


Kekhilafan ini, kealpaan ini
Terlalu luas ’tuk dimaafkan

Jalan kebenaran
Jalan yang selalu kutuju
Tapi hati ini
Selalu saja membelenggu


Jalan kebenaran
Jalan kehendak Yang kuasa
Dalam diri ini
Yang haruslah dilakukan
diucapkan, diungkapkan


.

Sabtu, 01 November 2008

Lucunya Bangsa Indonesia: Euforia Barack Obama si Anak Menteng

Yah... menyambung tulisan gw yang terdahulu, nampaknya rasa bangga sebagai bangsa Indonesia emang nggak bisa membuta. Bangsa kita masih punya banyak kekurangan (tanya Pak Hum klo kgk percaya) dan itu harus diubah emang klo kita mau maju.

Beberapa bulan yang lalu gw sama temen gw si Omar sempet ngobrolin tentang bangsa kita. Kesimpulan kami berdua, bangsa kita itu BANGSA YANG LUCU. Bukan lucu yang cute, imut-imut... melainkan RIDICULOUS, konyol. Banyak sifat yang mungkin bagi orang luar tuh nggak banget, nggak rasional, nggak logis. Dan intinya sih itu. Bahwa emang kadang-kadang pola pikir beberapa orang Indonesia tuh nggak logis. Contohnya aja soal kuota 30% caleg perempuan, pemilu yang surat suaranya segede kertas koran, penolakan kenaikan harga BBM, ketua persatuan sepakbola yang narapidana, de el el yang klo dibahas nggak cukup satu artikel.

Tapi kelucuan yang khusus mau gw tulis sekarang adalah tentang euforia yang tiba-tiba melanda bangsa ini atas apa yang terjadi di seberang dunia sana, yaitu...




Barack Hussein Obama II.
Si negro.

Yang kebetulan jadi capres negara superpower dunia, Amerika Serikat.

Yang beramai-ramai didukung oleh beberapa ribu rakyat Indonesia yang punya akses informasi mengenai pemilu Amerika Serikat, entah dari internet, TV, maupun koran.

Dengan alasan: "OBAMA ANAK MENTENG".

Lucu.

Bangsa yang lucu. Sungguh. Mendukung capres dari negara yang letaknya separo keliling planet gara-gara dia anak MENTENG. Hanya karena pernah tinggal DUA TAHUN di Jakarta ngikut BAPAK TIRINYA, Obama langsung diaku sebagai ANAK INDONESIA. Diaku sebagai didikan yang sukses dari sistem pendidikan bangsa ini, bahkan yang lebih parah lagi, banyak yang mengira bahwa dia punya darah Indonesia.

Waduh... Kgk ada lagi yang bisa dibanggain apa ya? Emang sih nggak bisa disangkal bahwa 2 tahunnya Obama di Indonesia sedikit banyak turut berpengaruh pada pribadi Obama yang seperti sekarang ini. Cuma ya... harus dilihat juga apakah lantas dengan Barack Obama jadi presiden, serta-merta hubungan AS dan Indonesia jadi sangat baik? Meskipun Obama dalam beberapa kali kesempatan bilang bahwa masa kecilnya di Indonesia sangatlah indah dan berkesan, namun ya cukup sampai di situ saja. Tidak tampak adanya prioritas Obama untuk Indonesia. Padahal dalam masa jabatannya di Senat AS, Obama duduk dalam Komisi Asia Pasifik yang mengurusi hubungan AS dengan negara-negara di kawasan tersebut, termasuk Indonesia. Namun tetap saja tidak ada isu Indonesia yang spesial diangkat Obama di sana. Indonesia masih kalah penting dengan Irak, Iran, Cina, Korea Utara, India, dan Afghanistan.

Lalu pantaskah kita kecewa kepada Barack Obama? Tidak. Karena Obama adalah seorang pemimpin yang baik; yang tidak memikirkan kepentingan emosional/pribadi (dalam hal ini, kedekatannya dengan Indonesia) dalam karirnya.

Yang perlu ditertawakan adalah orang-orang yang mengharap serta-merta Indonesia akan mendapat prioritas lebih dalam hubungannya dengan AS jika Obama menjadi presiden. Mengutip komentar salah satu teman dekat gw: ini dia nih mental lucunya bangsa kita... mental asas manfaat... klo ada kenalan atau orang dekat yang jadi orang penting... maunya diperhatiin... maunya dianakemasin... nepotisme lah... Dan nepotisme tuh satu dari tiga pilar KKN. Pantesan... Berharap sih boleh, cuma ya jangan keterlaluan lah. Pasti ada perbaikan hubungan dengan Indonesia, juga perubahan cara pandang politik luar negeri AS secara UMUM menjadi lebih damai jika Obama terpilih, namun efeknya bagi Indonesia secara langsung masih perlu dipertanyakan.


Ada yang bilang, klo segitu populernya Obama di Indonesia, mending dia jadi capres di Indonesia aja, ntar menang.

Ha ha ha.

Lucu.

Obama beruntung sebagai kaum minoritas tinggal di negara semacam AS di mana kaum negro yang aslinya budak perkebunan itu udah nggak ditekan seperti jaman baheula, malah dikasih kesempatan untuk ngomong, berpolitik, seperti layaknya warga AS lain. Klo ada yang bilang rakyat AS rasis jika menolak Obama, gw akan bilang bahwa orang yang menentang MAUPUN mendukung Obama KARENA DIA NEGRO adalah sama-sama RASIS. Sebelum terlanjur ngejudge negeri orang... selanjutnya gw mau ngomong apa, silahkan lanjutin sendiri dah, sama-sama tau kan.


Pendukung Obama di Indonesia banyak yang salah kaprah atau tutup mata mengenai versi Obama yang sebenarnya. Banyak yang mengira bahwa memiliki latar belakang keluarga setengah Islam (dari pihak sang ayah Barack Hussein Obama senior) dan pernah hidup di lingkungan Islam pula (di Indonesia) akan membuat Obama akan jauh mengubah kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang menjadi agak diskriminatif terhadap Islam dan membuat citra AS merosot jauh di dunia Muslim. Yah, gw yakin sih nggak semua orang berpikir seperti itu, apalagi untuk kaum terpelajar Indonesia yang udah makan internet dan nggak kelaparan sumber informasi.

Nyatanya? Yah... lagu lama. Obama menegaskan kembali dukungannya terhadap sekutu lama AS, Israel, negara yang di dunia Muslim sendiri dikenal sebagai 'musuh'. Jadi buat yang berharap bahwa AS di bawah Obama akan langsung menggilas kaum Yahudi... hehehe, tentunya saya cuma bercanda, soalnya nggak ada yang akan berpikiran sepicik itu kan???

Yah, Obama tetaplah capres AS, bukan capres negara lain, dan prioritas utama dia tentunya seperti semua calon pemimpin yang baik, adalah rakyatnya, rakyat AS, bukan rakyat yang lain-lain.


Pertanyaannya, meskipun dukungan bagi Obama udah sangat jelas di seluruh negara lainnya... kenapa sepertinya pemilu presiden di Amerika Serikat masih panas aja? Kenapa banyak yang bilang John McCain masih ada kans menang lumayan besar?

Buat fans Obama harap direnungkan... apakah anda ingin dipimpin oleh presiden yang mendukung pernikahan sesama jenis dan aborsi? Posisi Obama dalam hal ini sangatlah ekstrem. Misalnya saja, Obama mendukung aborsi selama janin belum dilahirkan.

Untuk rakyat negara lain mungkin nggak terpengaruh karena mereka nggak merasakan dampak langsungnya. Namun, rakyat AS sendirilah yang sekarang pusing apakah mereka mau memilih presiden yang bertentangan dengan prinsip-prinsip sosial yang mereka pegang (sementara AS sendiri di dunia Barat masih dikenal sebagai negara yang rakyatnya lumayan lebih taat beragama dibanding negara-negara Eropa) dengan imbalan bahwa citra negara mereka yang sudah anjlok di dunia internasional akan membaik?

Sebagai rakyat Indonesia, tentunya gw mendukung (cuma bisa mendukung, nggak bisa memilih) Barack Obama sebagai presiden AS mendatang. Harapan gw adalah AS bisa mengurangi frekuensi intervensi mereka terhadap negara-negara lain dan tidak mendikte pergaulan internasional sekeras zaman Bush. Tentunya itu hanya merupakan faktor kecil saja bagi Indonesia, yang terpenting lagi adalah bagaimana pemerintah kita memanfaatkannya dalam membina hubungan diplomatik strategis dengan kekuatan-kekuatan baru dunia seperti Cina, India, Brasil, dan Rusia.

Dan yang pasti, gw bukan dukung Obama karena dia negro atau anak Menteng.

In Harmonia Progressio!